Nasional Bola

Patrick dos Santos Cruz: Kariernya di Vietnam dan Cerita tentang Persib Bandung

Kala itu, pertandingan Piala Jenderal Sudirman 2015 antara Mitra Kukar berhadapan dengan Persija Jakarta tengah berlangsung. Menerima operan tumit dari Rodrigo Ost, Patrick dos Santos kemudian melakukan gerakan yang indah, meliuk-liuk, lalu melepaskan tendangan kaki kiri yang tidak mampu dihalau oleh Andritany Ardhiyasa.

Gol tersebut membuat namanya semakin melambung di kancah sepak bola Indonesia. Apalagi di pertandingan sebelumnya, ia mencetak gol melalui tendangan chip yang berkelas ke gawang Bali United.

Hanya sekitar 3 bulan karier pemain bernama lengkap Patrick dos Santos Cruz ini di Indonesia. Ia bermain untuk Mitra Kukar di ajang Piala Jenderal Sudirman yang waktu itu merupakan turnamen pengganti kompetisi reguler yang terhenti karena Indonesia terkena sanksi dari FIFA. Tetapi selama rentang waktu tersebut, penampilannya berkesan dan namanya selalu diingat oleh publik sepak bola Indonesia.

Bagaimana kabarnya saat ini? Penulis berhasil menghubungi Patrick melalui sambungan telepon. Dan sang penyerang asal Brasil ini begitu senang mendengar suara dari Indonesia. Pembicaraan dimulai dengan cerita Patrick di klub barunya, Sai Gon FC.

“Saya menikmati waktu saya di sini (Vietnam) sejak pindah dari Malaysia. Cuacanya bagus, makanan di sini juga enak. Proses adaptasi berjalan dengan baik sejauh ini. Dan semua orang di sini sama warasnya dengan saya,” kelakar Patrick memulai obrolan.

“Sejauh ini saya mencetak tujuh gol dan semoga terus bertambah. Tim saya (Sai Gon FC) sekarang berada di peringkat keempat. Dan kami terus berusaha agar bisa mendapatkan tempat yang lebih baik.”

Tim yang dibela Patrick, Sai Gon FC, yang berbasis di Ho Chi Minh City, merupakan peserta Liga Vietnam. Hingga tulisan ini rampung, Sai Gon FC berada di peringkat keempat dengan total nilai 27 poin. Berjarak enam angka dari pimpinan klasemen, FLC Tahnh Hoa. Liga Vietnam sendiri sedang dalam jeda kompetisi dan akan memulai paruh kedua mereka pada bulan September nanti.

Meskipun sudah dua tahun hengkang, nyatanya Patrick masih mengikuti sepak bola Indonesia. Ia mengaku menyaksikan hampir semua tim, terutama tim-tim besar dan termasuk mantan kesebelasan yang ia bela, Mitra Kukar.

“Ya, saya masih terus mengikuti sepak bola Indonesia sampai sekarang. Karena waktu di sini (Vietnam) sama dengan di Jakarta. Ketika sedang senggang saya pasti sempatkan menonton sepak bola Indonesia.”

“Saya tonton hampir semua tim. Mulai dari Persib, PSM, Arema, Bali United, dan Persipura. Yang pasti hingga saat ini saya selalu menonton pertandingan-pertandingan Mitra Kukar”

Patrick juga menceritakan pengalamannya yang paling berkesan selama bermain di Indonesia. Tentu yang paling ia kenang adalah ketika ia berhasil menjadi kampiun Piala Jenderal Sudirman bersama Naga Mekes.

“Yang paling berkesan tentu waktu saya berhasil membawa Mitra menjadi juara. Saya waktu itu baru bertemu pemain-pemain yang lain dan juga pelatih. Saya ingat pelatih waktu itu tidak meminta banyak kepada kami. Yang penting lakukan saja yang terbaik.”

“Anda tahu, kami memulai kompetisi sebagai sebuah tim dan mengakhirinya sebagai sebuah keluarga.”

