Pada tanggal 16 Maret 2017 ini, seorang legenda hidup sepak bola Indonesia merayakan ulang tahun yang ke-31. Ia adalah Boaz Solossa.
Beruntunglah masyarakat Indonesia yang mengikuti sepak terjang pemain kelahiran Sorong ini sejak tahun 2004. Di tahun ketika ia masih berusia 18 tahun, Boaz sudah mencuri perhatian di ajang Piala AFF yang waktu itu masih bernama Piala Tiger.
Uniknya, pada saat itu Boaz bahkan belum terdaftar sebagai pemain profesional karena usianya yang masih sangat muda. Pelatih Peter Withe pada saat itu tertarik untuk memanggilnya setelah melihat kehebatan putra Christopher Solossa ini di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004. Boaz sukses menjadi pencetak gol terbanyak dan membawa tim PON Papua menjadi juara bersama dengan Jawa Timur.
Salah satu babak semifinal turnamen tersebut mempertemukan Indonesia dengan rival abadi, Malaysia. Tim Merah Putih menderita kekalahan di kandang dengan skor 1-2, dan sudah terlihat akan tersingkir ketika Malaysia mencetak satu gol lagi di pertemuan kedua di Kuala Lumpur. Namun, Boaz memamerkan kehebatannya dengan menyumbang satu asis dan satu gol yang melengkapi skor akhir 1-4 untuk kemenangan Indonesia.
Gol keempat Indonesia yang dicetak Boaz Solossa dicetak dengan luar biasa indah. Gocekannya melewati penjaga gawang Malaysia mengingatkan kita kepada aksi salah satu penyerang terbaik dunia asal Brazil, Ronaldo. Sayangnya, Boaz menderita cedera di pertandingan final akibat terjangan Baihakki Khaizan dan Indonesia pun menyerah kepada kekuatan baru Asia Tenggara kala itu, Singapura.
Sejak saat itu hingga sekarang, berarti sudah tiga belas tahun lebih gocekan dan gol-gol Boaz menghibur kita di tim nasional Indonesia. Tim kelas dunia pun pernah dibobolnya, antara lain tim nasional Uruguay yang diperkuat Edinson Cavani dan Luis Suarez pada tahun 2010. Yang paling segar di ingatan kita adalah ketika di Piala AFF 2016, adik kandung Ortizan Solossa ini masih produktif dengan mencetak tiga gol serta menyandang ban kapten.
Di level klub, nama ikon Persipura ini lebih melegenda lagi. Sepertinya tak ada seorang pun di wilayah timur Indonesia yang tidak antusias jika menyebut nama Boaz. Bisa dipastikan orang-orang akan membahas kehebatannya dengan mata berbinar-binar, layaknya orang Argentina membahas Diego Maradona.
Selama Boaz membela panji Persipura, berbagai penghargaan serta rekor terus berdatangan ke klub kebanggaan masyarakat Papua tersebut. Boaz yang kala itu masih berusia 19 tahun mencetak gol pertama Persipura ke gawang Persija di final Liga Indonesia 2005. Partai puncak yang berlangsung di Gelora Bung Karno berakhir dengan skor 3-2 bagi Persipura, sekaligus mengakhiri penantian panjang masyarakat Papua untuk menjadi juara Liga Indonesia.
Setelah itu, Boaz selalu menjadi bagian sejarah terang Persipura. Selepas final bersejarah pada tahun 2005 tadi, tim Mutiara Hitam menjadi juara liga pada empat kesempatan setelahnya, yaitu pada tahun 2009, 2011, 2013 dan 2016. Hebatnya, pemain yang selalu menggunakan nomor punggung 86 ini tiga kali menjadi pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik Liga Indonesia.
Bukan hanya kita di Indonesia yang mengagumi kehebatan Boaz. Beberapa klub Eropa sempat menyatakan ketertarikan kepadanya. Salah satu yang paling serius adalah klub Belanda VVV Venlo, yang langsung ditolaknya atas alasan pribadi. Meski demikian, Liga Timor Leste sempat menyaksikan kehebatannya ketika Boaz memperkuat klub Carsae pada tahun 2016 lalu.
Setelah kembali membawa Persipura menjuarai turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu, kini peran Boaz bertambah seiring usianya yang semakin matang. Ia harus berusaha sebaik mungkin menjadi teladan bagi junior-juniornya di Persipura, baik di dalam maupun luar lapangan. Setidaknya, ia telah menunjukkan teladan di luar lapangan dengan menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Cenderawasih.
Sekali lagi, selamat ulang tahun, kakak Boci!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.