Sudah tiga pekan Go-Jek Traveloka Liga 1 berjalan. Meskipun masih awal dan jalannya kompetisi tentunya masih sangat panjang, sudah banyak sekali hal-hal yang terjadi dan sangat menarik perhatian.
Salah satunya adalah soal pemain yang menyarangkan gol ke gawang lawan. Di antara himpitan para penyerang asing dan marquee player, terselip tiga nama pemain lokal, yaitu Lord Atep, Lerby Eliandri Pong Babu, dan penyerang muda PS TNI, Gustur Cahyo Putro.
Dalam sejarahnya, pencetak gol terbanyak kompetisi sepak bola Indonesia didominasi oleh para pemain asing. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan kebanyakan klub yang memasang legiun asing di pos-pos penting di sektor penyerangan seperti penyerang atau gelandang serang.
Sejak unifikasi antara Galatama dan Perserikatan pada tahun 1995 yang selalu dianggap sebagai patokan era modern sepak bola Indonesia, setidaknya hanya sedikit nama lokal yang muncul sebagai pencetak gol terbanyak kompetisi. Mereka adalah Boaz Solossa, Ilham Jayakesuma, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Bambang Pamungkas. Ditambah Christian ‘El Loco’ Gonzales yang baru mendapatkan kewarganegaraan Indonesia sejak November 2010.
Boaz adalah yang tersukses dengan berhasil menjadi pencetak gol terbanyak sebanyak tiga kali. Raihan ini tentu dengan tidak menghitung keberhasilan El Loco menjadi pencetak gol terbanyak kompetisi empat musim beruntun. Karena apabila dihitung sejak ia mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, El Loco belum lagi meraih gelar sebagai pencetak gol terbanyak kompetisi.
Boaz masih memegang rekor jumlah total keseluruhan gol terbanyak dengan 75 gol. Namun apabila berbicara raihan gol terbanyak dalam satu musim, penyerang legendaris Peri Sandria masih memegang rekor tersebut dengan raihan 32 gol di musim perdana Liga Indonesia 1995/1996.
Peluang di Liga 1
Dari tiga pekan perdana, nama-nama yang muncul sebenarnya bisa dibilang tidak terlalu mengejutkan. Kecuali mungkin kemunculan Gustur Cahyo Putro yang sebelumnya tidak diperkirakan. Lord Atep musim ini sepertinya mendapatkan porsi lebih untuk mencetak gol. Di tiga pertandingan perdana ia diberikan keleluasaan bergerak oleh coach Djadjang Nurdjaman. Bahkan sebenarnya, di laga melawan Sriwijaya FC, Atep bisa dibilang berperan sebagai penyerang tengah palsu alias false nine.
Sementara itu di Borneo FC, meskipun Shane Smeltz ditempatkan sebagai penyerang tengah utama, dan Lerby Eliandri bermain sedikit melebar, lini serang skuat Pesut Etam bermain lebih cair. Sewaktu-waktu Lerby bisa berada di posisi yang ideal untuk mencetak gol. Sama seperti yang ia lakukan ketika ia menyarangkan gol ke gawang PS TNI dan Persegres Gresik United.
Menurut penulis pribadi, kemampuan menyundul bola Lerby yang luar biasa membuat ia menjadi penyerang lokal favorit untuk bisa menembus daftar teratas pencetak gol terbanyak kompetisi.
Sementara itu para penyerang senior masih belum menunjukan tajinya. Dengan adanya Luiz Carlos Junior, rasanya Bambang Pamungkas tidak akan begitu banyak bermain. Sementara itu Sergio van Dijk tentu membutuhkan waktu untuk mencapai kebugaran maksimal sampai ia bisa mencetak gol lagi.
Irfan Bachdim bersama Bali United pun punya peluang. Tapi sejauh ini ia lebih sering bermain di belakang Sylvano Comvalius ketimbang sebagai juru gedor utama. Boaz Solossa baru mencetak satu gol. Dan sepertinya ia akan mencetak gol lagi, dan lagi. Penyerang muda, Ahmad Nurhardianto mungkin akan lebih banyak disibukan oleh pelatihan Timnas U-22 jelang SEA Games 2017 nanti.
Namun, peluang penyerang Persela tersebut cukup besar terutama untuk tim yang memang menggunakan pemain lokal sebagai penyerang tengah utama mereka. Ekspektasinya tentu bukan saja Boaz lagi dan Boaz lagi yang berada di daftar teratas pencetak gol terbanyak kompetisi negeri ini. Penyerang muda lain tentu diharapkan bisa menjadi suksesor dari penyerang legendaris asal Papua yang sudah mulai uzur tersebut.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia