Eropa Inggris

Philippe Coutinho: Ketika Liverpool Berpacu dengan Waktu

Bukan pemandangan yang sedap untuk dipandang ketika seorang pelatih bersedih. Apalagi ketika ia menyatakannya di depan publik. Seperti yang terjadi kepada Jürgen Klopp, yang seperti sudah pasrah dan ikhlas dengan keadaan Liverpool di jendela transfer musim panas. Salah satunya, meladeni keinginan Philippe Coutinho.

“Sebagai seorang manajer sebuah klub sepak bola, saya punya beberapa bos. Dan jika mereka sudah mengambil keputusan, contohnya secara umum, jika kami sudah sepakat soal menjual atau menahan pemain, maka saya harus menerima keputusan itu. Saya tak bisa berkomentar soal permintaan transfer Coutinho. Saya hanya bekerja dengan pemain yang saat ini saya punya,” ungkap Klopp seperti dilansir Guardian.

Seorang pelatih, baru bisa mengaplikasikan taktik yang ia sukai ketika beberapa pemain yang dibutuhkan di dalam tim. “Hukum” itu sudah jamak berlaku. Dan ketika pemain yang dibutuhkan tidak tersedia, seorang pelatih akan kesulitan menerapkan idenya di atas lapangan. Anggapan ini juga sulit untuk dibantah.

Baca juga: Situasi yang Tak Ideal bagi Liverpool dalam Rumor Transfer Philippe Coutinho

Dan Klopp, berdiri di tengah anggapan yang sudah jamak itu. Meski ia tak ingin hanyut dalam saga transfer, Klopp menunjukkan kekecewaannya secara jelas lewat komentar di atas. Ditinggal Coutinho, salah satu pemain kunci, ketika Liga Primer Inggris sudah dimulai, tentu sebuah kekecewaan yang besar.

Jangan lupa juga, The Reds sudah akan bermain di kualifikasi Liga Champions melawan Hoffenheim. Laga ini sangat penting mengingat jika kalah, impian bermain di fase grup Liga Champions harus dikubur dalam-dalam. Waktu, tengah tak bersahabat dengan Liverpool, apalagi untuk pelatihnya: Klopp.

Sebenarnya tak hanya soal waktu yang membuat pening kepala Klopp. Ia juga harus meredam emosi, yang biasanya sangat kentara, supaya tak merusak perasaan pemain lainnya. Jika mantan manajer Borussia Dortmund itu meledak, maka sebuah pemikiran bahwa Klopp mengistimewakan Coutinho bisa menjangkiti pemain lain.

Satu keputusan dari pemain, yang memengaruhi semua sisi kehidupan sebuah klub.

Nah, selain soal waktu pertandingan yang satu dengan lainnya yang semakin mepet, Klopp bisa dibuat kecewa lagi dengan usaha mencari “pengganti Coutinho”. Meski akan punya dana hingga 150 juta euro hasil melego Coutinho ke Barcelona, mencari pengganti yang pas bukan urusan mudah. Ini pelik dan perlu banyak pertimbangan.

Nama pertama yang langsung mencuat ketika “Liverpool akan mencari pengganti Coutinho” adalah Lorenzo Insigne. Secara kualitas, Insigne memang seorang gelandang serang yang menarik. Kecil saja fisiknya, hampir tak berbeda dengan Coutinho, dengan ciri permainan yang juga tak berbeda terlalu jauh.

Insigne biasa bermain dari sisi kiri lapangan. Ia juga fasih bermain di belakang penyerang tengah sebagai pemain nomor 10. Ia luar biasa kreatif, dengan kemampuan menyelesaikan peluang yang memuaskan. Di bawah asuhan Maurizio Sarri, Insigne biasa bermain bola pendek cepat dengan satu atau dua sentuhan di tempat sempit. Cocok sekali dengan Liverpool.

Gelandang serang milik Napoli tersebut pun bisa didapatkan dengan dana tak lebih dari 60 juta euro. Harga yang sangat murah untuk salah satu pemain terbaik di liga yang belakangan akrab disebut “Liga Para Petani” tersebut. Namun, meski dari sisi kemampuan dan harga sangat sesuai untuk kantong Liverpool, berusaha membeli Insigne artinya “gegenpressing” di meja negosiasi.

Tanggal 17 Agustus 2017 nanti, Insigne berpeluang memperkuat Napoli dalam pertandingan kualifikasi Liga Champions melawan OGC Nice. Jika sudah terlanjur bermain di pertandingan tersebut, lantas baru diboyong Liverpool keesokan harinya, Insigne tidak akan bisa dimainkan di Liga Champions 2017/2018. Itupun kalau Liverpool bisa masuk ke babak putaran grup.

Maka artinya, hingga tanggal 17 Agustus, Liverpool hanya punya tiga hari efektif untuk menyelesaikan pembelian ini. Apakah Liverpool bisa melakukannya? Ini adalah tantangan, sekaligus pembuktian.

Tantangan, bahwa Liverpool bisa melakukan negosiasi dengan cepat dan tepat. Catatan buruk mereka, terutama ketika berusaha memboyong Virgil van Dijk dan Naby Keita, tentu membuat aura pesimis menguar. Untuk membeli dua pemain itu, Liverpool sudah menghabiskan kurang lebih enam bulan negosiasi. Dan berakhir dengan kegagalan dan dipermalukan.

Membeli Insigne dengan cepat bisa menaikkan kepercayaan pemain-pemain buruan lainnya. Sikap ini bisa menjadi bukti bahwa Liverpool memang tidak main-main.

Dan juga, transfer cepat Insigne akan menjadi pembuktian bahwa sosok Klopp jauh lebih dibutuhkan Liverpool ketimbang Coutinho, atau pemain lainnya. Seorang nakhoda, yang bisa mengidentifikasi kebocoran kapalnya, menambal dengan cermat, lalu kembali berlayar dengan gagah.

Jika sukses dengan Insigne, atau pemain mana saja yang didatangkan untuk menggantikan Coutinho, manajemen seharusnya sadar bahwa menjaga Klopp tetap bahagia adalah kerja utama mereka. Ketika hati jernih Klopp terluka, manajemen Liverpool mungkin akan kesulitan mencari pengganti pelatih dengan hati riang dan dicintai Kopites seperti dirinya.

Liverpool, berpacu dengan waktu, untuk membuktikan bahwa mereka “masih sesuatu”.

 

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen