Eropa Inggris

Uriah Rennie dan Minimnya Wasit Berkulit Hitam di Inggris dan Indonesia

Yang menarik perhatian dalam laga tim U-23 Arsenal ketika berhadapan dengan Manchester City bukanlah kartu merah yang diterima oleh Jack Wilshere. Well, hal tersebut memang sesuatu yang seru untuk dibicarakan. Pemain tim senior yang memiliki banyak pengalaman bertanding seperti Wilshere, berbuat ulah dalam laga sebuah tim cadangan.

Tetapi yang sebenarnya patut dicermati adalah keberadaan wasit yang memimpin pertandingan. Wasit dalam laga tersebut adalah Samuel Allison. Menjadi menarik karena fakta bahwa Allison merupakan pengadil berkulit gelap. Sosoknya membuat kita teringat dengan wasit berkulit gelap lain yang pernah menjadi pengadil di kancah Liga Primer Inggris, Uriah Rennie.

Uriah Rennie adalah mantan wasit Liga Primer Inggris yang aktif bekerja dari tahun 1979 hingga pensiun pada tahun 2009 lalu. Rennie memulai karier wasitnya dengan memimpin pertandingan lokal pada tahun 1979. Kemudian, ia mulai naik level dengan memimpil pertandingan di Northern Premier League, yang merupakan level ke delapan di piramida kompetisi sepak bola Inggris.

Dari tahun 1994 hingga 1997 ini, ia menjadi wasit di level kedua kompetisi. Akhirnya pada 23 Agustus 1997, dalam laga antara Leeds United berhadapan dengan Crystal Palace, Rennie mendapatkan debutnya untuk memimpin pertandingan Liga Primer Inggris. Ia kemudian terdaftar sebagai wasit FIFA pada tahun 2000 hingga 2004.

Salah satu kejadian yang membuat Rennie tersohor adalah ketika ia mengusir keluar Alan Shearer dalam sebuah pertandingan liga di tahun 1999. Ini menjadi kartu merah pertama yang pernah diterima oleh penyerang legendaris asal Inggris tersebut sepanjang kariernya. Alasan Rennie mengeluarkan Shearer dari lapangan karena ia dianggap dengan sengaja melakukan sikutan kepada pemain lawan.

Keberadaan Rennie dan Allison adalah sebuah pemandangan yang langka di sepak bola Inggris. Bahkan keberadaan keduanya merupakan pertanda bahwa sepak bola negara tersebut masih berusaha untuk bisa terlepas dari membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras atau warna kulit mereka. Atau dalam tahapan lain, sepak bola Inggris pun masih dalam proses untuk bisa berkembang ke arah yang lebih baik.

Karena faktanya, agak sulit mencari pengadil berkulit berwarna di kancah sepak bola Inggris. Dalam daftar yang dibuat pada tahun 2011, terhitung hanya ada 17 wasit berkulit berwarna di kancah sepak bola Inggris. Dari 21 wasit yang menjadi pengadil di Liga Primer Inggris, tidak ada satupun yang bukan merupakan kulit putih.

Wasit seperti Samuel Allison lebih banyak bekerja di divisi rendah atau pertandingan tim cadangan. Bahkan ketika memimpin pertandingan di Piala FA pun, mereka hanya diberikan tanggung jawab untuk memimpin laga antara tim-tim divisi rendah. Terhitung sejak pensiunnya Uriah Rennie pada tahun 2009, tidak ada lagi wasit berkulit berwarna di kancah Liga Primer Inggris.

Sama seperti yang terjadi di Indonesia, wasit asal timur Indonesia jarang sekali muncul di kompetisi level tertinggi. Kebanyakan para pengadil berasal dari daerah barat, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Tercatat hanya Sem Noboa yang merupakan pengadil asal tanah Papua. Itu pun ia hanya bekerja di level Liga 2, bukan Liga 1 yang merupakan kompetisi teratas.

Apakah ini berarti yang terjadi di sepak bola Inggris juga terjadi di kancah sepak bola Indonesia?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia