Bergelimang harta nyatanya tak membuat beberapa pesepak bola taat membayar pajak. Kasus penggelapan pajak ini jamak terjadi di Spanyol karena tingginya persentase pajak penghasilan di sana yang dapat mencapai 50 persen. Selain itu, Spanyol memang sedang giat memerangi pengemplang pajak sejak 2012 lalu untuk mengurangi area Shadow Economy.
Shadow Economy adalah istilah untuk menyebut area yang tidak mampu dijangkau para pemungut pajak. Sebelum tahun 2012 lalu tingkat Shadow Economy di Spanyol mencapai 19,3 persen, hanya kalah dari Italia (22,3 persen) dan Yunani (25,1 persen).
Namun kenyataannya, kasus penggelapan pajak para aktor lapangan hijau tak hanya terjadi di Spanyol. Berikut ini adalah kasus-kasus penggelapan pajak dari lapangan hijau yang sempat menghebohkan dunia:
Lionel Messi
Bintang Barcelona ini sempat berurusan dengan pihak berwajib setelah ia dan ayahnya, Jorge, dinyatakan bersalah oleh pengadilan Catalan pada Juli lalu karena menggelapkan pajak dalam periode 2007 hingga 2009. Total pajak yang ditunggak senilai 4,1 juta euro (sekitar 61 miliar rupiah) yang didapat dari hak citra sang pemain.
Dilansir dari Reuters, Messi melakukan penipuan pada kantor pajak Spanyol dengan menggunakan jaringan perusahaan tempurung (perusahaan aktif yang tampak tidak memiliki aktivitas seperti perusahaan penanaman modal) di Belize, Swiss, dan Uruguay, untuk menghindari pajak yang didapat dari hak citra sang pemain.
Akibat dari tindakannya ini, Messi didenda dua juta euro dan divonis 15 bulan penjara. Namun, pemenang lima Ballon d’Or ini tidak perlu mendekam dalam tahanan lantaran hukum di Spanyol yang menyatakan bahwa pelaku yang baru pertama kali terjerat kasus dan divonis di bawah dua tahun masa hukuman tak dapat dipenjara, hanya mendapatkan hukuman percobaan.
Neymar
Setelah Messi, kini giliran rekannya di Barcelona yang terjerat kasus serupa. Jika Messi bermasalah dengan pajak dari hak citranya, Neymar terlibat skandal nilai transfernya.
Pembayaran terkait nilai transfer Neymar dari Santos ke Barcelona dilakukan oleh perusahaan Brasil yang dikendalikan oleh ayah Neymar. Menurut jaksa, pembayaran itu disamarkan sebagai pembayaran lainnya untuk menghindari pelaporan dan persyaratan pajak.
Pihak Santos lalu mengajukan dokumen ke pengadilan agar rincian transaksi dapat diketahui lebih lanjut. Sekitar tahun 2015 di Brasil, hakim Carlos Muta mendakwa Neymar dengan tuduhan “menghapus sumber pendapatan dari luar negeri” dari tahun 2011 hingga 2013 (FC Barcelona diidentifikasi sebagai sumber pendapatan itu). Akibatnya, Hakim Muta memutuskan untuk membekukan aset Neymar senilai 47,75 juta dolar AS (sekitar 634 miliar rupiah).