Eropa Lainnya

Akhir Karier Victor Valdes

Beberapa hari yang lalu, penjaga gawang senior Victor Valdes memutuskan untuk pensiun sebagai pemain sepak bola. Mari kita kenang kembali jatuh-bangun karier mantan pemain Barcelona, Manchester United, Standard Liege, dan Middlesbrough ini.

Victor Valdes identik dengan keraguan banyak kalangan, termasuk para pencinta setia Barcelona. Banyak yang heran mengapa kiper dengan riwayat blunder lumayan sering itu bisa bermain setim dengan para maestro seperti Lionel Messi dan Andres Iniesta. Kiper plontos ini malah dipercaya secara turun-temurun oleh sederet pelatih kelas dunia yang justru sangat memuja kesempurnaan.

Dimulai dari setengah musim kepelatihan Louis van Gaal, lalu Frank Rijkaard, sampai empat tahun masa keemasan Josep Guardiola yang memenangi banyak gelar, hingga almarhum Tito Vilanova, Valdes tidak tergoyahkan menjadi pilihan utama klub kebanggaan masyarakat Catalunya itu.

Meskipun banyak pro dan kontra soal pemilihan dirinya, Valdes sering dipercaya sebagai kapten ketiga Barcelona setelah Carles Puyol dan Xavi Hernandez, dan deputi Iker Casillas di tim nasional Spanyol. Namun, tetap saja, performa tidak meyakinkan masih sering ditunjukkannya. Contohnya kenekatannya menggiring bola yang dimanfaatkan oleh Angel Di Maria untuk mencuri gol di menit terakhir pertandingan melawan Real Madrid pada Piala Super Spanyol 2012.

Atau di Liga Champions 2007, ketika Valdes membuat blunder fatal yang menyebabkan gol bagi pihak lawan dengan menangkap bola sundulan Craig Bellamy di dalam garis gawang! Barcelona akhirnya ditekuk Liverpool di Camp Nou sehingga gugur di babak  enam belas besar Liga Champions Eropa.

Namun siapa sih penjaga gawang kelas dunia yang tak pernah membuat kesalahan? Valdes bukannya tak pernah membuat penyelamatan-penyelamatan gemilang selama menjaga gawang Blaugrana. Jangan lupa bahwa di luar segala kekurangannya, kerja keras Victor Valdes telah membuahkannya penghargaan individual bergengsi, yaitu Trofeo Ricardo Zamora. Penghargaan bagi kiper terbaik Liga Spanyol ini telah dimenangkannya sebanyak lima kali.


Rival sejati Iker Casillas

Salah satu alasan banyak Barcelonista yang memuja pemilik nama lengkap Victor Valdes Arribas ini adalah identitas. Pria kelahiran 14 Januari 1982 ini adalah putra Catalunya asli. Ia naik tahta sebagai portero utama Barca setelah memenangi persaingan atas Roberto Bonano dan Rüştü Reçber. Padahal, ketika pertama kali dipercaya menjadi starter tetap di musim 2003-2004 oleh van Gaal, usianya baru 21 tahun! Padahal juga, Bonano merupakan portero utama tim nasional Argentina. Rüştü juga juga bukan kiper sembarangan pada saat direkrut Barcelona.

Legenda tim nasional Turki ini datang dengan kapasitas sebagai juara tiga Piala Dunia 2002 dan terpilih menjadi salah satu kiper terbaik di turnamen prestisius itu. Prestasi mereka seolah dianggap angin lalu saja akibat kehadiran kiper muda jebolan akademi Barcelona tersebut.

Kemunculan Valdes juga tak bisa dilepaskan dari kehadiran pangeran baru Real Madrid, yaitu Iker Casillas. San Iker pada usia 19 tahun sukses mengawal gawang El Real ketika memenangi trofi Liga Champions di tahun 2000. Prestasi itu sekaligus menjadikannya kiper termuda yang pernah berlaga di final ajang bergengsi tersebut.

Di tahun 2002, Casillas kembali sukses memenangi Piala Champions dan terpilih menjadi portero utama tim nasional Spanyol untuk Piala Dunia di tahun yang sama. Sejak saat itu, reputasi Casillas melesatkannya ke jajaran kiper terbaik dunia. Posisinya di bawah mistar gawang Real Madrid dan timnas Spanyol tak tergoyahkan. Alhasil, publik Spanyol memberinya julukan San Iker (Saint Iker). Namanya pun sampai diabadikan menjadi nama jalan di sebuah sudut kota Madrid, yaitu Avenida Iker Casillas.

