Kolom

Uston Nawawi: Nama yang Unik dan Adiksi Saya kepada Football Manager

Sulit melepaskan nama Uston Nawawi dari Persebaya Surabaya. Bukan hanya karena beliau adalah legenda besar di sana, namun juga karena ingatan saya tentang Uston berkelindan dengan memori bermain Football Manager (FM) memakai Persebaya.

Ketika namanya booming akibat penalti yang gagal di SEA Games 1997 Jakarta, saya masih berusia lima tahun. Sepuluh tahun berselang, saya mengenal Uston dari gim Football Manager 2007. Seri pertama Football Manager yang bisa saya mainkan dan sampai saat ini, ketika FM sudah sampai edisi 2017, FM 2007 masih menjadi cinta lama yang saya buka tiap kali waktu senggang menyapa.

Nama Uston semasa saya remaja, tidak seharum layaknya saya memuja Firman Utina atau Eka Ramdani. Di generasi kami, anak-anak yang menikmati milenium baru dengan semangat sepak bola menggebu, nama Elie Aiboy jauh lebih populer dari rekannya sesama alumnus PSSI Baretti tersebut.

Tapi, pertama ‘mengenal’ Uston dari FM, saya tahu beliau pemain hebat. Atribut bermainnya tergolong sempurna untuk seorang pemain yang kala itu berusia 29 tahun. Dan satu yang menjadi ciri khas, nomor punggung 9 yang setia dipakainya di Persebaya. Nomor yang seakan mengonfirmasi bahwa sebagai gelandang, Uston memiliki naluri mencetak gol tinggi dan tendangan keras yang menjadi ciri khasnya. Inggris boleh berbangga dengan Frank Lampard dan Paul Gascoigne, tapi bagi saya, Uston adalah purwarupa gelandang haus gol sejati di Indonesia.

Dan satu yang unik adalah namanya. Saya sempat berpikir nama Uston Nawawi mungkin berasal dari Indonesia Timur seperti Elie dan Imran Nahumarury misalnya. Kepolosan saya waktu itu yang berujung pada rasa takjub karena ternyata, beliau adalah sahabat karib Bejo Sugiantoro, legenda Persebaya yang sama seperti Uston, adalah asli kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur.

Uston, Persebaya, dan Football Manager 2007

Seperti cinta pertama yang sulit lepas, FM 2007 dan Uston Nawawi adalah cinta pertama saya. Pertama memainkan FM 2007, saya tidak pernah punya bayangan bahwa di tahun 2017, ketika teknologi berkembang pesat, ketika Sports Interactive menambahkan berbagai fitur lengkap di FM 2017, cinta saya ke FM 2007 masih setia terpatri kuat di memori.

Dua tim pertama yang saya pakai di FM 2007 adalah Persebaya Surabaya dan Persikab Kabupaten Bandung. Kenapa keduanya? Jawabnya, selain karena saya pencinta Bandung, saya juga pencinta tantangan. Di FM 07, Persebaya dan Persikab sama-sama memulai musim dari Divisi Satu. Persikab masih diperkuat penyerang legendaris mereka, Tantan dan sang kapten kala itu, Ahmad Syafei.

Persebaya sendiri masih berjubel nama-nama papan atas Indonesia mulai dari Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, hingga dua bek sayap legendaris, Anang Ma’ruf dan Mat Halil. Lini belakang Bajul Ijo pun masih tampak garang dengan masih bercokolnya Mursyid Effendi dan Nova Arianto serta sang kiper ikonik, Ngadiono.

Tapi, Uston-lah cinta pertama saya. Sebagai gelandang, gelontoran golnya luar biasa. Di FM, saya menempatkan beliau sebagai eksekutor bola mati idaman mulai dari sepak pojok, tendangan bebas, sampai eksekusi penalti. Atributnya tak sempurna, tapi bisa dipercaya. Ia mungkin hanya gelandang tengah, tapi gelontoran golnya mengalir laiknya penyerang. Di FM 07, saya mengenal Uston. Di FM 07, saya jatuh cinta kepada Uston.

Nama Uston bahkan masih menghiasi skuat FM saya di Persebaya ketika ‘kami’ menjuarai Piala Dunia Antarklub. Memang hanya di gim saja prestasi ini sanggup terjadi, tapi bagi saya, hal-hal surealis seperti ini yang terkadang membuat kecintaan kita di sepak bola tak pernah luntur. Football Manager menawarkan pengalaman dan cara perkenalan yang unik dengan nama-nama beken di sepak bola nasional, dan seperti tresno jalaran soko kulino, seiring waktu kamu akan mengenal dan mengingat aktor-aktor sepak bola nasional tersebut dengan cara yang berbeda.

Saya tak mengenal karier Uston di timnas. Memori saya di timnas hanya berputar di sekitar Firman Utina, Ahmad Bustomi, hingga generasi terbaru semacam Evan Dimas dan Hanif Sjahbandi. Tapi di FM, tak hanya adiksi berlebih yang saya dapat, saya juga kemudian mengenal Uston. Gelandang tajam yang menjadi legenda Persebaya dan nomor punggung 9 miliknya yang ikonik.

Selamat ulang tahun, Uston Nawawi!

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis