Suara Pembaca

Menuju Industri Sepak Bola Indonesia

Sepak bola Indonesia di era modern sekarang ini sudah mulai bergerak maju menjadi sebuah industri besar sepak bola. Industri sepak bola saat ini bahkan mampu memberikan penghidupan kepada puluhan bahkan ratusan orang yang berada disekeliling klub.

Bagaimana klub yang dikelola secara profesional mampu menjadi sumber penghasilan bagi pemain, pelatih, jajaran manajemen, pedagang asongan, tukang parkir di area stadion bahkan sampai masyarakat di sekitar stadion berada.

Bagaimanapun, keberadaan klub tak lepas dari dukungan para supporter. Semakin banyak suporter tentu membuat nilai jual klub semakin tinggi di mata sponsor maupun investor. Persebaya contohnya, tanpa ragu manajemen Persebaya menjual jersey otentik resmi tahun 2017 dengan harga sangat mahal yaitu 750 ribu rupiah.

Atau PSS Sleman, yang mampu menjual seluruh tiket sebanyak 27 ribu lembar untuk laga pada tengah pekan melawan Persibas Banyumas (13/7/17). Hitung saja berapa keuntungan yang didapat dari satu pertandingan saja dengan mengalikan total tiket terjual dengan harga tiket yang dijual (25 ribu, 40 ribu dan 60 ribu). Anggap saja rata-rata harga tiket 40 ribu rupiah, maka keuntungan yang didapat PSS  bisa mencapai 1 miliar lebih.

Sepak bola adalah industri, siapa jeli melihat peluang dan berani bergerak, maka akan semakin berkembang. Sebaliknya, pengurus klub yang tidak jeli mengambil peluang hanya menghasilkan kerugian atau bahkan bangkrut.

Mungkin akan timbul pertanyaan, wajar jika Bandung, Jakarta, Sleman, Solo, Surabaya hingga Makassar punya aset besar yaitu suporter. Lalu, kalau tim-tim dengan basis suporter kecil, apakah bisa seperti itu?

Previous
Page 1 / 2