Nasional Bola

Memori Masa Kejayaan Persija bersama Aris Indarto

Persija Jakarta tengah menikmati periode positif usai meraih dua kemenangan dan satu hasil imbang dalam tiga laga terakhir Go-Jek Traveloka (GT) Liga 1. Ini tentu menjadi kabar gembira bagi para The Jakmania karena akhirnya tim kebanggaan mereka lolos dari masa-masa sulit di awal musim, terlebih Persija sukses menjaga gawangnya dari kebobolan di tiga pekan terakhir.

Optimisme pun memuncak di kubu Macan Kemayoran. The Jak berharap agar tim kebanggaannya segera mengulang masa-masa kejayaan Persija seperti ketika menjadi yang terbaik di Liga Bank Mandiri VII tahun 2001.

Bicara tentang gelar liga yang dimiliki Persija, selain Bambang Pamungkas, ada satu lagi sosok sentral saat itu yang jasanya tak akan dapat dilupakan. Dengan gagah perkasa ia menggalang pertahanan Macan Kemayoran. Ia adalah pemain muda yang kelak menyandang ban kapten, Aris Indarto.

Bersama Warsidi Ardi dan Antonio “Toyo” Claudio, Aris membuat pertahanan Persija sulit ditembus. Bukti dari kokohnya pertahanan Persija tampak dari jumlah kebobolan mereka di Wilayah Barat. Bersama Persib Bandung, mereka menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling minim dengan 18 gol. Hanya Pesebaya Surabaya di Wilayah Timur yang memiliki catatan kebobolan lebih baik yakni 11 gol.

Di babak 8 Besar, Persija berada satu grup dengan PSM Makassar, Persita Tangerang, dan Arema Malang di Grup B. Klub yang disebut pertama menjadi yang terbaik kedua di grup, menemani Persija melaju ke semifinal. Akan tetapi PSM tak hanya sekadar lolos. Mereka adalah pemuncak klasemen Divisi Timur yang menjadi lawan Persija di final.

Macan Kemayoran memang diuntungkan dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang menjadi lokasi perhelatan partai puncak, tapi bukan berarti mereka akan melaju dengan mulus.

Persija yang saat itu diasuh Sofyan Hadi langsung menggetarkan jala PSM di menit ketiga lewat Imran Nahumarury. Dua gol Bambang Pamungkas kemudian membawa Persija menjauh dan sempat dikejar PSM lewat penalti Miro Baldo Bento dan sepakan Kurniawan Dwi Julianto. Namun perjuangan Juku Eja hanya sampai disitu. Hasil akhir, Persija 3-2 PSM. Macan Kemayoran meraih titel pertamanya sejak kompetisi Galatama dan Perserikatan digabung.

Aris Indarto tampaknya memang terlahir sebagai kapten. Pembawaannya tenang dan jarang terlibat pertikaian di lapangan. Tinggi badannya memang kurang kompetitif untuk ukuran bek tengah, hanya 171 sentimeter, namun kekurangannya itu ditutupi dengan kemampuan membaca permainan yang sangat baik.

Ban kapten Persija disandangnya sejak 2003 hingga 2005. Di awal masa jabatannya sebagai kapten, Persija sempat jeblok dengan hanya menempati peringkat tujuh di Liga Indonesia 2003. Namun hal itu dibayar tuntas di dua musim selanjutnya oleh pria kelahiran Sragen, 23 Februari 1978 ini. Persija dibawanya bertengger di peringkat tiga Liga Indonesia 2004 dan lolos ke babak 8 Besar Liga Indonesia 2005 dengan status juara Wilayah Barat.

Di Liga Indonesia 2005 itulah eks pemain Diklat Salatiga ini kembali membawa Persija tampil di final menantang Persipura Jayapura. Ribuan Jakmania kembali memadati SUGBK, tempat berlangsungnya laga final. Sayang, malam itu bukan malamnya Persija. Aris yang saat itu memakai nomor punggung 7 dikalahkan Boaz Solossa dan kawan-kawan dengan skor yang sama ketika Persija mengalahkan PSM di final, 3-2.

Usai Liga Indonesia 2005 kelar, secara mengejutkan kontrak Aris tidak diperpanjang manajemen Persija. Sang kapten kemudian melanjutkan kariernya bersama Persik Kediri sampai tahun 2008 lalu kembali membela Persija hingga 2012. Di tim nasional, Aris sempat memakai seragam Merah-Putih dari tahun 2000 hingga 2005 dan termasuk dalam skuat emas Indonesia di Piala Tiger 2004.

Saat ini Aris sudah mengantongi lisensi kepelatihan B AFC namun belum ada niatan untuk melatih klub-klub di tanah air. Pemain yang memulai karier profesionalnya bersama Persikabo Bogor ini sedang asik membina SSB miliknya, Gelora Poetra, bersama sahabatnya, Rochi Putiray. Aris juga tak lupa menyalurkan hobinya dengan mengoleksi burung di kota kelahirannya, Sragen.

Aris Indarto adalah salah satu legenda yang patut dicontoh para penggawa Persija saat ini karena dedikasinya untuk tim benar-benar mencerminkan yel-yel Persija: Rumah para pemenang, tanah para pejuang. Gue Persija!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.