Eropa Inggris

Ledley King: Sang ‘Raja’ Cedera

Salah satu permasalahan klasik yang kerap mengganggu karier seorang pesepak bola, tak lain tak bukan, adalah cedera. Sebagai profesi yang beban aktivitas fisiknya cukup berat, hantaman cedera adalah keniscayaan. Hal ini jugalah yang menimpa pesepak bola asal Inggris, Ledley King.

Lahir di sebuah distrik bernama Bow, yang terletak di wilayah Londo, pada 12 Oktober 1980 silam, King mengawali karier sepak bolanya di tim yang kini berlaga di Sunday League, Senrab F.C, di tahun 1996. Bersama klub yang juga menjadi tempat David Bowyer, Sol Campbell, Jermain Defoe, John Terry, dan Bobby Zamora menimba ilmu di level junior itu, King berhasil menunjukkan segenap potensinya.

Performa apik yang ditunjukkannya bersama tim Senrab junior itu pula yang kemudian menarik atensi pemandu bakat Tottenham Hotspur. Tak ingin disalip oleh para rival yang juga memantau bakat King, manajemen The Lilywhites bergerak cepat demi merekrutnya untuk didaftarkan di tim akademi mereka.

Apa yang diperbuat Tottenham kala itu sama sekali tidak salah karena King sukses bertransformasi menjadi pesepak bola muda yang punya kemampuan ciamik. Sejumlah kalangan bahkan menyebut King adalah copy-cat dari legenda sepak bola Inggris, Bobby Moore.

Dengan bangun tubuh kekar dan menjulang, King memang sosok yang ideal buat mengisi pos bek tengah. King sendiri diproyeksikan bakal menjadi tandem bagi Sol Campbell guna membentuk sebuah tembok tebal di lini pertahanan The Lilywhites. Tapi sial, kebersamaan keduanya tak berlangsung lama karena nama terakhir justru sepakat untuk pindah ke rival bebuyutan di area London Utara, Arsenal, pada musim panas 2001.

Meski kesal bukan main lantaran Campbell hijrah ke rival sekota, kehadiran King memberi hawa sejuk bagi pendukung setia The Lilywhites. Mereka yakin bahwa King adalah sosok yang bisa diandalkan untuk membawa Tottenham menuju era yang lebih baik dan menggondol banyak prestasi.

Harapan tersebut memang tidak salah, sebab King selalu menjadi pilihan utama di lini pertahanan semenjak kepergian Campbell. Padahal The Lilywhites cukup sering menggonta-ganti pelatihnya di pengujung 1990-an sampai 2010-an awal.

Setidaknya ada nama David Pleat, Clive Allen, Alex Inglethorpe, George Graham, Glenn Hoddle, Jacques Santini, Martin Jol, Juande Ramos, Harry Redknapp, sampai Andre Villas-Boas yang pernah duduk di kursi pelatih Tottenham meski tiga nama pertama hanya berstatus sebagai caretaker.

Penampilan puncak King sebagai andalan Tottenham begitu nyata terlihat pada rentang 2001-2006. Tercatat, dirinya tak pernah bermain kurang dari 26 pertandingan dari seluruh kompetisi yang diikuti The Lilywhites tiap musimnya. King pun masuk ke dalam skuat Inggris yang bertempur di ajang Piala Eropa 2004.

Sayangnya, deraan cedera menghantam King secara bergantian setelah itu. Dimulai dari cedera lutut yang diikuti cedera metatarsal, memaksanya banyak absen dari lapangan di musim 2006/2007. Sehabis itu, dirinya juga pernah didiagnosa mengalami cedera otot, betis, dan masih banyak lagi sehingga tak merumput jadi sesuatu yang biasa dirasakan King.

Namun dari sekian cedera yang dialami Ledley King, imbas dari cedera yang sempat menghujam lututnya begitu memengaruhi perjalanan karier dari pria yang dipanggil “freak” oleh Redknapp tersebut. Lututnya tak pernah sembuh total dari cedera tersebut sehingga kerap sekali kambuh dan memaksanya menjalani operasi beberapa kali.

Tak heran jika musim-musim berikutnya juga terasa getir buat King lantaran dirinya lebih banyak menyaksikan laga Tottenham dari tepi lapangan atau via televisi. Pendukung rival lantas ‘menghadiahi’ King dengan julukan ‘raja’ cedera.

Walau begitu, pemain yang identik dengan nomor punggung 26 ini masih bisa menyumbang satu trofi Piala Liga di musim 2007/2008 buat The Lilywhites. Namun trofi itu sendiri menjadi satu-satunya gelar bergengsi yang bisa didapat King di sepanjang karier sepak bolanya.

Serentetan cedera yang dialami King pada 2006-2012 bahkan membuat metode latihan yang dijalaninya berbeda dengan rekan satu timnya. King menjalani latihan khusus agar kebugarannya tetap terjaga namun resiko terkena cedera dapat diminimalisasi. Hal ini diterapkan oleh tim pelatih Tottenham supaya lelaki yang sekarang berumur 37 tahun ini tetap bisa bermain meski durasi dan intensitasnya berkurang.

Dalam rentang waktu tersebut, King memang tak pernah bermain lebih dari 29 partai di seluruh ajang per musimnya. Jumlah menit bermainnya pun tidak begitu maksimal karena King jarang sekali dimainkan dalam tempo 90 menit pertandingan.

“Setiap kali aku membaca namaku sendiri, seolah-olah ada kata ‘lutut’ yang mengikutinya. Itu sungguh menyakitkan. Semua pesepak bola membenci cedera. Tak suka bila harus menepi lama dan akrab dengan meja operasi. Kesal apabila disebut rentan cedera. Tapi pada akhirnya, aku merasa jika satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk mengobati kegetiran itu hanyalah berupaya keras agar bisa tetap bermain”, tutur King dalam wawancaranya dengan The Guardian.

Pada 19 Juli 2012, King akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pesepak bola profesional akibat terpaan cedera yang tiada henti. Padahal usianya baru menyentuh angka 31 tahun ketika itu.

Karier yang terdistraksi cedera itu benar-benar menyiksa King. Sejumlah kalangan pun menyayangkan hal itu justru terjadi kepada sosoknya. Pasalnya, King disebut-sebut sebagai salah satu bakat terbaik Inggris dalam kurun tiga dekade terakhir.

“King adalah satu dari sekian bek terhebat yang pernah kuhadapi. Dirinya tak perlu repot-repot menarik kaos atau melakukan kontak fisik supaya bisa merebut bola dari kakiku. King bisa melakukannya dengan cara yang bersih dan itu sungguh fantastis”, puji Thierry Henry, mantan penyerang hebat milik Arsenal medio 1999-2007 silam.

Usai pensiun, King yang selama memperkuat Tottenham bermain sebanyak 321 kali dan menyumbang 15 gol di seluruh ajang yang diikuti The Lilywhites, kini berstatus sebagai ambassador klub.

Happy birthday and have a long life, King! 

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional