“Anak ini tidak akan punya masa depan yang cerah”, kira-kira itulah yang dikatakan Karol Dobias ketika melihat awal karier Pavel Nedved. Karol Dobias merupakan seorang legenda Cekoslovakia yang meraih gelar Piala Eropa 1976.
Kalimat ini beliau ungkapkan setelah Nedved menerima tiga kartu merah dalam enam laga ketika membela Sparta Praha dalam musim debutnya. Sifatnya yang meledak-ledak ini diprediksi akan membuatnya dalam kesulitan yang besar ketika berkarier.
Namun ia mampu memutarbalikkan prediksi itu dengan mengubah sifat temperamennya itu ke arah yang positif. Pria yang memiliki kedua kaki sama kuatnya itu berhasil membuat dunia mengenangnya sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah ada.
Di balik sifatnya yang eksplosif ini, Nedved adalah seorang yang sangat mencintai keluarga dan jauh dari kehidupan glamor khas pesepak bola. Dalam salah satu wawancara eksklusif, ia pernah berujar, “I knew the training pitch better than anyone. When others went out clubbing, I went to sleep. When others had Christmas, I went out in the woods to run.” Ia lebih senang menghabiskan waktunya untuk terus berlatih. Lebih memilih untuk beristirahat daripada ke pesta semalam suntuk.
Awal karier profesionalnya dimulai dengan klub lokal, Dukla Praha. Semusim bermain untuk Dukla Praha, ia pindah ke Sparta Praha. Bermain selama empat musim untuk Sparta Praha, Nedved berhasil merengkuh tiga kali juara liga. Pada tahun 1996, Nedved berangkat bersama tim nasional Republik Ceska untuk mengikuti ajang Piala Eropa 1996 di Inggris.
Tampil bersama Karel Poborsky, Patrik Berger, Vladimir Smicer, mereka sukses mencapai final. Di final mereka sempat unggul lebih dahulu melalui gol penalti Patrik Berger. Sayang Nedved dan kolega harus mengakui keunggulan Jerman lewat golden goal Oliver Bierhoff yang menjadi bintang dengan dwigolnya. Setelah turnamen tahun itu, Nedved memilih untuk menerima tawaran SS Lazio.
Pemain yang bisa bermain di sayap kiri, kanan maupun sebagai pemain tengah ini mampu mengantar Lazio meraih Scudetto tahun 1999/2000. Scudetto yang kedua bagi Lazio sampai saat ini. Musim itu, dia bermain sebanyak 41 kali dan mencetak 6 gol.
Bersama Roberto Mancini, Juan Veron, Marcelo Salas, Alessandro Nesta, Diego Simeone, mereka berhasil meraih treble dengan memenangkan Piala Super Eropa, Liga Italia dan Coppa Italia.
Setelah menghabiskan lima musim yang cemerlang bersama Lazio, ia kemudian pindah ke Juventus pada musim 2001/2002. Kepindahan ini menuai kontroversi. Nedved mengungkapkan bawah Lazio tidak terlalu menginginkannya, padahal beberapa bulan sebelumnya ia menandatangani perpanjangan kontak selama empat tahun.
Nedved kemudian didatangkan Juventus untuk menggantikan peran Zinedine Zidane yang kala itu pindah ke Real Madrid dengan memecahkan rekor transfer dunia. Di musim pertamanya, ia langsung sukses mengantakan Juventus meraih Scudetto.
Puncak kariernya mungkin akan diingat orang ketika Nedved bersama rekan-rekannya berhasil membawa Juventus meraih Scudetto pada tahun 2003 serta membawa Juventus ke partai puncak Liga Champions. Sayang, Nedved tidak bisa bermain karena akumulasi kartu kuning.
Akhirnya Juventus pun gagal meraih trofi Kuping Lebar setelah dikalahkan AC Milan dalam drama adu penalti yang menyedihkan bagi Gianluigi Buffon itu. Pada akhir tahun itu juga, Nedved dianugerahi Ballon d’Or mengalahkan Thierry Henry dan Paolo Maldini.
Loyalitas ditunjukkan oleh Nedved ketika Juventus harus menerima kenyataan didegradasikan ke Serie B akibat skandal Calciopoli yang fenomenal itu. Berbeda dengan pemain bintang lainnya seperi Zlatan Ibrahimovic, Lilian Thuram, Fabio Cannavaro hingga Gianluca Zambrotta yang memutuskan angkat kaki dari Turin, pemain berambut pirang ini memilih setia bersama La Vecchia Signora.
Kala itu ia berkata, “Saya akan bermain untuk Juventus, baik itu di Serie A maupun Serie C sekalipun”. Bersama Buffon, Giorgio Chiellini, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan David Trezeguet, mereka langsung sukses mengantar Juventus kembali ke Serie A setahun berselang.
Pada musim 2008/2009, Nedved memainkan partai terakhirnya melawan Lazio, mantan klubnya pada laga pamungkas musim itu. Pada akhir musim itu, Jose Mourinho datang menawarkan kontrak kepada Nedved.
Menurut pengakuannya, pelatih Internazionale Milano kala itu menjanjikan pengalaman yang luar biasa jika bergabung bersama Inter dan mereka akan memenangkan Liga Champions. Nedved merasa tersanjung dengan tawaran dari Mourinho, namun ia menolaknya.
Dan kala itu, ia mengeluarkan kata-kata yang syahdu tentang hal ini, “Saya sangat tersanjung dengan tawaran tersebut, karena banyak pemain asuhannya yang merasa bahagia bermain di bawah asuhannya. Tetapi, ada satu hal yang membuat saya menolak tawaran tersebut. Respek. Saya sangat mencintai suporter Juventus dan merupakan kesalahan yang sangat besar bermain untuk rival ketika kami sedang di bawah. Mengatakan ‘tidak’ kepada Inter adalah keputusan yang tepat. Mereka memenangkan Liga Champions dan saya mempertahankan martabat dan cinta suporter kepada saya.”
Kalau sudah begini, bagaimana Anda tidak jatuh cinta pada pria dengan rambut pirang yang ikonik ini?
Author: Billy Darmawan