Nasional Bola

Ezra Walian dan Ekspektasi Tinggi di SEA Games 2017

Sudah sejak masa awal Irfan Bachdim memutuskan mengabdi untuk Indonesia, pemain blasteran selalu memanggul ekspektasi yang lebih tinggi. Faktor bermain di akademi atau liga yang lebih baik ketimbang Liga Indonesia menjadi salah satu pertimbangan. Pun dengan kemampuan yang digambarkan dengan indah oleh media.

Selain pemain blasteran, beberapa pemain naturalisasi pun juga merasakan beban yang sama. Mereka dianggap lebih berkualitas, lebih punya kemampuan ketimbang pemain lokal yang kesempatannya mereka ambil. Dan seperti jatuh di lubang yang sama, baik pemain blasteran maupun naturalisasi belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi timnas.

Dari Irfan Bachdim yang fenomenal, Cristian Gonzales yang masih tajam di usia senja, hingga Bio Paulin yang namanya timbul tenggelam setelah memeluk Merah Putih sebgai identitas. Dan kini, remaja itu, akan menganggung beban yang identik di SEA Games 2017 yang dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ezra Walian, mantan pemain akademi Jong Ajax, akan menjadi ujung tombak timnas Indonesia di bawah asuhan Luis Milla. Mampukah Ezra berkawan akrab dengan ekspektasi?

Sebelum berbicara soal kemampuannya, pembaca harus memahami, pun sudah menyiapkan tabungan pemakluman apabila timnas kembali gagal mengejar medali emas SEA Games. Persiapan yang tak pernah mulus, suasana liga yang penuh ketidakpastian, kualitas mental yang selalu dipertanyakan, hingga ancaman hukuman dari Ketua PSSI apabila gagal.

Dan di tengah situasi ini, anak-anak muda Indonesia kembali “diwajibkan” untuk bermain lepas di Kuala Lumpur. Bagaimana bisa tampil baik apabila persiapan selalu instan, liga yang masih jauh dari kata profesional, hingga pengaruh politik yang begitu kuat di tengah sepak bola Indonesia?

Pada akhirnya, ketika gagal, kata-kata “sudah berjuang” atau “masih muda” menjadi sikap permisif yang tidak sehat. Dan seperti lingkaran setan, ketika kompetisi internasional sudah hampir di depan mata, situasi yang sama pasti akan terulang: ekspektasi tinggi, gagal, ancaman hukuman, dan sikap permisif.

Ezra Walian, dan siapa saja yang akan tampil nanti, diburu oleh lingkaran setan di atas. Dan untuk tingkat tertentu, mereka tak bersenang-senang dengan sepak bola.

Previous
Page 1 / 2