Marcos Alonso dan David Luiz sebagai alternatif progresi
Bila lawan berhasil memblokir jalur umpan dari ketiga bek maupun kedua gelandang tengah ke lini serang, Thibaut Courtois akan memainkan umpan lambung ke depan. Alonso yang bermain sebagai bek sayap kiri merupakan sasaran umpan Courtois. Chelsea menggunakan Alonso sebagai jalan keluar dari pressing lawan.
Dari bola lambung Courtois, Alonso akan melakukan flick-on sundulan. Flick-on yang ditujukan langsung kepada Hazard. Alternatif lainnya, bola dimainkan horizontal kepada Matic untuk kemudian Chelsea mencari akses progresi serangan.
Kenapa Chelsea memilih Alonso, tentu ada beberapa (kemungkinan) logika taktik dibaliknya. Pertama, dibandingkan Moses, si bek sayap kanan, Alonso memiliki kemampuan duel udara lebih baik menilik dari postur badannya.
Kedua, Chelsea memiliki Hazard yang dalam model serangan Conte menjadi pemain utama dalam prinsip progresi Chelsea dari sisi kiri. Sederhananya, Hazard merupakan andalan Conte dalam menciptakan akses serangan di sepertiga awal lawan. Dengan kehadiran Hazard di kiri, adalah wajar bila Conte berharap timnya dapat segera mengakses Hazard setelah perebutan (dan pemenangan) bola kedua hasil flick-on Alonso.
Ketiga, Alonso berada di tepi lapangan. Bila Alonso gagal memenangkan duel udara atau Chelsea gagal mendapatkan bola kedua, ketiga dan seterusnya, paling tidak, bola masih berada di pinggir, bukan di area tengah yang secara strategis berpotensi menciptakan kerepotan lebih banyak bagi pertahanan Chelsea.
Pilihan lain dalam build-up adalah memainkan bola ke sisi kanan yang mana Chelsea berusaha masuk ke dalam kotak penalti lawan melalui Pedro Rodriguez. Bila pilihan ini dinilai sulit digunakan, Diego Costa yang akan melibatkan diri dengan cara turun mendekat ke lini tengah untuk menciptakan opsi progresi.
Salah satu cara Chelsea mencapai Costa, di koridor tengah, adalah dengan memainkan bola kepada bek sayap untuk kemudian bola dilambungkan atau diumpan mendatar diagonal dari tepi lapangan kepada Costa yang mengokupansi koridor tengah.
Selain pola progresi yang beragam, kunci lain dalam build-up Chelsea adalah peran lini belakang. Tentu saja, kita tidak lagi membicarakan bagaimana kedua HB Chelsea menciptakan koneksi dengan lini depan. Kali ini yang kita sorot adalah David Luiz dan kemampuan umpan jarak jauhnya.
Walaupun lini belakang Chelsea tidak diberdayakan Conte untuk langsung mengakses lini terakhir (seperti Mats Hummels dan Jerome Boateng di Bayern Munchen), ada kalanya kemampuan umpan para bek Chelsea diperlukan untuk mengirimkan umpan kepada pemain terjauh.
David Luiz yang kebetulan memiliki karakteristik permainan semacam ini, sering kita temui memainkan bola-bola panjang diagonal jauh ke depan menyasar kepada pemain yang mengokupansi koridor tepi lapangan.