Eropa Inggris

Apa yang Dicari Southampton dari Mauricio Pellegrino?

Stadion Wembley, Minggu 26 Februari 2017. Sore itu Southampton bersiap melakoni salah satu laga terbesar sepanjang sejarah klub, final Piala Liga Inggris kontra Manchester United. Seperti prediksi banyak pihak, The Saints langsung kebobolan dua gol saat babak pertama belum usai.

Di tengah kepasrahan itu, Manolo Gabbiadini sukses menjaga asa Southampton lewat dua gol penyama kedudukannya hanya berselang tiga menit sejak paruh kedua dimulai. Sayangnya, anak asuh Claude Puel itu harus menelan kekalahan menyakitkan akibat gol Zlatan Ibrahimovic tiga menit jelang pertandingan berakhir. Terlepas dari kekalahan tersebut, laju Southampton ke final tetap diapresiasi banyak pihak.

Akan tetapi, status finalis Piala Liga Inggris dan posisi kesembilan klasemen akhir Liga Primer tampaknya tak cukup untuk manajemen Southampton. Akhir musim 2016/2017, Puel dilengserkan dari jabatan manajer. Hanya hitungan hari yang dibutuhkan saat tim yang bermarkas di St. Mary’ Stadium itu kemudian memperkenalkan nakhoda baru, Mauricio Pellegrino.

Dibandingkan Puel yang pernah mempersembahkan trofi Ligue 1 1999/2000 untuk AS Monaco, Pellegrino tak punya riwayat juara saat jadi pelatih. Lantas, apa yang diharapkan Southampton untuk eks entrenador Valencia itu? Jawabannya mungkin bisa terhampar luas sepanjang musim 2016/2017.

Bersama Pellegrino, Deportivo Alaves tampil jadi salah satu kejutan di La Liga meski berstatus tim promosi. Paling fenomenal tentunya saat sukses melaju ke final Copa del Rey sebelum dikandaskan Barcelona. Pada perjalanannya, Alaves berhasil melewati adangan tim semisal Deportivo La Coruna dan Celta Vigo. Pada laga semifinal kontra Celta, gol tim asuhan Pellegrino baru tercipta menit ke-82.

Ini jadi rangkuman kunci sukses Pellegrino bersama Alaves: Semangat pantang menyerah hingga akhir pertandingan yang sayangnya, belum dimiliki skuat Southampton kala dilatih Puel. Malah berbanding terbalik dengan The Saints yang kerap gagal mempertahankan keunggulan musim lalu.

“Tim luar biasa ini bermain dengan hati. Tim ini selalu memberikan harapan untuk bisa jadi yang terbaik. Elemen lain bisa saja menentukan, tapi untuk mereka yang bersikeras, berhasrat, dan punya keinginan kuat lewat usaha pantang menyerah setiap hari, apapun bisa terjadi,” ujar Pellegrino saat Alaves memastikan diri ke final, seperti dilansir ESPNFC.

Selain itu, Pellegrino dipilih karena tak asing dengan kerasnya persaingan di Liga Primer. Setelah melewati masa kejayaan bersama Valencia, dia diangkut pelatihnya dulu, Rafael Benitez, untuk berseragam Liverpool selama enam bulan. Usai pensiun, Pellegrino kembali dipercaya Benitez, kali ini dengan kapasitas sebagai asisten manajer, hingga ke Internazionale Milano.

Pria yang saat masih aktif bermain berposisi sebagai bek tengah itu akhirnya didapuk jadi pelatih utama untuk kali pertama di Valencia, tahun 2012. Namun itu tak lama. Pellegrino kembali ke Argentina untuk menangani Estudiantes dan Independiente, sebelum meraih kesuksesan bersama Alaves. Berbicara soal Argentina, romantisme kesuksesan kompatriot sebelumnya, Mauricio Pochettino di St. Mary’, juga turut memengaruhi.

Liga Primer 2017/2018, kapasitas dan kebangkitan Pellegrino kembali diuji, salah satunya lewat reuni dengan Benitez, yang membawa Newcastle United promosi. Semoga sukses, Mauricio ‘El Longanizas’ Pellegrino.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho