Piala Dunia 2018 Dunia

Bila Argentina Gagal ke Piala Dunia 2018…

Dalam konstelasi sepak bola dunia, Argentina tentu bukan nama sembarangan. Negara yang terletak di ujung selatan kawasan Amerika Latin ini merupakan salah satu raksasa sepak bola karena punya setumpuk gelar juara. Mulai dari dua medali emas Olimpiade, empat belas trofi Copa America, hingga sepasang gelar Piala Dunia.

Mereka pun terbilang rajin menelurkan nama-nama pesepak bola bintang dengan kualitas nomor satu. Mulai dari Guillermo Stabile, Mario Kempes, Diego Maradona, Gabriel Batistuta, hingga Lionel Messi.

Namun anehnya, walau terus mencetak bintang sepak bola dunia, Argentina justru mengalami periode paceklik gelar dalam kurun tiga dekade terakhir. Usai menjadi kampiun Piala Dunia 1986, prestasi terbaik La Albiceleste hanyalah runner-up di Piala Dunia 1990 dan Piala Dunia 2014.

Sementara di ajang Copa America, titel yang direngkuh terakhir kali pada tahun 1993 belum bisa diekori trofi-trofi berikutnya. Lagi-lagi, status finalis yang didapat pada tahun 2004, 2007, 2015, dan 2016 jadi pemberhentian terbaik sampai hari ini.

Tak berbeda jauh, ketika mentas di Olimpiade sekalipun, Argentina masih belum berhasil menambah pundi-pundi medali emasnya yang terakhir kali digapai pada tahun 2008 kemarin saat berlaga di Olimpiade Beijing.

Benarkah ini sebuah pertanda jika Argentina mengalami krisis?

Sialnya, usaha La Albiceleste untuk menyudahi puasa gelar prestisius justru kembali terancam. Hal ini disebabkan oleh performa jeblok yang mereka tunjukkan pada babak Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Latin. Ajang ini sendiri merupakan turnamen yang paling dekat penyelenggaraannya.

Menjalani kualifikasi sejak tahun 2015 kemarin, langkah kaki anak asuh Jorge Sampaoli kelihatan terseok-seok. Dari enam belas pertandingan yang sudah dimainkan, Messi dan kawan-kawan cuma membukukan rekor enam kemenangan, enam hasil imbang, dan empat kekalahan. Alhasil, mereka pun kini terjerembab di peringkat kelima babak Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Latin dengan bekal 24 poin.

Jika Argentina ingin lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia, satu-satunya opsi yang tersedia adalah mengamankan angka sempurna di dua laga tersisa babak kualifikasi zona Amerika Latin. Kebetulan, dua lawan yang akan dihadapi anak asuh Sampaoli ‘hanyalah’ Peru dan Ekuador.

Namun bila tak sanggup mengatasi dua tim tersebut, peluang La Albiceleste untuk mentas di ajang sepak bola antarnegara paling top itu dipastikan menipis atau bahkan tertutup sama sekali. Pasalnya, tim-tim lain seperti Cile, Paraguay, Ekuador, dan Peru sendiri juga masih menyimpan kans lolos. Hasil-hasil positif yang bisa didapat mereka di dua partai sisa tentu bisa dijadikan senjata untuk menyalip Argentina di garis akhir.

Lalu, apa yang sebaiknya Argentina perbuat jika mereka benar-benar cuma jadi penonton di ajang Piala Dunia 2018 nanti?

Mengebut proses regenerasi

Ketika Jerman hancur lebur di Piala Eropa 2000 yang lalu, asosiasi sepak bola Jerman (DFB) langsung mencanangkan program pembenahan yang masif dan terstruktur. Hal ini bertujuan agar di masa yang akan datang, kualitas sepak bola Jerman (baik dari sumber daya pemain, pelatih, manajemen hingga level permainan) selalu berada di titik tertinggi bahkan sejak usia dini.

Benar memang jika dana yang dikeluarkan DFB demi program itu sangat luar biasa banyak, namun saat ini kita bisa sama-sama melihat jika program tersebut dapat mendatangkan manfaat walau butuh waktu cukup lama untuk memetik manfaat tersebut.

Jika dicermati lebih jauh, saat ini ada masalah regenerasi yang membelit timnas Argentina. Generasi Messi dan rekan-rekan seangkatannya (seperti Sergio Aguero, Ever Banega, Angel Di Maria, Gonzalo Higuain, dan Javier Mascherano) yang semakin menua, walau masih ada di puncak permainan, belum punya pengganti sepadan di seluruh lini.

Sementara jarak di antara mereka dan generasi Paulo DybalaMauro Icardi terbilang cukup jauh. Bila ingin tampil lebih baik di masa yang akan datang, tak ada salahnya jika asosiasi sepak bola Argentina (AFA) semakin serius menggodok proses pembinaan usia dini sekaligus menyiapkan armada yang lebih kuat di masa depan.

Previous
Page 1 / 3