Nasional Bola

Gelukkige verjaardag, Irfan Haarys Bachdim!

Tak terasa sudah hampir tujuh tahun Irfan Bachdim menjadi idola di Indonesia. Sejak memutuskan untuk memeluk kewarganegaraan Indonesia secara penuh pada tahun 2010 lalu, pemain kelahiran 11 Agustus 1988 ini menjadi pujaan masyarakat, tak peduli tua, muda maupun pria atau wanita. Di usianya yang ke-29, Bachdim terlihat semakin matang baik di dalam maupun luar lapangan.

Kartu merah berujung hukuman larangan bermain yang harus dijalaninya akibat berseteru dengan Douglas Packer ketika Bali United bertemu Barito Putera beberapa pekan lalu memang menjadi noda kecil bagi kehidupannya yang akhir-akhir ini terlihat sempurna.

Pemain kelahiran Amsterdam ini memang sedang memulai awal baru di Bali sejak Go-jek Traveloka Liga 1 dimulai. Bali United menjadi lahan yang tepat baginya untuk mempraktekkan berbagai hal yang telah dipelajarinya dari Belanda, Jepang, hingga Thailand.

Irfan Haarys Bachdim memang terbilang cukup beruntung. Terlahir dari keluarga Indonesia yang bermukim di Belanda, Irfan menikmati kondisi materiil yang serba berkecukupan. Ia juga beruntung bisa menimba ilmu di akademi Ajax Amsterdam dan menikmati menit bermain di Liga Belanda bersama Utrecht.

Maka, jangan salahkan dirinya yang memutuskan untuk melanjutkan karier sepak bola di negara kelahiran ayahnya. Di Indonesia-lah, ia menikmati perubahan nasib yang terbilang drastis. Turnamen pertamanya bersama tim nasional Indonesia, Piala AFF 2010, meninggalkan kesan manis dan pahit secara bersamaan.

Manis, karena turnamen tersebut menjadi titik awal kebintangannya di Indonesia. Namun kepahitan juga terlihat dari air matanya yang tumpah di partai final. Kesempatan terbaik Merah Putih meraih gelar juara yang ditunggu-tunggu ini musnah akibat harus menyerah pada Malaysia.

Setelah kemeriahan AFF 2010, kita harus menghargai perjalanan karier Bachdim. Sebenarnya ia bisa saja berlindung di balik kenyamanan berbagai kontrak bernilai tinggi yang ditawarkan klub-klub papan atas Indonesia. Namun, ketimbang menikmati tawaran iklan yang membanjirinya, ia memilih memperkuat Persema Malang. Setelah klub tersebut terbentur konflik penindasan semena-mena PSSI, mantan pemain HFC Haarlem ini memutuskan untuk lebih menjauh lagi dari bisingnya dunia sepak bola nasional.

Bachdim memilih Thailand sebagai negara persinggahan selanjutnya. Hasratnya untuk membela klub raksasa negara tersebut, BEC Tero Sasana, memang kandas, tapi ia memperoleh kesempatan untuk memperkuat klub besar lain, Chonburi FC. Perjalanannya di Thailand sempat diselingi masa peminjaman ke kasta kedua bersama klub Sriracha FC. Namun, kesabaran dan kerja keras membawanya ke tempat yang lebih bergengsi, yaitu Liga Jepang.

Liga Jepang memang bukan tempat yang mudah untuk ditaklukkan, tapi lagi-lagi kita harus mengacungkan jempol kepada Bachdim. Di Jepang, ia tak menikmati kebintangan seperti di Indonesia. Namun, justru itu membuatnya bisa fokus kepada kerja keras sebagai pemain Indonesia pertama di Liga Jepang.

Kiprahnya di Venforet Kofu mungkin dianggap gagal bagi sebagian besar kalangan. Tak sekalipun ia dipercaya menghirup udara persaingan Liga J1. Ia hanya tampil dua kali di piala liga. Namun, lagi-lagi Bachdim membuat kejutan. Di awal musim 2015/2016, ia dipinang klub kasta kedua, Consadole Sapporo.

Di Consadole, bangku cadangan lagi-lagi akrab dengan dirinya. Namun, kesempatan untuk menjalani debut di Liga J2 dimanfaatkannya dengan baik. Satu asis dicatatkannya sewaktu tampil sebagai pemain pengganti pada pertandingan melawan Jubilo Iwata. Di pertandingan yang berakhir dengan kemenangan Consadole 3-0 itu, Bachdim menikmati tepuk tangan meriah puluhan ribu penonton yang memadati Sapporo Dome.

Meski nasibnya sebagai penghangat bangku cadangan tak berubah, Bachdim berhak untuk berpesta merayakan gelar juara J2 bersama Consadole. Sayang, peluangnya untuk menikmati kasta teratas Liga Jepang lagi-lagi kandas. Kontraknya tak diperpanjang klub Hokkaido tersebut. Cobaan pun bertambah ketika cedera menghantamnya tepat ketika turnamen Piala AFF 2016 akan segera berlangsung.

Beruntunglah pemain ini telah berinvestasi reputasi di Indonesia sebelumnya. Tingginya permintaan dari klub-klub dalam negeri membuat kepindahannya ke Indonesia tinggal menunggu waktu. Bali United pun menjadi klub yang pas baginya untuk melanjutkan karier. Kebintangannya di Indonesia memungkinkan pihak pengelola Liga 1 untuk menjadikannya salah satu endorser, selain megabintang Michael Essien, yang baru didatangkan pada awal musim ini.

Pulau Dewata juga menjadi tempat yang bagus bagi Bachdim untuk merawat keluarga. Jika Anda mengikuti Irfan dan Jennifer Bachdim di Instagram, tak salah jika Anda melihat potret keluarga sempurna di berbagai foto yang mereka unggah. Sepasang Bachdim junior bermama Kiyomi dan Kenji seolah meresmikan keluarga ini sebagai keluarga David Beckham-nya Indonesia. Hidup mereka bahagia dan jauh dari berbagai gosip negatif.

Ulang tahun yang ke-29 ini tentu saja menjadi momen yang pas bagi Bachdim untuk melihat ke belakang sekaligus ke depan, untuk berkaca dari perjalanan dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun serta mempersiapkan langkah sebelum memasuki usia kepala tiga.

Gelukkige verjaardag, Irfan Bachdim!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.