Kolom Nasional

Perihal GO-JEK sebagai Sponsor Utama Liga 1

Bertempat di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Makostrad) Tentara Republik Indonesia (TNI), federasi sepak bola Indonesia, PSSI, mengumumkan beberapa poin penting jelang digulirkannya kompetisi reguler Liga 1. Selain mengumumkan regulasi baru dan jajaran direksi PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang akan menjadi operator kompetisi, PSSI juga mengumumkan bahwa perusahaan transportasi online, GO-JEK akan menjadi sponsor utama Liga 1 nanti.

Banyak pro dan kontra yang langsung bermunculan terkait GO-JEK menjadi sponsor utama Liga 1. Terlebih lagi nama GO-JEK kemungkinan besar akan tercantum sebagai bagian dari nama komersil kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia tersebut. Terkait sponsorship, ini mengundang pro dan kontra karena akan terkait banyak hal terutama manfaat ke depannya, dan value yang baik atau pun yang tidak.

Kedatangan GO-JEK sebagai sponsor utama Liga 1 sebenarnya cukup memberikan beberapa dampak yang positif. Pertama, soal branding atau pencitraan baru dari kompetisi sepak bola Indonesia. Dengan menggandeng GO-JEK yang merupakan perusahaan baru, tandanya kepengurusan baru PSSI dibawah komando Edy Rahmayadi memang ingin membawa sepak bola Indonesia ke era yang baru.

GO-JEK yang merupakan jasa transportasi online adalah sponsor jenis baru yang menyokong Liga 1. Memberikan dampak positif karena ini bukanlah produk-produk tertentu yang bertolak belakang dengan sepak bola. Sebelumnya, rokok dan kopi menjadi sponsor utama kompetisi tertinggi. Aneh bukan, apabila kompetisi olahraga untuk sehat main bal-balan tapi justru disponsori rokok?

Bisa jadi nantinya kita akan melihat segala sesuatu yang baru. Fitur GO-JEK di bidang transportasi yang secara mendasar adalah memindahkan seseorang dari satu tempat ke tempat lain juga akan berpengaruh kepada berjalannya kompetisi. Bisa jadi nantinya akan ada fitur tertentu yang memudahkan para penggemar sepak bola Indonesia untuk memesan tiket atau berpergian menuju stadion. Atau ada fitur bagi tim atau para penggemar yang ingin sampai di stadion dengan selamat dan menggunakan kendaraan taktis melalui fitur, GO-Rantis.

Terpilihnya GO-JEK juga berarti menyasar pangsa pasar baru untuk kompetisi sepak bola Indonesia. GO-JEK memiliki pengguna di kota-kota besar dan kebanyakan berada di usia muda. Golongan menengah ke atas dan pemuda tersebut kemudian akan menjadi pasar baru dari kompetisi sepak bola Indonesia.

Maka jangan heran apabila nantinya jumlah muda-mudi yang datang ke stadion jumlahnya akan semakin banyak. Pasar baru ini tentu setidaknya akan mendongkrak klub secara finansial. Terutama bagi klub-klub yang membutuhkan boost untuk mengundang para pemuda di daerah asal mereka untuk mendukung kesebelasan tersebut di segala aspek.

Pencitraan baru adalah hal utama yang diinginkan oleh PSSI dan PT LIB dengan menggandeng GO-JEK sebagai sponsor utama. Maka sepanjang musim depan bisa saja bermunculan fitur-fitur baru dengan basis teknologi yang akan mengiringi keberjalanan kompetisi Liga 1. Intinya, menggandeng GO-JEK adalah langkah berani nan spekulatif dari PSSI yang bisa juga diartikan sebagai upaya menangkap semangat zaman.

Namun, terpilihnya GO-JEK pun memiliki tantangan-tangan tersendiri. Karena pasarbaru yang disasar yaitu para pemuda, maka bisa jadi pasar lama yang berisi generasi-generasi yang lebih tua akan sedikit kesulitan mengikuti. Setidaknya membutuhkan waktu untuk membiasakan diri. Atau yang lebih ekstrem, akan meninggalkan sepak bola Indonesia (meskipun hal ini agak mustahil terutama untuk kesebelasan dengan tradisi yang kuat) karena malas menghadapi sesuatu yang baru.

Karena sejak lama sepak bola terkenal sebagai olahraga rakyat yang bisa dinikmati semua kalangan, kedatangan GO-JEK yang penggunanya lebih banyak kalangan menengah ke atas dan anak muda, bisa saja justru menghadirkan nilai eksklusif dari sepak bola yang padahal sebelumnya tidak ada. Dan tentu hal tersebut jangan sampai terjadi.

Terkait kisruh antara GO-JEK sebagai transportasi online dengan moda transportasi konvensional lain, bisa saja merembet ke sepak bola, walau kemungkinannya masih minim. Dan hal ini mesti diperhatikan betul oleh PSSI dan PT LIB selaku operator kompetisi. Jangan sampai hanya karena soal keuntungan, ketegangan yang terjadi di antara dua moda transportasi beda jenis tersebut semakin meruncing.

Branding baru menjadi ekspetasi yang diberikan ketika menggandeng GO-JEK sebagai sponsor utama Liga. Maka PSSI dan PT LIB perlu mengimplementasikan wacana ini dengan menjalankan liga bukan hanya dengan sebaik-baiknya, tetapi juga dengan cara yang modern. Karena GO-JEK secara nilai menjadi perwakilan era baru yaitu era daring dan digital di Indonesia.

Harapannya tentu kealpaan yang muncul pada kompetisi-kompetisi sebelumnya tidak terjadi. GO-JEK dan PT LIB bisa memutar kompetisi secara sehat, dan melakukan tanggung jawab mereka dengan baik terutama dalam urusan finansial. Subsidi 7,5 miliar untuk setiap klub adalah langkah awal untuk menuju era baru sepak bola negeri ini.

Pekerjaan berat juga dimulai dengan memberikan nama yang memang bagus dan layak jual untuk Liga 1 nanti. Jadi, PSSI, sudah punya nama liga yang komersil dan cocok?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia