Nasional Bola

Rapor Paruh Musim Liga 1: Empat Klub yang Tampil Jeblok

Layaknya sebuah roda, klub sepak bola pun mengalami siklus kehidupan. Suatu ketika berada di atas, tapi ada saatnya mereka turun ke bawah. Nah, di Go-Jek Traveloka (GT) Liga 1 musim ini, empat klub kandidat juara mengalami penurunan performa. Tampil mengecewakan dan tersangkut di papan tengah bahkan bawah, alih-alih meramaikan persaingan di papan atas.

Berbagai macam permasalahan dialami keempat klub ini yang membuat mereka tak sanggup menampilkan performa terbaiknya dan harus merelakan singgasana papan atas yang biasa mereka tempati, dihuni oleh klub-klub yang usianya jauh lebih muda dari mereka.

Siapa saja keempat tim raksasa yang kini menjadi pesakitan itu dan apa saja permasalahannya?

Kredit: Liga 1

Arema FC: Senapan angin Singo Edan

Klub kebanggaan warga Malang ini selalu menjadi kandidat juara tiap musimnya, tapi melihat kiprah mereka yang terseok-seok di putaran pertama, manajemen Singo Edan sebenarnya mematok target yang tidak berat: finis di lima besar. Akan tetapi, hal itu gagal dilakukan Aji Santoso dan membuatnya mundur dari kursi kepelatihan Arema FC.

Permasalahan pelik yang dihadapi Arema di putaran pertama ada produktivitas tandang mereka. Dari delapan partai away, Arema hanya mampu menceploskan empat gol di dua pertandingan saja. Lebih parah lagi, dua pertandingan tersebut adalah ketika melawan klub papan bawah, Persiba Balikpapan dan Persegres Gresik United.

Usia para serdadu lini depan Singo Edan yang tak lagi muda diperkirakan menjadi penyebab utama juara Liga Indonesia 2009/2010 ini tampil tanpa naluri membunuh, seperti senapan angin. Cristian Gonzales sudah berkepala empat, Esteban Vizcarra berusia 31 tahun, Arif Suyono bahkan dua tahun lebih tua dari Vizcarra, sedangkan Juan Pablo Pino masih belum menemukan performa terbaiknya.

Praktis hanya ada nama-nama seperti Dedik Setiawan, Nasir, Dendi Santoso dan Muhammad Rafli yang masih memiliki darah segar, namun mereka belum dapat tampil konsisten. Perombakan sistem di lini depan menjadi tugas utama Joko Susilo di paruh kedua untuk mengisi senapan Arema dengan peluru asli, bukan peluru senapan angin.

Previous
Page 1 / 4