Dalam dunia olahraga, terutama sepak bola sering dijumpai pergantian pelatih kepala. Bukan hanya setiap musim, bahkan di tengah musim pun banyak tim-tim yang melakukan pergantian pelatih. Manajemen dan suporter menganggap pergantian pelatih akan berpengaruh pada prestasi tim.
Pelatih sendiri memiliki peran sebagai pembina dalam sebuah tim, ia yang membantu pemain untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi. Namun, kesuksesannya bukan hanya berasal dari program latihan yang sudah ia buat maupun taktik dan strateginya saja.
Menurut Timo Scheunemann, seorang pelatih yang sukses akan mampu menggabungkan pengembangan faktor taktik, teknik, fisik, dan psikososial dalam diri pemainnya. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim Ramzaninezhad dan Misagh Hoseini Keshtan dengan mengambil subjek tim-tim di Liga Iran.
Hasil penelitian mereka yang dijadikan jurnal berjudul The Relationship between Coach’s Leadership Styles and Team Cohesion in Iran Football Clubs Professional League (2009) tentang hubungan kepemimpinan pelatih dan kekompakan membuktikan bahwa, pelatih harus selalu memperhatikan kebutuhan fisik maupun psikologis para pemainnya agar mereka dapat menampilkan kemampuan terbaiknya dan bersama-sama meraih kesuksesan tim.
Tengoklah Djajang Nudjaman yang merupakan pelatih dari Persib Bandung. Sosoknya yang terlihat tenang namun tegas ternyata berhasil membuat tim Persib menjadi salah satu tim terbaik di Indonesia hingga saat ini. Ya, Persib Bandung sendiri memang sepertinya sudah sehati dengan Djajang. Sempat dilatih oleh Dejan Antonic, ternyata belum mampu membuat prestasi Persib stabil seperti saat dilatih Djajang. Mungkin itu juga menjadi salah satu alasan manajemen memintanya kembali ke Persib.
Ada lagi Indra Sjafrie ketika masih melatih Bali United. Kepemimpinannya yang terkenal begitu dekat dengan pemain membuat pemain nyaman, sehingga mereka pun berlomba-lomba menampilkan permainan terbaiknya. Hal ini pula yang membuat anak asuh Indra semenjak di timnas U-19 masih sangat menghormatinya meski sudah tidak dalam satu tim.
Widodo Cahyono Putro dengan karakter khasnya juga mampu menyusun kekuatan Sriwijaya FC dengan baik. Adanya masukan untuk menambah amunisi dari pemain muda yang dipadukan dengan pemain senior ternyata mampu membuat Sriwijaya menjadi tim yang lebih kuat dari sebelumnya. Sosoknya yang ramah dan sering berdiskusi dengan pemain membuat anak asuhnya merasa lebih lepas untuk menampilkan performa terbaik mereka. Bahkan kemampuan pemain-pemain Sriwijaya pun terlihat tak jauh berbeda.
Komisi Olahraga Australia pernah menulis artikel yang menjelaskan tentang pentingnya komunikasi antara pelatih dan pemain. Komunikasi yang baik antara pelatih dengan pemain menjadi salah satu contoh perilaku kepemimpinan yang akan membantu keduanya untuk dapat saling memahami satu sama lain, sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan dari tim itu sendiri. Saling memahami merupakan bagian dari penerimaan respon yang baik dari seorang rekan yang menggambarkan hubungan yang mereka bangun pun baik.
Packianathan Chelladurai, dalam salah satu jurnalnya berjudul Dimension of Leader Behavior in Sports: Development of a Leadership Scale (1980) menyatakan bahwa kepemimpinan pelatih (coach’s leadership) merupakan perilaku pelatih untuk mempengaruhi anggota tim dalam usaha mencapai tujuan tim. Seorang pelatih yang sukses dapat diukur dari kemenangan dan kekalahan timnya.
Perilaku dan model kepemimpinannya memiliki pengaruh yang besar terhadap penampilan para pemainnya. Dalam proses ini, kepemimpinan pelatih berisi tentang bagaimana dan apa saja yang dilakukan oleh pelatih dalam membantu mengarahkan timnya agar dapat meraih tujuan dari timnya. Ini menjadi sebuah proses penting dalam perkembangan suatu kelompok atau tim, karena didalamnya terdapat perilaku maupun interaksi yang dilakukan oleh pelatih dan anggota tim untuk mengembangkan timnya menjadi lebih baik. Dalam sebuah tim yang ada bukan hanya leader (pemimpin), tetapi juga ada follower (pengikut) yang dalam hal ini adalah pemain dari tim tersebut.
Melalui penelitiannya tentang Multidimensional Model of Leadership, Chelladurai mengungkapkan bahwa ada lima perilaku yang dapat menggambarkan kepemimpinan pelatih, yakni latihan dan instruksi, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan pemberian feedback atau timbal balik. Kepelatihan yang efektif akan merubah penampilan tim menjadi lebih baik dengan improvisasi coach skills dan pemahaman mengenai bagaimana pemain dapat terpengaruh oleh perilaku pelatih.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemain mengenai kepemimpinan pelatih mereka, karena hal tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan tim, baik target prestasi, sistem bonus (reward) dan hukuman (punishment), serta aturan atau norma yang berlaku di dalam tim. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepemimpinan seorang pelatih misalnya, faktor situasional (norma yang terdapat dalam tim, tujuan tim, dan struktur tim ataupun regulasi dalam tim), karakteristik pemimpin (personal dari pelatih seperti usia, gender, dan pengalaman menjadi pelatih), serta bagaimana karakter anggota tim (pengalaman bermain mereka yang berbeda-beda akan memunculkan perilaku yang berbeda pula pada masing-masing pemain).
Saat ini pergantian pelatih dan pemain diangggap sebagai suatu hal yang wajib dilakukan oleh sebuah tim, tak jarang pula tim-tim mulai membentuk skuatnya dari nol lagi karena menyesuaikan dengan pergantian pelatih kepala. Lalu dengan persaingan yang akan semakin ketat di tiap musim, akankah masih menyukai seringnya berganti pelatih atau lebih memilih melanggengkan hubungan dengan pelatih yang itu-itu saja?
Author: Dianita Iuschinta Sepda (@siiemak)
Mahasiswi program magister psikologi di Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta kajian psikologi olahraga dan Juventus.