Kolom

Reinkarnasi Wonderland dari Selatan London

Wilfried Zaha dan Andros Townsend.

Misteri sebuah takdir

Singkat cerita, masing-masing peran menemukan akhir yang indah. Nadia yang sempat ditolak lelaki pujaannya, bertemu Franklin. Sosok yang juga pemalu ini pada akhirnya memberanikan diri menyapa Nadia yang disambut dengan percakapan hangat dan masyuk dari keduanya.

Sementara Debbie memutuskan untuk menjaga jarak antara anaknya dengan Dan. Debbie merasa sosok Dan bisa memengaruhi masa depan dari putranya. Kisah paling menyentuh adalah kembalinya Molly dalam pelukan Eddie, tepat saat kelahiran putrinya, Alice, di rumah sakit. Nama Alice sendiri diberikan sang ayah yang terinspirasi dari kisah Alice in Wonderland.

Wonderland sendiri seakan memberikan gambaran sedih, tetapi bukan berarti kelam, kehidupan khususnya di sisi selatan London. Keinginan tiga sosok pemeran utama ini untuk bangkit, seperti berkaca pada performa Townsend, Benteke, dan Zaha di Palace sepanjang Liga Primer musim 2016/2017 ini.

Hanya enam bulan setelah kepindahannya dari Tottenham ke Newcastle United, Townsend dipinang Palace. Di Selhurst Park, pemain sayap berusia 25 tahun itu akhirnya benar-benar menunjukkan kualitasnya. Townsend yang sama baiknya bermain di kedua sisi, menjelma jadi ancaman menakutkan bek lawan. Hingga saat ini dia telah tampil sebanyak 32 kali dan mengemas tiga gol serta empat asis.

Setali tiga uang dengan Benteke yang kariernya meredup saat pindah dari Aston Villa ke Liverpool. 42 gol yang dicetak saat masih berkostum The Villans seakan tak berbekas kala tampil membela klub yang bermarkas di Anfield itu. Dalam satu musim, Benteke cuma mampu mengemas sembilan gol. Namun, itu cerita lama.

Kini penyerang asal Belgia itu mampu bangkit dari keterpurukan dengan mengemas 14 gol. Dua lesakan terbarunya dicetak ke gawang mantan, Liverpool,. Ini sekaligus jadi penegasan bahwa berpisah adalah keputusan terbaik untuk menyelamatkan karier dan reputasi Benteke sebagai penyerang buas.

Bagaimana dengan Zaha? Ujar-ujar “cinta akan membawamu kembali” seakan benar dirasakan oleh winger berusia 24 tahun itu.Mengalami dua musim yang buruk bersama Manchester United plus masa peminjaman di Cardiff City, Zaha membuat keputusan mengejutkan dengan kembali ke klub yang membesarkannya, Palace.

Tiga musim kembali ke Selhurst Park, Zaha tetap jadi anak emas publik London selatan. Tren performa eks timnas junior Inggris itu juga terus menanjak. Menurut Whoscored, Zaha merupakan pemain terbaik Palace hingga pekan ke-33 Liga Primer berkat enam gol dan sembilan asisnya.

Zaha di kiri, Benteke di tengah, dan Townsend pada sisi kanan, memberikan letupan tersendiri untuk Palace. Terakhir, The Eagles sukses jadi tim yang mampu menang beruntun lawan tiga tim papan atas, yakni Chelsea, Arsenal, dan Liverpool.

Chelsea yang tengah menikmati delapan laga tak terkalahkan, dibungkam Palace di Stamford Bridge dengan dua gol cepat Zaha dan Benteke. Sementara Arsenal lebih parah: Asa menuju empat besar dapat ganjalan besar saat Townsend menandai kekalahan tiga gol tanpa balas The Gunners di Selhurst Park. Teranyar, Liverpool merasakan pahitnya dibobol mantan (baca: Benteke) dua kali di hadapan suporter sendiri.

Berselang 18 tahun, Wonderland akhirnya menemukan pembuktian sejati lewat trio pemain dari klub sepak bola kebanggaan publik sisi selatan London, Crystal Palace.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho