Nasional Bola

Transformasi Posisi Raphael Maitimo, di Antara Kemampuan Adaptasi dan Keberuntungan

Saya pernah menulis di awal musim lalu bahwa keputusan Persib Bandung mendatangkan Raphael Maitimo adalah sesuatu yang membingungkan. Karena sebelum mendaratnya pemain blasteran Belanda-Minang ini, Persib sudah memiliki stok gelandang yang melimpah. Didatangkannya Maitimo rasanya merupakan sesuatu yang berlebihan.

Apalagi dengan berbagai permasalahan yang mendera Maitimo di klub-klub yang sebelumnya ia bela, ditambah juga, ia dengan “sangat berani” memilih nomr punggung 10 yang tentunya sangat spesial untuk tim Maung Bandung karena merupakan nomor punggung yang sama dengan para legenda dan pemain yang sangat berkesan.

Seperti kata-kata bijak, selalu muncul sebuah kemudahan di saat tersulit sekalipun. Maitimo kemudian menjelma bak juru selamat ketika Persib sedang krisis penyerang tengah. Di saat Carlton Cole yang kesulitan beradaptasi dengan sepak bola Indonesia, Sergio van Dijk yang tidak pulih juga dari cederanya, serta penyerang muda Angga Febriyanto yang masih belum siap bermain di level tertinggi, ditempatkannya Maitimo di posisi penyerang tengah justru menjadi nilai positif tersendiri bagi tim Maung Bandung.

Setidaknya itu yang terlihat di laga perdana putaran kedua Go-Jek Traveloka Liga 1 ketika Persib berhadapan dengan PS TNI di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (5/7) lalu. Dan sejauh ini, ia tercatat sebagai pemain yang paling banyak menyarangkan gol di kubu Persib dengan empat gol.

Kredit: Liga 1

Keberuntungan atau kemampuan adaptasi?

Selain karena memang situasi di Persib yang cukup sulit, bisa jadi alasan mengapa Djadjang Nurdjaman menempatkan Maitimo di posisi penyerang adalah skema tersendiri. Dengan menempatkan Maitimo yang sejatinya seorang gelandang di posisi penyerang, yaitu agar lini serangnya bisa bergerak lebih dinamis. Sedikit meniru kesuksesan Vicente del Bosque yang berhasil membawa Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2012 dengan menggunakan Cesc Fabregas sebagai penyerang utamanya.

Permasalahan muncul karena meskipun tipe pemain yang versatile alias bisa ditempatkan di luar posisi naturalnya, karier Maitimo yang lebih sering membuatnya bermain di posisi gelandang tengah membuat skema ini tak berjalan baik bahkan hingga Djadjang Nurdjaman lengser dari posisinya sebagai pelatih kepala Persib.

Karena Maitimo akan bergerak benar-benar di area lapangan yang sangat dalam, sehingga seringnya area yang harusnya diisi oleh pemain yang berposisi sebagai penyerang menjadi begitu kosong. Masalah ini terkadang juga membuat serangan Persib buntu dalam beberapa pertandingan di pekan-pekan akhir paruh pertama lalu.

Tetapi memang kemampuan adaptasi manusia itu sangatlah luar biasa. Seiring waktu, Maitimo bisa semakin luwes dengan peran baru yang dijalaninya. Visi dan penempatan posisi yang merupakan atribut dari seorang gelandang tengah banyak membantu Maitimo ketika dimainkan sebagai penyerang. Kedua atribut ini membantu Maitimo untuk bergerak dan berada di posisi yang tepat untuk menyelesaikan peluang.

Anda bisa melihat kembali rekaman pertandingan Persib melawan PS TNI. Perhatikan dua gol yang dicetak oleh Maitimo. Dalam prosesnya, rute berlari atau pergerakan Maitimo membuatnya bisa tidak terdeteksi oleh para pemain bertahan lawan. Ia bisa merangsek ke jantung pertahanan lawan dan menyelesaikan peluang.

Para pemain bertahan lawan baru tersadar ada Maitimo di sana di saat-saat terakhir pemain kelahiran Rotterdam ini tinggal berhadapan dengan kiper. Dan saat itu tentunya sudah sangat terlambat untuk diantisipasi. Dua proses dari dua gol yang hampir serupa ini juga sama persis dengan yang terjadi di final Piala Bhayangkara tahun 2016 lalu.

Maitimo kala itu mencetak gol ke gawang timnya saat ini, Persib Bandung, dengan proses yang hampir serupa. Ia berlari merangsek ke area tengah, memanfaatkan umpan dari area flank dan mencetak gol.

Bisa juga melihat kembali gol Maitimo yang dianulir ketika berhadapan dengan Madura United. Ketika bola dikirim ke pertahanan lawan, baik Engleberd Sani dan Fabiano Beltrame lebih terfokus mengawal Michael Essien. Tanpa tersadar Maitimo berada di posisi bebas untuk melakukan penyelesaian akhir. Meskipun akhirnya gol dianulir, kejadian tersebut adalah sekian dari banyak bukti bahwa Maitimo memiliki penempatan posisi yang baik.

Penempatan posisi menjadi kekuatan tersendiri bagi Maitimo. Cukup banyak para penyerang hebat di sepak bola Eropa sana yang sebenarnya tidak bagus-bagus betul secara teknik, tapi punya penempatan posisi yang luar biasa. Mereka sering didiskreditkan dan disebut hanya beruntung karena selalu berada di posisi yang tepat.

Padahal, pemain-pemain tipe ini yang berbahaya. Selalu berada di saat dan waktu yang tepat. Toh, sama seperti kata-kata bijak dari Jawa, orang pintar selalu bisa kalah dari orang bejo.

Previous
Page 1 / 2