Eropa Inggris

Huddersfield Town: Anak Baru yang Siap Mencuri Perhatian

Pernahkah Anda terpikirkan, apa yang setiap anak baru rasakan ketika pertama kali ia masuk ke kelas saat masa bersekolah dulu? Gugup, takut, dan bingung menjadi jawaban yang relevan. Namun bisa jadi, si anak baru memiliki perasaan untuk membuktikan diri. Mereka memiliki perasaan untuk mampu tampil menonjol dan mencuri perhatian. Perasaan inilah yang mungkin hinggap di klub Huddersfield Town, si anak baru di Liga Primer Inggris.

Semenjak zaman Premier League dimulai di tahun 1992, Huddersfield belum pernah sekalipun mengecap rasanya bermain di liga tersebut. Oleh karena itu, predikat “anak baru” cocok disematkan ke klub yang berjulukan The Terriers ini. Huddersfield sendiri dilatih oleh David Wagner, pelatih berkebangsaan Amerika Serikat keturunan Jerman.

Bersama Wagner, Huddersfield akhirnya kembali berlaga di kasta tertinggi Liga Inggris setelah terakhir kali terjadi di tahun 1972. Huddersfield meraih tiket promosi setelah mengalahkan Reading di babak play-off melalui drama adu penalti. Sebelumnya, tak seorang pun yang menyangka bahwa Huddersfield mampu promosi, namun tangan dingin Wagner berhasil menciptakan sejarah bagi klub yang bermarkas di John Smith’s Stadium ini. Kini, Wagner tentunya memiliki ambisi untuk mengejutkan khalayak yang lebih besar, mengejutkan anak-anak lama Liga Primer Inggris.

David Wagner
David Wagner.

Ancaman Huddersfield

Tentunya ada beberapa alasan mengapa kiprah Huddersfield Town di Liga Primer patut dinanti.

Yang pertama adalah gaya main Wagner yang cenderung mirip dengan Jürgen Klopp. Wagner mengandalkan gegenpressing yang mirip dengan Klopp, namun Wagner tidak terpaku pada satu pola. Ia juga menyesuaikan taktik yang ia gunakan bergantung lawannya, seperti ketika ia mengadopsi pertahanan yang lebih dalam, lalu menyerang menggunakan counter-attack ketika melawan Reading di laga play-off.

Walaupun begitu, pendekatan yang dilakukan Wagner terhadap Huddersfield kurang lebih sama dengan yang Klopp lakukan bersama Liverpool, yaitu pressing yang intens. Tak perlu heran, ini terjadi karena Wagner memang merupakan salah satu kolega Klopp dan sempat bekerja sama di Borussia Dortmund.

Yang kedua adalah skuat yang menjanjikan. Huddersfield memang tidak memiliki pemain yang tergolong kelas dunia, namun mereka dapat bekerja sebagai satu unit dengan baik. Walaupun begitu, ada beberapa nama yang tergolong menonjol.

Yang pertama adalah Tom Ince, putra dari legenda Manchester United, Paul Ince. Ince berposisi sebagai sayap kanan, namun ia mampu menempati posisi sayap kiri dan gelandang serang. Ince, yang kini berusia 25 tahun, diberkahi dengan kedua kaki yang sama-sama kuat dan kecepatan yang mumpuni. Selain itu, pemain yang didatangkan dari Derby County ini memiliki kemampuan dribbling dan crossing yang cukup baik.

Nama kedua adalah Aaron Mooy. Pemain berkebangsaan Australia ini adalah figur integral dari berhasilnya Huddersfield meraih promosi musim lalu. Mooy dapat dikatakan sebagai playmaker dari Huddersfield. Pemain yang sempat terdaftar sebagai bagian dari Manchester City ini memiliki kemampuan untuk mendikte permainan. Selain itu, ia juga mahir mengeksekusi bola mati.

Yang ketiga adalah Tommy Smith, sang kapten. Pemain yang berposisi sebagai bek kanan ini sangat dibutuhkan oleh skuat Huddersfield sebagai pemimpin di lapangan. Selain itu, kehadiran Smith juga penting karena ia mampu mengorganisir lini belakang dengan baik.

Selanjutnya, alasan ketiga adalah sejarah dari klub ini. Huddersfield tergolong tim yang lumayan sukses di masa lalu. Ya, kata kuncinya adalah masa lalu. Huddersfield pernah tiga kali menjuarai Liga Inggris. Hebatnya, tiga trofi tersebut direngkuh secara berturut-turut. Sebuah pencapaian yang hanya bisa disamai oleh Manchester United, Liverpool dan Arsenal. Namun, kejayaan mereka terjadi dahulu sekali, tepatnya pada tahun 1923 sampai 1926. Huddersfield juga pernah meraih trofi Piala FA di tahun 1922.

Namun, sekali lagi, semua itu terjadi sudah lama sekali, bahkan sejak tahun 1972, Huddersfield tak pernah lagi berlaga di kasta tertinggi Liga Inggris. Oleh karena itu, menarik dinanti apakah Huddersfield setidaknya mampu untuk tidak mempermalukan nama besarnya di masa lalu.

Previous
Page 1 / 2