Eropa Italia

Patrick Cutrone di Tengah Pusaran Kapital AC Milan

Merata, AC Milan menambah 10 pemain baru. Merata, dari pos kiper, hingga penyerang. Mulai dari Antonio Donnarumma, Andrea Conti, Frank Kessie, hingga Fabio Borini, dana hampir 200 juta euro sudah diinvestasikan dalam diri penggawa anyar. Kegairahan menyambut musim baru membuncah, terasa di tiap dada banyak Milanisti.

Kegairahan yang serupa diterjemahkan dengan ludesnya tiket laga Milan melawan Craiova. Putaran kedua kualifikasi Liga Europa, yang dihelat di San Siro, dihadiri tak kurang dari 65.763 pasang mata.

Sebuah catatan yang menggambarkan besarnya animo yang menguar, memecahkan rekor penonton terbanyak yang sebelumnya dicatatkan oleh laga Borussia Dortmund melawan Wolfsberger AC, dengan 65.190 penonton.

Selain merayakan kembalinya Rossoneri ke panggung Eropa, menyaksikan amunisi baru mentas di San Siro adalah daya tarik yang menggairahkan. Apalagi, ketika Vincenzo Montella bisa secara rutin menurunkan susunan pemain yang sangat baru, berbeda dengan musim lalu, Milanisti akan sangat menantikan.

Malam gempita itu semakin bergemuruh ketika Milan memperkenalkan Leonardo Bonucci dan Lucas Biglia sebagai pemain baru. Dua pemain yang diproyeksikan akan menjadi tulang punggung, menjadi pokok kekuatan Milan. Bonucci, menjaga lini pertahanan dan Biglia, menjadi metronom di lini tengah. Proyeksi yang membuat San Siro bermandikan gemuruh.

Namun, di tengah suka cita malam itu, ada satu pemain yang kembali mencuri hati. Ia masih berusia 19 tahun, bukan pemain baru dan lulusan akademi Milan sendiri. Ia mencetak gol kedua dan merayakannya dengan penuh rasa haru. Selebrasi yang melempar memori Milanisti ke sosok Super Pippo, seorang Filippo Inzaghi yang melegenda.

Remaja itu bernama Patrick Cutrone.

Ia yang lahir di Como

Cutrone lahir di Como, 19 tahun silam. Namanya menyeruak ketika masuk ke dalam daftar pemain yang dibawa Milan untuk tur pra-musim.

Cutrone tak membuang kesempatan emas ini. ia bermain stabil, termasuk mencetak dua gol ke gawang Bayern München. Sebagai pemain muda, tur pra-musim bisa menjadi penanda bahwa kerja kerasnya selama di Primavera diakui. Pun dengan perkembangannya, yang tak luput dari pantauan tim pelatih.

Sebagai penyerang muda, cara bermainnya sudah begitu dewasa. Ia menunjukkan kejeliannya menyelesaikan peluang di depan gawang. Perhatikan video di bawah, terutama menit 1:10.

Berhadapan dengan kiper, berdiri di posisi yang tak menguntungkan, di mana kebanyakan pemain akan mengirim umpan atau menembak ke tiang jauh, Cutrone justru membidik tiang dekat. Sempit saja, namun ia bisa meloloskan bola ke samping kiper. Sayang, usaha cantik itu tak berbuah gol. Namun dari sekilas itu kita bisa membaca banyak hal dari remaja ini.

Membidik tiang dekat, sudut yang sempit, membutuhkan teknik menendang bola yang mumpuni. Namun, kepercayaan diri dan keyakinan yang tebal yang justru berbicara paling lantang. Cutrone melepas bola tanpa rasa ragu. Ketika mendorong bola menggunakan kaki sebelah dalam, tak tampak ia memalingkan muka untuk mencari kawannya. Ia fokus dengan gawang.

Untuk seorang pemain depan, sikap ini sangat penting. Seperti Filippo Inzaghi, seorang penyerang klasik nomor 9 juga harus bengis. Ia mengemban amanat untuk memenangi pertandingan. Mau bagaimana pun caranya, yang paling penting, bola bertemu jala bagian dalam. Dan Cutrone tak hanya meresapi adagium itu, ia juga melakukannya secara elegan.

Hebatnya, ia tak hanya punya insting mencetak gol. Cutrone bisa bermain sebagai pemantul bola. Pun, ditunjang determinasi yang besar, ia bisa digunakan untuk menekan bek lawan. Keyakinan dan determinasi adalah modal yang paling dibutuhkan pemain muda untuk berkembang pesat. Syarat selanjutnya adalah menit bermain.

Previous
Page 1 / 2