“Saya sampai sekarang masih berhubungan dengan para pemain Mitra Kukar. Paling sering David Maulana, Bayu Pradana, (Yanto) Basna dan Yogi Rahadian. Saya juga punya banyak teman di sana (Indonesia). Saya masih berkomunikasi dengan para pemain dari tim-tim yang lain juga,” sambung Patrick.

Patrick, yang juga merupakan teman dekat gelandang Chelsea yang tengah dipinjamkan ke Fulham, Lucas Piazon, juga mengungkapkan siapa pemain yang paling sulit ia hadapi di kancah sepak bola Indonesia.

“ Saya tidak ingat namanya, tetapi saya punya foto saya bersama dengan dia di final (Piala Jenderal Sudirman). Dia menempel saya terus. Saya sulit sekali bergerak. Saya akui permainan, dia waktu itu bagus sekali. Hanya di partai final saya tidak berdaya dan tidak berhasil mencetak gol.”

Ternyata pemain yang dimaksud Patrick adalah Hamdi Ramdan, bek tengah Semen Padang yang ia hadapi di final Piala Jenderal Sudirman 2015. Kala itu Mitra menang dengan skor 2-1, setelah Yogi Rahadian mencetak gol kemenangan untuk tim Si Naga Mekes di menit-menit akhir pertandingan.

Patrick juga menceritakan soal perbedaan sepak bola tiga negara yang pernah ia singgahi yakni Indonesia, Malaysia dan kini Vietnam. Menurutnya, negara yang saat ini ia singgahi, Vietnam, memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain.

“Yang berbeda dari Indonesia, Malaysia, dan Vietnam adalah dari segi permainan. Di Indonesia dan Malaysia lebih mengutamakan teknik. Anda bisa berlama-lama mengolah bola di sana. Sementara di Vietnam rasanya lebih mengutamakan fisik. Pemain di sini lebih senang berlari untuk membangun serangan. Mereka juga punya lari yang cepat. Awalnya saya agak sulit mengikuti, terutama soal terus berlari. Tetapi akhirnya bisa terbiasa juga.”

Jelang bergulirnya kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 lalu, Patrick sempat diisukan akan mendarat di Persib Bandung. Namun karena satu dan lain hal, kepindahan tersebut urung terjadi. Pada kesempatan ini juga penyerang berusia 24 tahun ini mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Persib Bandung di awal musim lalu. Patrick juga memberikan pendapatnya soal bagaimana penampilan Persib yang anjlok di kompetisi.

“Ini saya mesti jelaskan juga. Saya tidak pernah mengatakan langsung setuju untuk bergabung dengan Persib. Saya bilang ke mereka kalau saya tertarik untuk bergabung dan ingin mendengar tawaran mereka. Waktu itu saya mendapatkan tawaran juga dari tim-tim lain.”

“Selain ada beberapa hal yang tidak bisa saya ucapkan sekarang, alasan saya tidak mau mendarat ke Persib saat itu adalah tujuan mereka saat itu bukanlah di kompetisi. Mereka sepertinya lebih fokus terhadap sisi komersil saja.”

“Jujur saja, tim mereka saat ini tidak begitu bagus untuk bertanding di papan atas kompetisi. Memang banyak nama yang terkenal, tetapi rasanya mereka tidak 100 persen bermain dengan bagus. Padahal Persib adalah tim besar dan tempat mereka bukan di sana (papan bawah klasemen).”

Mengakhiri obrolan, ketika ditanya soal peluang kembali ke Indonesia, begini jawaban pemain yang sempat berpacaran dengan mantan personel girlband Princess, Ana Octarina ini, “Saya tentu ingin sekali kembali ke Indonesia. Akan tetapi saya tidak mau datang sebagai pemain asing biasa. Saya ingin bertualang dulu di Eropa, sehingga nanti ketika saya kembali ke Indonesia, saya akan dihargai karena kualitas saya sebagai marquee player.”

NB: Percakapan antara Patrick dos Santos dan penulis dilakukan dengan bahasa campuran Inggris dan Portugis. Untuk memudahkan pembaca, penulis terjemahkan dalam bahasa Indonesia tanpa mengurangi makna dan konteks percakapan.

 

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia