Nasional Bola

Akankah Eksodus Pemain Keturunan Terjadi di Liga 1?

Pada 12 Agustus lalu, Stefano Lilipaly diperkenalkan sebagai pemain baru Bali United. Tepat sehari kemudian, ia langsung menjalani pertandingan debutnya melawan Madura United. Manajemen Bali United enggan membuka berapa harga kontrak pemain keturunan Belanda ini. Meskipun dalam kesempatan yang sama mereka menyebut bahwa Lilipaly merupakan pemain termahal di Indonesia saat ini. Kabarnya harga Lilipaly ditaksir mencapai angka 10 Milyar.

Masih hangat berita tentang kepulangan Stefano Lilipaly ke tanah air. Kini muncul kabar bahwa Lorenzo Pace, mantan pemain tim muda Lazio blasteran Italia-Indonesia. Akan segera bergabung dengan Madura United. Kabar tersebut semakin diperkuat dengan unggahan di akun instagram pribadi Lorenzo Pace yang menyebutkan bahwa ia akan terbang menuju Indonesia. Ditambah lagi tagar #maduraunited yang ia sematkan dalam foto yang diunggahnya semakin menambah kepastian soal kepindahan pemain kelahiran Bandung tersebut ke Indonesia.

https://www.instagram.com/p/BX7rtOQD3WU/?taken-by=lorenzo__pace

Apakah kepindahan dua pemain blasteran ini menandakan akan terjadi eksodus pemain keturunan lain untuk datang ke Indonesia? Bisa jadi. Bursa transfer pemain Liga 1 memang sudah ditutup. Akan tetapi di musim kompetisi mendatang tentunya membuka kesempatan besar untuk para pemain keturunan untuk bisa “pulang” ke Indonesia dan berlaga di kompetisi Liga 1.

Terlebih dalam sejarahnya, para pemain keturunan selalu datang dengan gerbong alias dalam jumlah yang tidak sedikit. Dimulai ketika Irfan Bachdim mendarat di Indonesia pada tahun 2010, bersamaan dengan Kim Kurniawan. Setahun kemudian datang Diego Michiels, Ruben Wuarbanaran. Berangsur-angsur kemudian mendarat juga Toni Cussell, John Van Beukering, Sergio van Dijk, serta Raphael Maitimo. Dan tentunya Stefano Lilipaly yang sempat bergabung dengan Persija Jakarta namun kemudian kembali ke Belanda.

Selain Fano dan Pace, daftar para pemain keturunan Indonesia tentu masih tersebar di seluruh pelosok dunia terutama benua Eropa. Ini termasuk Ezra Walian yang masih mencari klub baru setelah dilepas tim muda Ajax Amsterdam. Bahkan pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri, sempat memberikan panggilan kepada 12 pemain keturunan Indonesia untuk mengikuti seleksi tim Garuda Jaya.

Kedatangan para pemain keturunan, kembali ke tanah leluhur mereka ini memang menimbulkan pro dan kontra. Sebagian besar menyebut bahwa keinginan kembalinya para pemain tersebut ke Indonesia karena mereka sudah tidak lagi “terpakai” di negara tempat mereka bermain. Apalagi pernyataan Fano Lilipaly yang menyebutkan bahwa ia mendarat di Indonesia karena ia merasa kariernya di Belanda sudah cukup.

Tetapi sebenarnya ada sudut lain yang bisa dicermati. Yaitu soal perkembangan kompetisi dan sepak bola Indonesia. Boleh jadi para pemain keturunan yang kemudian memilih mendarat di Indonesia karena kompetisi ini mengalami peningkatan, terutama setelah terkena sanksi dari FIFA selama hampir satu setengah tahun.

Meskipun sebenarnya publik pun tidak buta dan tuli terkait masalah akut yang terjadi di kancah sepak bola Indonesia. Profesionalitas klub dalam membayar gaji masih menjadi masalah. Peforma wasit masih kurang memuaskan sampai-sampai operator kompetisi mesti mendatangkan wasit asing. Belum lagi kekerasan yang terjadi di dalam atau di luar lapangan yang terkait dengan sepak bola. Jadi memang niat kepulangan para pemain keturunan yang terkadang dalam bentuk rombongan atau eksodus ini perlu diperhatikan lebih seksama lagi.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia