Sejak adanya regulasi pemain asing berpaspor Asia di sepak bola Indonesia, Cina bukanlah negara favorit. Klub-klub di kompetisi negeri ini lebih menyenangi para pemain dari daratan Asia Timur lain yaitu Jepang atau Korea Selatan.
Bahkan pemain dari Cina masih kalah populer ketimbang para pemain dari Timur Tengah dan negara Asia Tengah seperti Uzbekistan. Namun kiprah pemain asal Cina pernah ada yang cukup berkesan. Yaitu ketika para pemain asal Negeri Tirai Bambu memperkuat Persipura Jayapura.
Terjadi pada gelaran Liga Super Indonesia musim 2009/2010, Persipura Jayapura yang merupakan juara bertahan kompetisi pada permulaan musim menggunakan penyerang asal Australia, Matthew Mayora sebagai pemai asing berpaspor Asia mereka. Namun penampilan Mayora tidak terlalu baik, bahkan membuat mereka mesti tertinggal jauh dari pimpinan klasemen kala itu, Arema.
Jelang putaran kedua, tim Mutiara Hitam melepas Mayora. Mereka kemudian mendaratkan dua pemain asing lain. Dan yang mengejutkan adalah para penggawa baru tersebut berasal dari Cina. Memang bukan yang pertama di era sepak bola modern, karena Persebaya pernah diperkuat Zeng Cheng. Tapi tetap saja fenomena mendaratnya dua pemain asal Cina di Persipura adalah sesuatu yang tidak biasa.
Nama pertama pemain asal Cina yang mendarat di Persipura musim tersebut adalah Tang Tian. Berposisi sebagai gelandang, Tang mesti bersaing dengan gelandang-gelandang lain yang sudah lebih dulu dimiliki oleh Persipura seperti Immanuel Wanggai, Hendra Ridwan, dan kala itu kapten legendaris Edu Ivakdalam masih bermain. Yang mesti diketahui dari Tang adalah, ia sudah memperkuat tim-tim besar Cina seperti Dalian Shide dan Jiangsu Sainty (kini Jiangsu Suning).
Satu nama lain yaitu Qu Cheng yang berposisi sebagai penyerang. Yang paling diingat dari Qu Cheng adalah ia memasang nama punggung dalam aksara Cina di kaus timnya di Persipura. Berbeda dengan Tang, Qu Cheng datang ke Persipura dengan status pinjaman. Maklum kala itu ia adalah penyerang muda berusia 19 tahun yang masih belum mendapatkan kesempatan bermain di tim utama Jiangsu Sainty.
Kehadiran keduanya memang bisa dibilang tidak terlalu diperlukan. Bahkan bisa terlihat hingga saat ini bagaimana Persipura bisa superior di kancah sepak bola Indonesia dengan tidak menggunakan banyak pemain asing. Meskipun pada akhirnya ternyata Tang dan Qu Cheng kemudian bisa memberikan kesan yang bisa dibilang baik.
Tang memberikan pengalaman kepada tim Persipura yang kala itu ditangani oleh Jacksen F. Tiago. Sementara Qu Cheng memberikan dampak langsung kepada tim. Ia sering ditempatkan di posisi sayap kiri dalam skema ultra-ofensif yang diusung Persipura pada musim tersebut. Mereka seakan bermain dengan empat penyerang sekaligus. Qu Cheng bersanding dengan Beto Goncalves, Boaz Solossa, dan Ian Louis Kabes di lini depan tim Persipura.
Qu Cheng total mencetak lima gol, tiga di liga, dan dua di kompetisi Piala Indonesia. Dan salah satu gol yang berkesan adalah ketika Persipura menghantam Bontang FC pada 3 April 2010. Mendapatkan sodoran dari lini belakang, Qu Cheng kemudian melakukan akselerasi melewati para pemain bertahan lawan. Sebelum bola menyentuh tanah, Qu kemudian menembak bola yang kemudiang mengoyak gawang Bontang FC.
Selepas dari Persipura, keduanya kembali ke Cina. Qu Cheng masih bermain hingga saat ini. Terbaru, ia tercatat sebagai pemain tim level ketiga kompetisi sepak bola Cina, Sichuan Longfor. Sementara Tang menikmati kariernya di dunia kepelatihan. Sejak 2014 ia merupakan asisten pelatih tim besar, Shanghai Shenhua.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia