Industrialisasi yang terjadi di dunia sepak bola membuat keuntungan yang ada di dalamnya kini diminati oleh banyak pihak. Pasalnya, perputaran uang yang terjadi di kancah sepak bola memang tak main-main lantaran melibatkan nominal selangit yang bisa membuat siapa saja ternganga.
Pada akhirnya, kondisi ini mengundang sejumlah perusahaan, entah di bidang penerbangan, otomotif, telekomunikasi hingga judi online, berlomba-lomba untuk menanamkan modalnya demi popularitas dan keuntungan yang melimpah itu.
Di sisi lain, banyak tim-tim sepak bola di penjuru dunia yang juga cermat memanfaatkan situasi ini demi mengeruk pundi-pundi uang dari para sponsor guna mempertahankan eksistensi mereka.
Di benua Eropa sendiri, ada sebuah fakta menarik yang tersaji, khususnya di lima kompetisi teratas yakni Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, Liga Primer Inggris, Ligue 1 Prancis dan Serie A Italia. Fakta itu berupa invasi yang dilakukan oleh produsen ban dunia yang melakukan investasi di banyak klub top Eropa di lima kompetisi populer Eropa tersebut.
Tires companies in the European Football market (Big 5 $ UEL). All leading English🇬🇧 clubs with sponsor in the tire industry #SportBusiness pic.twitter.com/bY4067DN7s
— Łukasz Bączek (@Lu_Class_) June 23, 2017
Tercatat, ada 14 produsen ban yang merambah dunia sepak bola sebagai ladang “menjual diri” sekaligus meraup untung. Bahkan tak sekadar menjadi sponsor sebuah klub semata, salah satu produsen ban terkemuka itu juga menjadi sponsor kelas premium untuk kejuaraan Liga Europa garapan asosiasi sepak bola Eropa, UEFA.
Menariknya, mayoritas produsen ban tersebut justru berasal dari Asia seperti Linglong (Cina), Apollo (India), Toyo dan Yokohama (Jepang), Hankook, Kumho dan Nexen (Korea Selatan), Maxxis (Taiwan), serta produsen ban asal Indonesia, Achilles.
Sementara nama produsen ban lain yang ikut mencicipi manisnya gelimang uang dari bidang sepak bola antara lain Cooper dan Goodyear (Amerika Serikat), Avon (Inggris), Pirelli (Italia) serta Lassa (Turki).
Membelotnya para produsen ban ke dunia sepak bola juga berkaitan dengan minimnya kesempatan untuk berpromosi di ajang balap dunia, entah Formula 1, MotoGP, Reli Dunia atau World Superbike, meski produk mereka jelas bersinggungan erat dengan ajang tersebut.
Akan tetapi, kejuaraan-kejuaraan tersebut biasanya sudah punya kontrak kerja sama dengan satu produsen ban tertentu sehingga tak mengizinkan produsen kompetitor untuk ambil bagian.
Investasi yang digelontorkan para produsen ban di dunia sepak bola juga tidak main-main. Produsen ban asal Jepang, Yokohama, yang menjadi sponsor utama bagi Chelsea bahkan menandatangani kontrak sebesar 40 juta paun atau 800 miliar rupiah per musim. Sebuah angka yang fantastis, bukan? Sayangnya, saya agak kesulitan untuk mencari nilai kontrak yang disepakati oleh produsen ban Indonesia, Achilles, dengan raksasa dari Prancis, Paris Saint-Germain.
Bakal sangat menarik untuk melihat bagaimana produsen-produsen ban kelas dunia akan memanfaatkan bidang sepak bola untuk menancapkan bisnis mereka secara global sekaligus menggaet untung di masa yang akan datang. Karena dapat dipastikan, pesaing mereka pasti akan bertambah dalam beberapa tahun mendatang.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional