Nasional Bola

Bonek: Semakin Baik, Semakin Diuji

Semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin yang menerpa. Mungkin peribahasa itu yang tepat untuk menggambarkan Bonek, para pendukung Persebaya Surabaya. Di saat perubahan karakter yang lebih baik semakin ditunjukkan, ujian demi ujian pun tidak henti-hentinya menghadang.

Tidak bisa dipungkiri jika Bonek pernah memiliki stigma buruk. Bahkan, saya pikir nama Bonek melejit juga karena hal itu. Siapa yang tidak mengenal Bonek? Saya rasa hampir tidak ada.

Orang yang tidak suka pada sepak bola pun pasti tahu, atau paling tidak pernah mendengar kata Bonek. Pasalnya, tidak sedikit media yang memberi porsi cukup besar dalam memberitakan Bonek, terutama mengenai berita yang buruk. Tentang Bonek yang berbuat kericuhan atau menjarah warung, misalnya. Hal tersebutlah yang kemudian membuat Bonek semakin dikenal publik. Lengkap dengan stigma buruknya.

Akan tetapi, karakter Bonek yang demikian sudah tidak relevan dengan karakter Bonek saat ini. Bonek yang dahulu dikenal banyak orang karena karakternya yang brutal sudah berubah. Barangkali masih ada satu-dua yang nakal, tetapi secara garis besar, Bonek sudah jauh lebih baik.Bonek sekarang sudah lebih dewasa, lebih tertib, dan lebih santun.

Dibekukannya Persebaya oleh PSSI barangkali menjadi momentumnya. Saya pikir perubahan Bonek berawal dari sana. Perjuangan yang melelahkan dalam mengembalikan nama Persebaya membuat mereka sadar, betapa menyakitkannya ketika disakiti. Ya, betapa menyakitkannya ketika bertahun-tahun tidak bisa mengawal kebanggaan berlaga. Maka, ketika Persebaya sudah kembali ke dunia sepak bola nasional, Bonek tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Bonek: Diuji terus, terus diuji

Memang, perjalanan menuju kebaikan tidak akan mudah. Akan ada kerikil-kerikil tajam yang menguji apakah perjalanan akan diteruskan atau dihentikan. Inilah yang dialami Bonek. Perubahan positif yang terus mereka ditunjukkan belum bisa sepenuhnya diterima. Barangkali dosa-dosa mereka di masa lalu memang sulit dimaafkan. Atau sudah dimaafkan tetapi sukar dilupakan.  Alhasil, tak sedikit ujian yang menerpa suporter berlogo wong mangap ini dalam mendukung Persebaya di Liga 2.

Salah satunya adalah larangan bagi Bonek untuk mengawal Persebaya di tribun. Terhitung sudah tiga kali Bonek tidak diizinkan mengawal kebanggaan mereka. Pertama, ketika Persebaya bertanding melawan PSBI Blitar di Stadion Sultan Agung Bantul pada 11 Juli lalu. Pertandingan tersebut digelar tanpa penonton. Namun, Bonek tetap datang mengawal Persebaya  meski hanya di luar stadion.

Kedua, saat Persebaya bertandang melawan Persinga Ngawi di Stadion Ketonggo pada 15 Juli lalu. Bonek yang sudah datang ke kota Ngawi, lagi-lagi hanya sampai di luar stadion karena tidak mendapatkan izin masuk stadion dari pihak keamanan.

Belum cukup sampai di situ, larangan bagi Bonek untuk mengawal Persebaya kembali terulang di Tuban. Bonek tidak diizinkan mndukung Persebaya saat melawan Persatu Tuban di Stadion Lokajaya pada 28 Agustus lalu. Namun, seperti yang sudah-sudah, Bonek tetap datang meski tertahan di area sekitar stadion.

Sesuai maklumat yang dikeluarkan Kapolres Tuban, suporter dari kedua tim yang bertanding memang tidak diperkenankan menyaksikan secara langsung. Salah satu alasannya tak lain karena kapasitas tribun Stadion Lokajaya yang minim tidak akan cukup untuk menampung mereka. Apalagi antusisme Bonek untuk mengawal Persebaya sangat besar.

