Eropa Inggris

Sol Campbell: Bermula di Tottenham Hotspur, Menjadi Legenda di Arsenal

Rivalitas antara Tottenham Hotspurs dan Arsenal menjadi salah satu yang terpanas di kancah sepak bola Britania Raya. Sama-sama bermarkas di London Utara, faktor geografis menjadi penyebab utama panasnya perseteruan The Lilywhites dan The Gunners ini.

Anehnya, tidak sedikit pemain yang menyebrang dari Arsenal ke Tottenham dan sebaliknya. Sebut saja, nama-nama seperti Emmanuel Adebayor, William Gallas, serta David Bentley. Namun, nama Sol Campbell mungkin menjadi yang paling kontroversial sekaligus populer di antara pemain-pemain yang murtad ini.

Lahir dengan nama Sulzeer Jeremiah Campbell, pemain bertahan yang satu ini menimba masa belajarnya sebagai pesepak bola di akademi milik Tottenham Hotspurs di tahun 1989. Namun sebelumnya, ia sempat tergabung bersama akademi West Ham United yang termahsyur itu.

Sayangnya, Campbell mendapat perlakuan yang bernada rasial dari salah satu pelatihnya di West Ham, sehingga ia harus pindah ke akademi Tottenham. Masa kecil Campbell memang terhitung tidak nyaman. Orang tuanya adalah imigran dari Jamaika dan hanya bekerja sebagai buruh pabrik.

Karakteristik Campbell yang kalem, sopan, namun tertutup, adalah akibat dari perlakuan orang tuanya kepada dirinya. Ia mengakui bahwa ia dilarang untuk bermain keluar karena lingkungan tempat tumbuh kembang Campbell adalah lingkungan yang tidak menyenangkan. Untungnya, Campbell masih diizinkan untuk bermain sepak bola oleh orang tuanya, dan keputusan itu menjadi keputusan yang sangat tepat pada akhirnya.

Putra asli London ini menghabiskan sembilan tahun bersama Tottenham. Pada awalnya, ia menjadi sosok yang disukai oleh suporter Tottenham karena ia adalah produk asli akademi Tottenham yang memang jarang menelurkan pemain berbakat, dan kemampuan bertahannya yang ciamik.

Campbell menjalani debutnya di tim utama di tahun 1992 dalam laga melawan Chelsea. Dalam laga perdananya itu, ia memberikan impresi manis setelah mencetak satu gol ke gawang Chelsea, meskipun pada akhirnya, timnya harus mengalami kekalahan. Di waktunya yang panjang bersama klub yang dibentuk pada tahun 1882 ini, Campbell sempat mengalami masa pasang-surut.

Campbell pernah mengalami bentrok dengan pelatih-pelatih semacam Christian Gross dan George Graham, namun ia juga menjadi sosok yang mengapteni Tottenham ketika menjadi juara Piala Liga di musim 1998/1999. Kala itu, ia mencetak sejarah dengan menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi kapten sebuah tim yang menjadi juara di Stadion Wembley.

Di akhir musim 2000/2001, kontrak Campbell di Tottenham akan habis. Sepanjang musim, Tottenham berusaha keras untuk memperpanjang kontrak kapten mereka, bahkan mereka menawarkan jumlah uang yang menjadikan Campbell sebagai pemain dengan kontrak tertinggi sepanjang sejarah klub. Namun, pemain yang lahir di tahun 1974 ini menolak dengan alasan keinginannya untuk bermain di Liga Champions tak akan terpenuhi apabila ia bertahan di Tottenham. Campbell menjadi buruan begitu banyak klub.

Anehnya, Arsenal menjadi klub yang berhasil merekrut Campbell, walaupun nama Arsenal tidak disebut-sebut dalam nama-nama klub yang mengincar tanda tangannya. Hal ini sontak menjadi kegemparan, selain karena alasan bahwa Arsenal merekrut Campbell dengan begitu tiba-tiba, bek Inggris ini juga sempat mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bermain bagi rival abadi Tottenham tersebut. Tentu saja, banyak suporter Spurs yang merasa sakit hati akibat kelakuan Campbell ini. Label “Judas”, sang pengkhianat dalam kisah Yesus, disematkan pada mantan kapten mereka ini.

Walaupun begitu, Campbell sepertinya tak ambil pusing dengan cacian dan hinaan yang ia terima. Kepindahannya ke Arsenal membuatnya langsung diganjar oleh trofi-trofi mayor seperti Piala FA dan tentunya Liga Primer Inggris di musim pertamanya bersama The Gunners. Di musim 2003/2004, Arsenal berhasil menggondol trofi emas Liga Primer Inggris setelah berhasil juara liga tanpa sekalipun menderita kekalahan.

Skuat Arsenal kala itu begitu digdaya hingga mendapat julukan “The Invincibles”, dan Campbell merupakan bagian utama dari skuat itu. Duetnya bersama si jenaka, Kolo Toure, menjadi salah satu yang terkuat tidak hanya di Inggris, namun juga di dunia.

Musim 2005/2006 menjadi tahun terakhir pertama Campbell di Arsenal karena nantinya akan ada yang kedua. Campbell berhasil membawa Arsenal masuk ke final Liga Champions, dan mencetak gol di laga melawan Barcelona tersebut. Sayangnya, ia gagal memberikan trofi pada akhirnya setelah Arsenal takluk dengan skor 2-1 oleh tim Catalan tersebut. Walaupun begitu, Campbell menjadi figur yang dicintai oleh Gooners sepanjang kariernya di Arsenal.

Selepas dari situ, karier Campbell menurun akibat cedera dan semakin menua usianya. Ia sempat bermain bersama Portsmouth dan Notts County, sebelum secara mengejutkan kembali ke Arsenal. Di tahun 2010, Campbell bergabung bersama Newcastle, dan hanya tampil sebanyak tujuh kali. Akhirnya Campbell mengumumkan waktu pensiunnya dari dunia sepak bola di tahun 2012.

Perjalanan karier pemain bertahan yang satu ini cukup menarik dan sepertinya tidak akan dapat ditiru oleh pemain lain. Bagaimana bisa, pemain yang tumbuh berkembang di satu tim, menjadi pemain yang dicintai oleh suporter rival abadi klub masa mudanya?

Happy birthday, Sol Campbell!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket