Tribe Tank

Analisis Kompetitor Indonesia di Grup B SEA Games 2017

Kamboja
Kredit: Cam Noc

Kamboja

Mengandalkan pola dasar 4-3-3 sebagai pakem utama. Dalam build-up dari belakang, nomor 6 Kamboja, secara situasional, turun ke lini bek dan membuat formasi build-up Kamboja menjadi 3-4-3. Terkadang, staggering berbeda tercipta diakibatkan oleh gelandang tengah yang masuk ke pos 10, membuat Kamboja melakukan build-up 3-3-1-3. Pola lain dalam build-up Kamboja adalah 2-1-4-3, yang tercipta karena nomor 6 mereka tetap berada pada posnya di depan kedua bek tengah.

Gambar 9: 3-4-3 atau 3-3-1-3 buil- up Kamboja

Kamboja bermain sangat vertikal. Apalagi ketika menghadapi lawan yang setara atau sedikit lebih kuat. Tim ini sangat berani memainkan 4 pemain depan dalam progresi serangan. Selain itu, dalam permainan bertahan, Kamboja pun terhitung berani.

Kamboja akan mencoba menemukan akses pressing blok tinggi. Kapan pun mereka mampu, mereka akan melakukannya dengan pendekatan man to man. Kalau lawan sukses melewatinya dan Kamboja masuk ke blok rendah, Kamboja sangat berani memainkan pola dasar 4-3-3 atau 4-3-1-2 asimetris. Yak, Kamboja bertahan menggunakan 7 pemain bertahan dan “menggantung” 3 pemain di depan.

Gambar 10: 4-3-3 dalam blok rendah Kamboja.

Di satu sisi, 4-3-3 atau 4-3-1-2 asimetris blok rendah membuat titik kesetimbangan bertahan tidak tercapai. Tetapi, justru menimbulkan efek positif dalam fase menyerang. Kenapa? Karena Kamboja memiliki 3 pemain yang sudah sejak awal bersiap di depan. Walaupun memeiliki efek bagus terhadap fase menyerang, tetapi pola 4-3-3 blok rendah memiliki potensi merugikan bila dimainkan menghadapi Vietnam, Indonesia atau Thailand.

Dengan pola 4-3-3 blok rendah lalu ditambah posisi Chreng Polroth (gelandang serang) yang sangat vertikal, serangan balik Kamboja merupakan salah satu kekuatan mereka. Polroth sendiri merupakan pemain cepat yang banyak terlibat dalam skema “pemain ketiga”, seperti yang ditunjukan gambar berikut:

Gambar 11: Polroth (16) bertindak sebagai pemain ketiga. Dua rekannya yang memberikan umpan merupakan pemain pertama dan kedua.

Namun, pemandangan yang sangat berbeda terlihat ketika Kamboja menahan China U-23 dengan skor 0-0. Di pertandingan tersebut, Kamboja menahan diri untuk tidak terlalu bermain vertikal dan memutuskan bermain dengan formasi 4-1-4-1 atau 4-1-4-1-0 ketika bertahan di blok rendah.

Hebatnya, Kamboja selalu terus berusaha mengembangkan akses pressing agar mereka tetap mampu melakukan press blok tinggi. Blok rendah 4-1-4-1 dan compactness yang cukup terjaga merupakan salah satu kunci sukses Kamboja menahan China U-23.

Kamboja sendiri, tentu saja, memiliki beberapa kelemahan. Pertama, selain pola 4-3-3 di atas, adalah intensitas pressing mereka yang sering kali menjadi masalah. Seringnya, pemain-pemain Kamboja terlalu bersemangat melakukan press. Ini menyebabkan 1 sampai 2 pemain lawan di­-press oleh 3 sampai 4 pemain Kamboja dalam sebuah situasi yang tidak mengharuskan Kamboja melakukannya.

Dan, sama seperti Timor Leste, kebebasan pressing oleh gelandang Kamboja (contoh ketika Kamboja memainkan pola 4-1-4-1 menghadapi China U-23) juga sering meinggalkan “lubang” di pos nomor 6 di depan bek.

Kelemahan lain adalah kenekatan untuk memainkan bola di sepertiga awal (build-up) tanpa dukungan struktur yang memadai ditambah pressing lawan yang kapan pun bisa membuat Kamboja kehilangan penguasaan bola di daerah berbahaya.

Gambar 12: Kamboja build up di sepertiga awal menggunakan 7 pemain.

Pressing 5 pemain lawan di situasi ini nyaris sukses merebut penguasaan bola, untungnya harmonisasi press yang kurang membuat Kamboja berhasil berprogres lewat sisi sayap kiri.