Namun, yang paling menyakitkan bagi Bonek adalah poin kelima yang dimaklumatkan Kapolres Tuban. Bunyinya, “Kepada pemilik warung sepanjang jalur Tuban-Babat, diimbau waspada, apabila perlu agar tutup pada hari pertandingan”. Poin kelima ini jelas menyinggung perasaan Bonek. Di dunia maya, hal tersebut cukup ramai diperbincangkan saat itu.

Memangnya kenapa harus tutup? Lha wong Bonek ke Tuban hendak mendukung Persebaya, bukan menjarah warung.

Setelah kejadian demi kejadian mulai dilupakan dan situasi kembali mendingin, ujian datang lagi. Adalah konflik yang melibatkan Bonek dengan salah satu perguruan silat, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Dalam konflik yang terjadi usai laga Persebaya melawan Persigo Semeru FC pada Sabtu (30/9) malam di Stadion Gelora Bung Tomo ini, dua anggota PSHT harus meregang nyawa.

Insiden itu sudah sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berwajib. Kapolrestabes Surabaya, M. Iqbal, beserta jajarannya juga melakukan upaya mediasi. Kedua belah pihak yang berkonflik, Bonek dan PSHT, dipertemukan di Mapolrestabes Surabaya pada 1 Oktober kemarin. Pertemuan itu pun menghasilkan kesepakatan, antara lain kedua belah pihak saling menahan diri, proses akan dilanjutkan ke ranah hukum, dan tidak boleh ada sweeping dari pihak manapun.

Namun, tetap aja situasi yang masih panas tidak mudah didinginkan. Terlebih ketika Bonek melakukan awayday ke Jember untuk mengawal Persebaya melawan Persigo Semeru FC di Jember Sport Garden (JSG) pada 4 Oktober kemarin. Dikutip dari emosijiwaku.com, menjelang pertandingan, ada laporan penyerangan yang diduga sebagai anggota PSHT kepada Bonek yang berada di JSG.

Diperkirakan ada 100 orang yang tiba-tiba menyerang Bonek. Mereka berpakaian hitam dan memakai tali rafia di lengan. Ada yang terkena tusukan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sepasang suami-istri diculik dan sempat disandera, tapi untungnya bisa diselamatkan. Massa yang menyerang langsung kabur melalui sawah-sawah.

Lalu seusai pertandingan, ketika hendak pulang, Bonek tertahan selama kurang lebih dua jam di JSG. Isu-isu penyerangan massa yang berseliweran membuat situasi mencekam. Namun, kesigapan aparat keamanan dan kepatuhan Bonek terhadap imbauan mereka, membuat semuanya baik-baik saja. Setelah situasi kondusif, Bonek pun bisa keluar dari JSG dan pulang ke Surabaya.

Mengenai  dua anggota PSHT yang meregang nyawa, pihak kepolisian juga sudah menangkap dua Bonek yang menjadi pelakunya. Sesuai kesepakatan, kasus ini sepenuhnya akan dilanjutkan ke ranah hukum.Ya, siapapun yang bersalah memang harus dihukum.

Tentu konflik dengan PSHT ini kembali mencoreng nama Bonek. Meski Bonek tidak sepenuhnya bersalah mengingat dalam insiden di JSG, nyatanya justru Bonek yang diserang. Namun, inilah ujian yang menerpa Bonek di tengah jalan menuju perbaikan diri. Ya, Bonek memang sedang diuji bagaimana mempertahankan karakter baik yang sedikit banyak sudah berhasil disematkan.

Semakin besar nama Bonek dan semakin positif perubahan yang ditunjukan Bonek, memang berbanding lurus dengan ujian yang menerpa Bonek. Namun yang jelas, jangan lelah memperbaiki diri. Tetap tunjukkan bahwa Bonek adalah pendukung Persebaya yang penuh cinta dan kedamaian.

Salam satu nyali. Wani!

Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswi komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri