Dunia Amerika Latin

Neymar Sudah Jadi Pemain Termahal Dunia, Ganso Apa Kabar?

Dunia masih membicarakan ingar-bingar transfer Neymar ke Paris Saint-Germain (PSG) yang mengukuhkannya sebagai pemain termahal dunia. Adakah yang masih ingat sobat akrab Neymar semasa bermain di Santos yang juga sesama mantan pemain muda berbakat asal Brasil bernama Ganso? Apa kabar pemain yang kini memperkuat Sevilla ini?

Cerita Neymar dan Ganso bermula sekitar sembilan tahun lalu. Neymar bergabung setahun setelah Paulo Henrique Ganso, yang telah bergabung dengan tim utama Santos ketika usianya masih 17 tahun. Nama kedua juga lebih dulu digadang-gadang sebagai talenta berkualitas.

Hanya pada usianya yang ke 18 tahun, kontrak Ganso di Santos memasukkan klausul pembelian 50 juta euro. Lalu, pada usianya yang ke-20, ia dianugerahi penghargaan debutan terbaik Campeonato Brasileiro Série A.

Ganso dan Neymar kemudian menjadi fenomena ketika mengantarkan Santos menjuarai Campeonato Paulista tiga kali berturut-turut, yaitu pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Prestasi mereka semakin mentereng seiring dengan keberhasilan Santos menjuarai Copa Libertadores, yang setingkat dengan Liga Champions di Amerika Latin. Kedua pemain ini lalu menjadi incaran panas klub-klub Eropa, dianggap sebagai talenta terbaik abad ke-21 dari Brasil.

Bahkan, banyak kalangan yang menganggap jika dibandingkan Neymar, Ganso lebih komplet. Posisinya sebagai pemain tengah memungkinkannya mendulang gol maupun asis. Ia terpilih menjadi pemain dengan asis terbanyak di tiga kompetisi berbeda, yaitu dua kali di kompetisi Paulista dan sekali di Sudamerica.

Dengan postur badannya yang cukup tinggi dan gaya bermain yang sangat elegan, Ganso dianggap seorang playmaker genius yang setara dengan para legenda Brasil, Gérson dan Socrates. Bahkan, banyak juga yang membandingkannya dengan playmaker genius milik Argentina, Juan Román Riquelme.

Yang membedakan Ganso dari Neymar adalah sifat keduanya yang memang berbeda seratus delapan puluh derajat. Neymar sangat menyukai menjadi pusat perhatian dengan potongan rambut mencolok dan corak berbeda-beda di sepatunya. Sedangkan perawakan Ganso lebih terlihat seperti seorang kutu buku, orangnya tenang dan tak banyak bicara. Ia lebih memilih berbicara banyak lewat aksi-aksinya di lapangan.

Dynamic duo ini akhirnya berpisah setelah Santos dipermalukan Barcelona di final Piala Dunia Antarklub di akhir 2011. Ganso yang duluan hijrah setelah menerima pinangan Sao Paulo. Sialnya, performa Ganso melempem tanpa Neymar. Ia hanya meraih satu gelar selama empat tahun di klub tersebut, yaitu Copa Sudamericana 2012.

Tim nasional Brasil pun seolah tak tertarik lagi untuk memanggilnya setelah kepindahan ke Sao Paulo. Setelah menjadi salah satu dari sedikit pemain Brasil yang bersinar di Copa America 2011, praktis ‘hanya’ Olimpiade 2012 yang menjadi ajang Ganso untuk bersinar. Ia sempat dipanggil Dunga untuk memperkuat Selecao di Copa America Centenario 2016 lalu, tapi itu pun untuk menggantikan Kaka yang cedera menjelang turnamen dimulai.

Semakin terangnya sinar Neymar bersama Barcelona di Eropa tenyata tidak diikuti oleh Ganso. Kariernya justru semakin redup setelah pindah ke Sevilla pada musim panas 2016 lalu. Padahal, nilai transfer 10 juta euro sempat sedikit membangkitkan optimisme bahwa pemain kelahiran 12 Oktober 1989 ini akan bangkit. Apalagi, Sevilla pada saat itu sedang membutuhkan kehadiran seorang playmaker.

Sialnya, Ganso justru kalah bersaing dari Samir Nasri di Sevilla. Catatan penampilannya selama musim 2016/2017 lalu pun terbilang memprihatinkan. Ia hanya tampil sebanyak enam kali di La Liga meskipun nyaris tidak pernah menderita cedera. Ia juga hanya mencetak dua gol, yang semuanya dicetak ke gawang tim lemah, Granada.

Untungnya, pelatih Sevilla untuk musim 2017/2018, Eduardo Berizzo, masih mempertahankan Ganso. Namun, bukan berarti pekerjaan menembus tim utama menjadi mudah, karena Sevilla mendatangkan kembali gelandang berpengalaman asal Argentina, Ever Banega. Ganso harus kembali menjadi Ganso genius yang pernah dikagumi berbagai kalangan jika tak ingin namanya menghilang dari peredaran.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.