Eropa Lainnya

Kisah Hakim Ziyech yang Dicela Marco van Basten

“Bodohnya kamu, lebih memilih Maroko padahal kamu berpeluang besar dipanggil (timnas) Belanda”

Kalimat itu terucap oleh seorang legenda lapangan hijau De Oranje, Marco van Basten, ketika Hakim Ziyech menolak tawaran bermain di timnas Belanda, dan lebih memilih membela negara asal orang tuanya, Maroko.

Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2015. Ziyech yang saat itu tampil beringas di Twente dengan mencetak 17 gol dari 33 pertandingan, mendapat panggilan untuk melakoni laga perdananya di tim senior Belanda. Ziyech sendiri sudah pernah mengecap caps di De Oranje U-19 hingga U-21, dan tentunya tak banyak yang menyangka kalau ia dengan mantap menolak panggilan berharga itu.

Sontak, keputusannya ini langsung menggemparkan sepak bola Belanda, karena di tengah banyaknya pemain imigran yang berharap dapat tampil membela Negeri Kincir Angin yang dihuni banyak pemain kelas dunia di dalamnya, Ziyech justru mengambil langkah yang berisiko besar, dengan menerima panggilan sebuah timnas yang berjaya di tingkat kontinental saja susahnya bukan main, apalagi menembus Piala Dunia.

Apa yang ada di benak Ziyech saat itu? Ternyata jawabannya sangat mulia dan menyentuh hati.

“Federasi sepak bola Maroko telah mendekatiku selama bertahun-tahun. Aku lahir di sini (Belanda), tapi asal muasal keluargaku dari sana (Maroko)”, ungkapnya pada FOX Sports Netherlands.

Ia tidak melupakan dari mana ia berasal. Ia memang lahir di Belanda, tapi garis keturunannya berasal dari Maroko, bahkan namanya saja sangat berbau Maroko. Sebuah keputusan besar yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang berjiwa besar. Namun, ternyata ada alasan lain dibalik keputusannya ini.

Marco van Basten yang saat itu masih membesut timnas Belanda, kabarnya tidak memiliki hubungan yang baik dengan Ziyech, sehingga sang pemain semakin mantap untuk menolak mengenakan seragam oranye, walaupun Liga Belanda adalah tempat ia mengawali karier mudanya yang mentereng.

Cerita terjadi ketika van Basten melatih Heerenven, dan Ziyech saat itu baru mentas dari tim junior Heerenven.

“Dia sempat akan meminjamkanku di musim pertamaku, dan mengucap berbagai janji. Namun, setelah itu ia tidak berbicara lagi denganku, tanpa alasan yang jelas”, ujar pemain berusia 24 tahun ini pada FOX Sports Netherlands.

Semusim kemudian, tawaran datang dari Twente, dan di situ kehebatan sesungguhnya dari Ziyech mulai tampak. Di saat yang bersamaan, van Basten tidak memperpanjang kontraknya bersama Heerenven, dengan hasil 27 kemenangan, 27 kali kalah, dan sisanya imbang.

“van Basten merupakan legenda di sini, tapi ia bukan pelatih yang bagus”, pungkas Ziyech di FOX Sports Netherlands.

Sebuah keputusan kecil yang berdampak besar bagi Ziyech, karena tahun ini ia bisa memamerkan pencapaiannya pada mantan pelatihnya itu dengan bersombong ria: Ziyech akan bermain di Piala Dunia 2018 bersama Maroko, sedangkan Belanda hanya jadi penonton.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.