Nah, publik Catalunya sendiri tidak pernah punya lagi sosok kiper ‘putra daerah’ berkapasitas dunia sejak Antoni Ramallets di dekade 1950-an. Bahkan, mereka kehilangan sosok benteng terakhir andal sejak Andoni Zubizarreta meninggalkan El Barça di tahun 1994.

Sejak saat itu, ada periode ketika Barcelona seolah dihantui kutukan penjaga gawang. Sedahsyat apapun prestasi kiper yang direkrut, penampilan mereka pasti akan melempem setelah berbaju Barcelona. Inilah yang menimpa Vitor Baia (1996-1998), Ruud Hesp (1997-2000), Richard Dutruel (2000-2002), Roberto Bonano (2001-2003), Rüştü Reçber (2003-2004) serta almarhum Robert Enke (2002-2004). Alhasil, Barcelona tidak memiliki figur portero tangguh selama hampir satu dasawarsa. Kondisi ini tentu saja membuat Barcelona geregetan, terutama setelah melihat prestasi Iker Casillas yang mentereng di kubu rival.

Barça pun akhirnya memutuskan untuk mencetak produknya sendiri. Percobaan pertama sempat cukup berhasil pada diri Jose Manuel Reina (2000-2001). Sayangnya, alumni akademi La Masia tersebut hanya bertahan satu musim sebelum disingkirkan oleh pelatih arogan, Louis van Gaal, di tahun 2002.

Percobaan kedua yang dilakukan terhadap Victor Valdes-lah yang kemudian melambungkan harapan publik Barcelona. Kehadiran Valdes adalah jawaban terhadap kerinduan para Cules akan kehadiran sosok yang sepadan dengan Iker Casillas. Suporter Catalunya garis keras malah memberinya julukan ‘L’altre Sant’ (the other saint). Julukan itu sekaligus merupakan counter-statement atas kehadiran San Iker di Madrid.

Meskipun sering bermain ceroboh, sosok Valdes muda yang berani keluar meninggalkan sarangnya dinilai sebagai suatu keunggulan tersendiri. Gaya bermain nekat kiper muda ini sering dipuji oleh Frans Hoek, pelatih kiper Barcelona di masa kepelatihan van Gaal. “Victor adalah sosok kiper yang langka. Dia bisa bermain sebagai goalkeeper sekaligus sweeper handal di kotak penalti. Kiper seperti ini dibutuhkan oleh tim yang berfilosofi sepak bola menyerang seperti Barça.” (dikutip dari buku A Life Too Short: A Story of Robert Enke karya Ronald Reng).

Awal perjalanan karier Victor Valdes di Barça pun diwarnai blunder demi blunder. Namun, kepercayaan rekan-rekan setim dan pendukung fanatik Barcelona tidak pernah surut. Selama bertahun-tahun, Barcelona pun tidak pernah lagi mencari sosok kiper pengganti. Bahkan kiper terbaik Liga Spanyol di musim 2006/2007, Jose Manuel Pinto, yang direkrut dari Celta Vigo, harus puas menjadi cadangan abadi meskipun secara usia lebih senior dari Valdes.

Perlahan tapi pasti, Valdes memenangi gelar demi gelar untuk Barcelona. Dia menjadi salah satu aktor utama dibalik keberhasilan Barça memenangi lima gelar juara Liga Spanyol, tiga trofi Liga Champions, dua Piala Super Eropa, dan dua Piala Dunia Antarklub.

Akhir karier Valdes memang sama sekali tidak mentereng. Keinginannya mencicipi persaingan Liga Inggris justru menjadi mimpi buruk di akhir kariernya. Kepindahan ke Manchester United malah menjadi noda dalam tujuh belas tahun karier profesionalnya. Meski sempat memperbaiki nasib di Standard Liege dan Middlesbrough, cukup prihatin melihat pemain bernama besar sepertinya berakhir di klub semenjana.

Akhirnya, gantung sepatu pun menjadi jawaban. Terima kasih telah menghibur kami, VV1!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.