Eropa Jerman

Dilema Joachim Löw

Timnas U-21 juara Piala Eropa, lapis kedua mereka, tim yang disebut banyak pengamat sebagai ‘Tim B Jerman’, sukses menggondol Piala Konfederasi dan sementara itu, tim utama mereka tengah piknik. Nampak seperti bulan madu untuk timnas Jerman. Namun akan menjadi dilema yang luar biasa bagi Joachim Löw, sang pelatih. Pusing!

Baca juga: Mengintip Bakat-Bakat Terbaik Timnas U-21 Jerman

Musim 2017/2018 adalah tahun Piala Dunia. Hampir semua pemain di liga-liga top Eropa akan tampil sebaik mungkin demi bermain di Rusia nanti. Dan jelas, penggawa timnas Jerman salah satunya. Status mereka sebagai juara bertahan semakin jelas menyatakan bahwa siapa pun yang berangkat nanti, akan menyandang status juara bertahan. Seorang juara dunia. Status yang diperebutkan.

Status yang diperebutkan, bahkan oleh para pemain Jerman sendiri. Melihat komposisi skuat utama, praktis Joachim Löw tak perlu banyak melakukan pembenahan. Perubahan hanya akan terjadi apabila si pemain menderita cedera panjang dan tak akan bisa sembuh tepat waktu untuk berlaga di Piala Dunia.

Bagaimana dengan penurunan performa? Ingat, meski performa Mesut Özil sempat menurun, Joachim Löw tetap membawanya ke Piala Eropa 2016. Kepercayaan yang diberikan mantan wakil Jurgen Klinsmann tersebut sangat nyata. Tak hanya kepada Özil, tapi juga kepada pemain-pemain yang tak masuk tim utama di klub masing-masing, semacam Bastian Schweinsteiger.

Di posisi lain pun, skuat utama Jerman tengah berada di usia matang. Dan juga jelas, mereka pasti enggan tempatnya digusur adik-adik mereka yang sudah berprestasi dan menunjukkan potensi besar.

Baca juga: Jerman yang Siap Mendominasi

Mulai dari penjaga gawang, Manuel Neuer adalah jaminan mutu terbaik bagi siapa saja yang bermain sebagai bek tengah. Duet bek tengah juga akan sulit lepas dari tangan Mats Hummels dan Jerome Boateng. Trio Bayern München tersebut akan sangat sulit digeser. Kualitas dan tebalnya pengalaman berlaga di kompetisi kelas atas adalah sebuah garansi.

Bagaimana peluang Niklas Süle dan Antonio Rudiger? Süle mungkin tak akan banyak bermain bersama Bayern München musim depan. Karena jelas, apabila tak cedera, duet Hummels dan Boateng jelas akan selalu bermain. Dan ingat juga, masih ada Shkodran Mustafi, yang musim lalu bermain sangat baik untuk Arsenal.

Bagaimana dengan Rudiger? Di Piala Konfederasi, bek AS Roma yang disebut akan segera bergabung bersama Chelsea tersebut bermain cukup baik. Jika cederanya tak kambuh, Rudiger akan menjadi pesaing Hummels dan Boateng. Namun tetap saja, statusnya tidak akan berubah, hanya cadangan dan bermain jika dibutuhkan saja.

Untuk pos bek kanan, Joachim Löw sudah punya penerus Lahm, yaitu Joshua Kimmich. Luar biasanya, Kimmich berposisi asli sebagai gelandang sentral. Namun, karena padatnya posisi tersebut, bermain sebagai bek kanan menjadi berkah tersendiri. Dan ia memang memanfaatkan kepercayaan untuk bermain di kanan dengan baik.

Di pos bek kiri, Jonas Hector adalah pilihan utama. Melihat beberapa nama yang menjadi pelapisnya, Hector praktis menjadi pilihan yang paling masuk akal. Beberapa nama yang menjadi pelapis adalah Marcel Schmelzer dan Yannick Gerhardt. Hector lebih unggul dari sisi pengalaman bermain bersama tim nasional.

Di tengah, duet Toni Kroos dan Sami Khedira adalah mesin yang handal. Sisi bertahan Khedira memang lebih tangguh ketimbang Kroos. Namun jangan salah, Khedira adalah salah satu gelandang yang juga berbahaya ketika merangsek ke kotak penalti. Sementara itu, Kroos, sebagai metronom, adalah idaman semua pelatih di kompetisi seberat Piala Dunia.

Di belakang keduanya, sudah mengantre Julian Weigl dan Ilkay Gündogan. Keduanya memang tak bermain di Piala Konfederasi karena masalah kebugaran. Namun jika sehat, keduanya adalah pelapis yang tak kalah berkualitas dari level Kroos dan Khedira.

Bagaimana dengan Leon Goretzka yang tampil ciamik sepanjang Piala Konfederasi? Dari sisi kemampuan, Goretzka tentu tak perlu diragukan. Lalu masih ada Mahmoud Dahoud dan Emre Can. Barisan gelandang Jerman begitu mengilap dan bisa masuk ke dalam tim utama hampir semua tim besar di Eropa. Anda bisa membayangkan betapa peningnya Joachim Löw, bukan?

Beranjak ke depan, nama Özil sudah jelas masuk ke dalam skuat. Ia adalah sumur kreativitas timnas Jerman. Sangat cocok bekerja sama dengan Kroos dan Khedira. Dan meski performanya menurun sekalipun, seperti penjelasan di atas, kepercayaan Joachim Löw tak pernah tidak terbayar. Sama seperti Jerman, yang kadang telat panas, Ozil semakin bagus di paruh akhir kompetisi.

Di sisi sayap, Marco Reus dan Andre Schürrle yang biasanya menjadi pilihan utama. Di posisi ini, Joachim Löw masih punya Julian Draxler, Leroy Sane, dan Mario Götze, yang tampaknya tak akan berangkat ke Rusia tahun depan. Dari barisan penerus, ada Serge Gnabry, Julian Brandt, Kevin Volland dan Max Meyer. Barisan pemain dengan potensi yang melimpah. Tak hanya pening, Joachim Löw bisa dibuat mulas perutnya untuk memilih siapa yang akan bermain bersama Ozil di barisan gelandang serang.

Pos lini serang, keberadaan Thomas Müller sangat penting dalam kerja menyerang. Ia sangat pintar mencari ruang dan teknik penyelesaian peluang yang sangat bagus. Sebagai pelapis Muller, Joachim Löw jelas akan mempertimbangkan Timo Werner yang sangat tajam di Piala Konfederasi. Kecepatannya akan memberikan dimensi yang berbeda dari cara bermain Jerman.

Selain Werner, Joachim Löw juga masih punya pemain yang tak kalah berkualitas dalam diri Lars Stindl dan Sandro Wagner. Belum lagi apabila Mario Gomez masih akan bermain di Piala Dunia 2018.

Apabila penyerang berdarah Spanyol asal Wolfsburg itu dibawa Joachim Löw ke Rusia, biasanya, Muller akan bermain sebagai gelandang serang sebelah kanan. Artinya, pos gelandang akan ketambahan satu pemain yang biasanya mendapat jaminan bermain di tim utama.

Piala Dunia 2018 akan menandai masa 12 tahun Joachim Löw bersama timnas Jerman. Ia sudah sangat dekat dengan pemain inti yang menjuarai Piala Dunia 2014. Kedekatan melahirkan loyalitas. Loyalitas melahirkan rasa saling percaya, yang biasanya akan mengangkat performa pemain di kompetisi yang terbilang pendek seperti Piala Dunia.

Dan meminta kepada salah satu dari pemain-pemain yang sudah memberimu Piala Dunia demi “anak-anak muda” tentu menyakiti perasaan. Mereka sudah bekerja keras, berkorban demi Joachim Löw.

Oleh sebab itu, di balik kejayaan Jerman di berbagai kompetisi, di balik meja kerjanya, Joachim Löw tengah menghitung semua risiko apabila ia memberi anak-anak penerus kesempatan di Piala Dunia. Di sisi lain, ia tak ingin kehilangan kepercayaan dari orang-orang terpercaya yang sudah berdarah-darah untuknya.

Dilema!

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen