Dunia Asia

Tentang ‘Lionel Messi’ yang Diculik ISIS

Siapa yang tidak tahu Lionel Messi? Semua orang tahu, bahkan pencinta olah raga selain sepak bola pun ikut mengagumi talenta penyerang mungil Argentina tersebut. Baru-baru ini, Messi kembali jadi trending topic karena mencetak dua gol yang mengantarkan El Barca mengalahkan Real Madrid 3-2 di laga El Clasico di Santiago Bernabeu, Minggu (23/4). Gol ini menjadi gol ke-500 Messi selama kariernya di Barcelona.

Setelah sukses menjadi nemesis menakutkan bagi publik Bernabeu, di belahan dunia lain, ada lagi nama ‘Messi’ yang membuat heboh sosial media. Ya, seorang bocah Kurdi bernama Messi yang tinggal di Irak diculik kelompok militan ISIS pada tahun 2014 saat usianya masih dua tahun. Parahnya lagi, ibu dan kakak bocah Messi ini juga diculik. Kejadian ini terjadi saat ISIS menginvasi provinsi Sinjar, yang penghuninya mayoritas Kurdi Yazidi.

Diperkirakan saat itu ada 3.000 yang bisa terselamatkan, walau masih banyak yang masih ditahan. Sang penculik sempat meminta tebusan, namun keluarga Messi malang ini tak punya uang.

Kenapa sih, anak kecil tidak berdosa diculik hanya karena namanya Messi? Ternyata nama ‘Messi’ yang dimiliki bocah cilik ini, dianggap ISIS sebagai nama yang kafir dan tidak Islami, demikian pengakuan ayah sang bocah kepada TV lokal Kurdistan 24. Selama diculik, Messi diganti namanya agar lebih Islami menjadi Hassan.

Akhirnya, setelah tiga tahun, Messi kecil dan keluarganya bisa diselamatkan. Saat ini mereka berada di kamp pengungsi di Dohuk. Ironisnya, sang bocah masih merasa trauma akibat penculikan. Dia lebih senang bermain tembak-tembakan dibanding bermain bola.

Video yang dimuat Kurdistan 24 ini akhirnya menjadi viral. Semua orang bersimpati saat sang bocah menggeleng kala dipanggil dengan nama ‘Messi’. Efek penculikan selama bertahun-tahun tentunya masih membekas ke bocah yang saat ini berusia lima tahun.

Sekilas tentang etnis Yazidi, etnis yang tersingkirkan

Suku minoritas Kurdi Yazidi kerap dianggap sebagai “pemuja setan” dan menjadi target kelompok militan sejak invasi AS ke negara tersebut. Kepercayaan suku ini masih mengacu pada kepercayaan Zoroaster sekitar 4.000 tahun lalu. Namun, saat ini kepercayaan etnis ini sudah ada unsur-unsur agama lain seperti Islam atau Kristen.

Nah, karena masih menganut kepercayaan inilah makanya dianggap sebagai pemuja setan.

Etnis ini bisa dikatakan rentan terhadap diskriminasi, bahkan sejak pemerintahan Saddam Hussein. Ada sekitar 40.000 warga Yazidi di Jerman, negara tujuan mereka saat lari dari pemerintahan otoriter Saddam Hussein.

“Messi’s effect”

Penculikan anak bernama Messi di Irak ini sedikitnya menunjukkan bahwa nama bintang Argentina itu tampaknya menjadi momok tidak hanya bagi tim lawan, tapi juga para militan ISIS. Jika penjaga gawang sekaliber Gianluigi Buffon pun was-was dan berharap Messi bermain biasa saja di final Liga Champions Eropa musim 2014/2015, tentunya ISIS pun merasa gentar dengan nama ‘Messi’.

Ribuan komentar membanjiri sosial media dan media daring. Mereka menunjukkan simpatinya pada si Messi cilik. Dan berharap akan ada kedamaian di Timur Tengah.

Sekadar trivia, berbeda dengan Messi cilik, setahun lalu seorang bocah di Afghanistan tengah kepergok memakai seragam dari tas kresek menyerupai warna jersey timnas Argentina. Di belakangnya ada nama ”Messi”.

Setelah beberapa lama, Messi (yang asli, ya!) tergugah atas persitiwa tersebut. Langsung saja sang megabintang memberikan jersey Argentina miliknya lengkap dengan tanda tangan kepada bocah bernama Murtaza Ahmadi tersebut.

Yang lebih mengharukan, saat Barcelona melakoni laga persahabatan di Qatar melawan klub lokal, Ahmadi menjadi bocah pendamping yang menggandeng La Pulga masuk ke lapangan.

Semoga Lionel Messi yang asli bisa menyapa ”saudara ciliknya” yang berbagi nama sama dengannya di pengungsian di Dohuk, ya!

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)