Bagi pencinta sepak bola dunia, tak ada yang menyangsikan kecantikan seorang Alex Morgan. Mata biru dengan rambut terkuncir dan pita merah jambu merupakan identitas kesempurnaan paras pesepak bola putri asal Amerika Serikat ini. Tak hanya cantik, Morgan juga dikenal sebagai penyerang andal dan kini, tengah mengincar kesempurnaan karier di Eropa.
Tekad ini tak lepas seiring keberhasilan klubnya, Olympique Lyon Feminin melaju ke final Liga Champions Wanita 2016/2017 usai menyingkirkan Manchester City akhir pekan lalu. Kemenangan tim tamu lewat kompatriot Morgan, Carli Lloyd, tak mampu membendung laju OL Feminin yang pada laga pertama di Academy Stadium Manchester, unggul 1-3.
Meski tak tampil penuh dalam dua laga semifinal ini, peran Morgan terbilang cukup besar. Bahkan, dia kerap jadi sasaran pelanggaran pemain lawan. Pada laga final yang berlangsung sama dengan Liga Champions, Cardiff City Stadium, 1 Juni mendatang, OL Feminin akan melakoni all-French final melawan Paris Saint-Germain Feminines.
Sebagai juara bertahan, OL Feminin kembali difavoritkan jadi yang terbaik. Selain itu, terakhir kali bersua dengan PSG Feminines, tepatnya semifinal musim lalu, Louisa Necib dan kawan-kawan menang dengan agregat delapan gol tanpa balas! Meski demikian, OL Feminin juga mesti mewaspadai rivalnya tersebut yang pada pertemuan pertama di liga musim ini menang tipis lewat gol jelang menit akhir.
Berbicara Liga Prancis Wanita, OL Feminin selangkah lagi kembali jadi juara dengan bekal selisih sembilan poin dari PSG Femines di peringkat ketiga. Memang, bola itu bundar, tetapi Alex Morgan bersama Lyon tengah mengincar kesempurnaan di Eropa usai kepindahannya dari AS.
Asa sejajar Mittag
Alex Morgan adalah sebuah fenomena tersendiri di dunia sepak bola Amerika Serikat dan umumnya internasional. Setelah eranya Mia Hamm dan Abby Wambach, Morgan seakan jadi representasi sepak bola kaum hawa Negeri Paman Sam. Bahkan andai sukses bersama OL Feminin, pemain bernama lengkap Alexandra Patricia Morgan itu bisa melebihi kedua legenda tersebut.
Memulai karier sebagai pemain di University of California, Morgan muda langsung jadi pilihan nomor satu draf Liga Profesional Wanita AS dan bergabung dengan Western New York Flash tahun 2011. Di tahun yang sama, pemain berjuluk The Baby Horse itu jadi sosok termuda di timnas perempuan Amerika Serikat (USWNT) yang jadi runner-up Piala Dunia Wanita 2011.
Sejak saat itu, karier Morgan menanjak dan sempat jadi penentu medali emas timnas wanita AS di Olimpiade London 2012. Setahun berselang, dia membawa klubnya, Portland Thorns juara liga. Setelahnya, Morgan jadi sosok penting kesuksesan USWNT juara Piala Dunia Wanita 2015.
Mengikuti jejak rekan terdekatnya, Tobin Heath, Morgan akhirnya mencicipi kerasnya persaingan di sepak bola Eropa, tepatnya di Prancis. Jika Heath sempat memperkuat PSG Feminines, Morgan berlabuh di OL Feminin dengan status pinjaman dari klubnya saat ini, Orlando Pride.
Baik di liga maupun kompetisi yang diikuti OL Feminin, minus Liga Champions Wanita, Morgan langsung menunjukkan kualitasnya. Gelontoran gol kerap tercipta darinya. Terlebih OL Feminin diperkuat banyak pemain kelas dunia macam Dzsenifer Marozsan dan Ada Hegerberg.
Di OL Feminin, Morgan bertekad menyamai status legenda sepak bola wanita Jerman, Anja Mittag. Pemain yang kini memperkuat FC Rosengard itu telah mengoleksi berbagai gelar baik domestik, regional, maupun internasional. Pada karier klub, Mittag tercatat sudah pernah jadi juara liga di dua negara berbeda, jawara Liga Champions Wanita, dan tentunya kompetisi pendamping liga.
Sementara di level internasional, medali Piala Eropa, Piala Dunia, dan Olimpiade cabang Sepak Bola Wanita sudah berhasil diraihnya. Bagaimana dengan Morgan? Jika merujuk pada prestasinya sejauh ini, dara cantik kelahiran San Dimas, California, ini hanya kurang trofi liga di Prancis dan Liga Champions Wanita, untuk bisa sejajar dengan Mittag, di mana pada kompetisi regional, dirinya telah memenangkan Kejuaraan Sepak Bola Wanita CONCACAF tahun 2014 lalu.
Di Cardiff, Juni nanti, dunia kembali menantikan aksi magismu, Alex Morgan!
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho