Ezra Walian telah resmi mendapat persetujuan Presiden RI Joko Widodo, untuk dinaturalisasi. Proses naturalisasi Ezra kini berlanjut ke Dewan Perwakilan Rakyat dan diyakini tidak akan memakan banyak waktu kendati masih masih ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui.
Ezra Walian menjadi buah bibir di kancah sepak bola nasional usai dirinya mengatakan ingin membela timnas Indonesia, di penghujung tahun 2016 lalu. Hal yang membuat ucapan Ezra menjadi istimewa adalah karena ia tercatat sebagai pemain di akademi salah satu klub besar di Belanda, Ajax Amsterdam. Pesepak bola berdarah Manado kelahiran tahun 1997 silam ini ingin membela timnas Indonesia atas kemauannya sendiri, bukan dari tawaran naturalisasi PSSI.
Jika proses naturalisasi selesai tepat waktu, Ezra dapat memperkuat timnas U-22 yang akan berlaga di SEA Games 2017, pertengahan Agustus nanti. Dengan statusnya sebagai pemain Jong Ajax, publik sepak bola Indonesia tentu berharap agar ketajaman Ezra dapat memberikan kontribusi positif bagi timnas U-22.
Tren naturalisasi di sepak bola Indonesia kian gencar setelah Cristian Gonzales sukses membawa timnas Indonesia tampil sebagai runner-up Piala AFF 2010. Penyerang naturalisasi asal Uruguay tersebut sukses menambah daya gedor di lini depan. Kualitas Gonzales benar-benar terlihat dari golnya ke gawang Filipina di semifinal leg kedua.
Dengan kesuksesan yang diraih Gonzales dan tandemnya kala itu (Irfan Bachdim), timnas Indonesia nampaknya “ketagihan” untuk kembali melakukan naturalisasi. Tercatat beberapa nama pemain asing yang telah lama berkarier di sepak bola nasional atau memiliki darah keturunan Indonesia saat ini juga telah memiliki caps di timnas Garuda. Mulai dari Victor Igbonefo, Greg Nwokolo, hingga Stefano Lilipaly pernah dan masih berkontribusi bagi timnas Indonesia meskipun tidak lahir di negeri ini.
Melakukan naturalisasi pemain asing yang telah lama menetap di negeri ini atau yang memiliki darah keturunan Indonesia, sekilas memang terlihat menyenangkan. Prosesnya tidak lama, kualitas pemain yang diatas rata-rata pemain lokal, dan tentunya dapat memberikan kontribusi instan bagi timnas. Tak pelak, gelombang pemain naturalisasi terus berlanjut hingga saat ini.
Namun apakah opsi naturalisasi ini adalah cara terbaik untuk meraih prestasi? Jawabannya tergantung dari sudut pandang kita.
Jika acuannya adalah hasil instan, naturalisasi adalah salah satu pilihan terbaik. Bayangkan apabila lini depan timnas tidak diperkuat Gonzales dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2010. Tentu sangat sulit bagi Bambang Pamungkas menanggung beban sebagai pencetak gol seorang diri. Gonzales dengan badan besarnya memberikan opsi muscular forward di lini depan. Sesuatu yang jarang dimiliki oleh penyerang-penyerang lokal Indonesia. Begitu juga dengan Irfan Bachdim. Visi bermain serta area bermainnya yang luas membuat timnas lebih kreatif di lini depan.
Namun tak selamanya naturalisasi berbuah positif. Masih ingat Jhon van Beukering? Meskipun memiliki andil besar saat membawa De Graafschap promosi ke Eredivisie musim 2004/2005, Jhonny gagal memperlihatkan performa terbaiknya di timnas Indonesia karena kelebihan berat badan. Hanya dua caps yang ia torehkan sejauh ini, tanpa satu gol pun.
Akan tetapi jika acuannya adalah untuk mencetak pemain masa depan, maka cara yang sebaiknya ditempuh adalah pembinaan usia dini. Meskipun pemain muda naturalisasi kemampuannya berada di atas pemain muda lokal, namun mereka memiliki kendala seperti bahasa, kebudayaan, dan gaya permainan yang berbeda. Meskipun nantinya sang pemain akan beradaptasi, namun kita tidak tahu seberapa lama proses adaptasi itu akan berlangsung.
Mencetak bibit muda hingga menjadi pemain andalan di masa depan memerlukan proses pembinaan yang panjang. Sayangnya, Indonesia saat ini masih kekurangan pelatih untuk menggenjot pembinaan usia dini. Oleh karena itu, anggota komite eksekutif (Exco) PSSI Verry Mulyadi menawarkan jalur khusus bagi para mantan pemain timnas (baik yang masih aktif di klub maupun yang sudah pensiun) apabila tertarik meneruskan kariernya sebagai pelatih.
Melakukan naturalisasi sah-sah saja dilakukan, namun jangan lupa bahwa anak-anak Indonesia memiliki bakat alami bermain bola yang luar biasa. Asalkan dapat diasah dengan baik, kemampuan mereka akan berkembang secara optimal.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo )
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.