Mengapa Barcelona begitu menggebu mengejar tanda tangan Marco Verratti? Apakah di kerlip matanya terbayang wajah berkarisma Xavi Hernandez?
Guanluca Di Marzio, jurnalis kenamaan dari Italia, menaikkan kabar penting bagi suporter Barcelona dan Paris Saint-Germain (PSG). Donato Di Campli, agen dari Verratti, sudah bertemu dengan Antero Henrique, Direktur Olahraga PSG. Masa depan Verratti tengah diperbincangkan.
Inti pertemuan itu adalah, Verratti ingin hengkang dari Paris. Namun, manajemen PSG masih berusaha menahan pemain berusia 24 tahun tersebut. Usaha terakhir yang bisa dilakukan PSG adalah menawarkan kontrak baru. Namun, Di Campli bertindak sebagai salesman yang baik. Ia menolak kemungkinan diadakannya pembicaraan kontrak baru. Ia ingin kliennya segera hengkang.
Di Campli juga menegaskan bahwa alasan Verratti menolak kontrak baru bukan perkara uang semata. Sayang, sang agen enggan merinci alasan kepindahan playmaker asal Italia tersebut. Namun, kita bisa menggunakan pernyataan Paolo Maldini, bahwa jika ingin berkembang sebagai pemain, Verratti harus meninggalkan PSG.
Apakah itu alasan Verratti? PSG sendiri nampaknya masih sangat penasaran dan ingin bertemu dengan si pemain secara langsung. Manajemen PSG ingin mendengar langsung dari mulut Verratti perihal keinginannya itu. Mereka khawatir perantara seperti Di Campli hanya ingin mencari untung saja dengan menganjurkan sang klien untuk segera hengkang.
Barcelona adalah tujuan Verratti selanjutnya. Setidaknya itu yang berkembang di media-media saat ini. Bahkan, perwakilan El Barca sudah melakukan kontak dengan Antero Henrique lewat telepon. Apa jawaban Antero Henrique?
“Perwakilan dari Barcelona boleh menelepon kapan pun dia mau. Namun, tanggal 4 Juli nanti, Verratti akan bertemu dengan manajemen PSG secara langsung karena Presiden Nasser Al-Khelaifi sudah memutuskan bahwa Verratti tidak akan dijual.” Begitulah jawaban Antero Henrique seperti dikutip Gazzetta dello Sport.
Cara bermain Verratti
Dari cara bermain, Verratti mirip atau punya kemampuan seperti Thiago Alcantara. Ia lebih banyak bermain sebagai gelandang bertahan (#6), dan berperan sebagai deep-lying playmaker. Sebagai gelandang “pembagi bola”, kemampuan mengumpan Verratti di atas rata-rata.
Tercatat, rata-rata per pertandingan, Verratti membuat sekitar 58 umpan sukses, di mana 67 persen merupakan umpan vertikal dan dengan tingkat keberhasilan mencapai 90 persen. Seleksi umpannya sudah terhitung kelas dunia. Ia tak pernah terburu-buru untuk melepas umpan. Ia menganalisis tujuan umpan dengan baik. Meski ia tengah ditekan lawan, ia seperti tak memedulikannya, dengan menjaga pandangannya kepada pergerakan rekan.
Artinya, mantan pemain Pescara ini sangat tenang dengan bola dan jeli melihat pergerakan kawan dan lawan. Umpan yang ia lepaskan tak hanya bertujuan menggeser bola dari satu pemain ke pemain lainnya. Umpan-umpan Verratti juga menggerakkan timnya. Media sering menggunakan diksi “mendikte” untuk pemain dengan kemampuan seperti ini.
Awareness-nya yang tinggi dengan perubahan situasi di atas lapangan membuat Verratti dengan mudah mencari ruang yang ideal untuk mengentikan lawan. Dan kemampuan berdiri di ruang yang tepat membuatnya semakin mudah merebut bola.
Rata-rata intersep yang ia lakukan mencapai 1,7, dengan tekel tercatat 2,8 per pertandingan. Meski terlihat “sedikit”, statistik ini sangat penting, karena setiap pertandingan, paling tidak Verratti menghentikan empat hingga lima proses lawan menyerang.
Dari mana awareness tersebut berasal? Sepanjang laga, ketika tidak menguasi bola, pandangan Verratti tak melulu terpaku kepada jalannya bola. Ia sangat sering menengok ke segala arah, memastikan posisi semua pemain.
Dibantu visi yang istimewa, hampir semua aksi bertahan Verratti berupa intersep. Namun, teknik tekelnya juga sangat baik. Ia hampir tak pernah melakukan tekel dengan alas sepatu (studs). Pelanggaran yang ia lakukan juga jarang berupa pelanggaran berbahaya. Seperti Mikel Arteta, Verratti melakukan pelanggaran dengan tujuan memperlambat usaha serangan (balik) lawan.
Meski bertubuh kecil, Verratti tak ragu untuk beradu fisik dengan lawan. Keberaniannya ini ditunjang oleh mentalnya. Hal itu terlihat bagaimana ia, sebagai pemain muda, langsung mendominasi lini tengah PSG ketika datang dari Pescara, klub “kecil” di Italia.