Suara Pembaca

Mentalitas Mudah Jatuh dan Dibantu untuk Bangkit di Sepak Bola

Kala itu, Anthony Sutton, penikmat dan pencinta sepak bola Indonesia, mengunggah gambar seorang pemain Barito Putera yang sedang mendapatkan perawatan medis pada awal Juli lalu. Sekilas tidak ada yang salah dengan kondisi demikan karena memang keharusan memberi pertolongan pertama cedera di lapangan sudah menjadi prosedur standar FIFA.

Akan tetapi, dampak terhentinya pertandingan kala tenaga medis datang hingga menyelesaikan tugasnya justru membuka lebar-lebar peluang pembunuhan waktu dan unggahan di akun Twitter @JakartaCasual menggambarkannya secara presisi.

Barito Putera sedang unggul satu bola saat seorang pemain terjatuh dan meminta sentuhan staf medis. Adegan menjadi ganjil ketika si pemain tergeletak di dekat garis tepi, sisi lapangan di mana terdapat technical area masing-masing tim.

Tidakkah wasit berpikir untuk meminta si dokter menggeser si pemain satu meter ke samping, sehingga sesi perawatan dapat dilanjutkan di luar lapangan agar pertandingan dapat segera dilanjutkan? Di sisi lain, tidak adakah kesadaran si pemain bahwa sikap berlebihnya terkait cedera yang terkadang tidak serius membuat esensi kompetisi semakin menjemukan karena membuang waktu?

Parahnya, insiden ketika pemain terkapar (atau cuma terduduk) terus berulang, terutama saat salah satu tim merasa sudah mencapai target dalam suatu pertandingan. Ini pula yang membuat Simon McMenemy, pelatih Bhayangkara United, lawan Barito saat itu, membalas cuitan Sutton, “Sangat sulit menjaga ketenanganku. (Itu adalah) penyakit yang menjangkiti banyak liga di Asia Tenggara”.

Benar bahwa keberadaan tim medis adalah prosedur wajib yang harus disediakan di setiap pertandingan level apapun. Namun, FIFA sendiri sudah mengendus potensi kemungkinan pembunuhan waktu oleh salah satu tim dengan memperingatkan para wasit di Laws of The Game. Para wasit, dalam kapasitasnya sebagai penentu perlu atau tidaknya penanganan awal, dihimbau untuk:

  1. Peka akan dua hal: situasi pertandingan dan potensi penundaan kelanjutan pertandingan (dengan kata lain, kedatangan petugas medis sebagai taktik pembunuhan waktu);
  2. Menegaskan pada pemain yang cedera bahwa jika tim medis dibutuhkan, penanganan harus cepat;
  3. Memberi sinyal kepada tim medis untuk memasuki lapangan (bukan pembawa tandu) dan jika perlu, memperingatkan mereka untuk bergegas.

Bila ‘kitab suci’ dari FIFA sudah menjelaskan seterang-terangnya, timbulah pertanyaan pada wasit-wasit Indonesia, mengapa mereka masih mengizinkan para pemain memanggil bantuan tim medis, bahkan meminta digotong dengan tandu, padahal di saat yang sama ia mengacungkan ibu jari (tanda ia dapat melanjutkan pertandingan) pada pelatihnya?

Wasit Indonesia mungkin perlu dipertontonkan mimik ikonik wasit Mark Clattenburg saat Pepe berguling-guling di depannya meminta segera “dibelai” pada laga final Liga Champions 2015/2016. Clattenburg bergeming, tak terperdaya akting menggemaskan eks bek Real Madrid tersebut.

Penyakit ini sebetulnya juga sering ditemukan di laga level tertinggi, tentu dengan kiat beragam. Jose Mourinho beberapa kali mengungkapkan kekesalannya ketika musuh melakukan peragaan pembunuhan waktu, di antaranya saat tumbang melawan Newcastle pada Desember 2014, kekalahan pertama Chelsea musim itu.

“Kami ingin lebih banyak (waktu) bermain sepak bola tetapi itu mustahil karena muncul beberapa hal yang saya pikir tidak patut ada lagi di level tertinggi sepak bola. Ketika bola menghilang, tak kunjung muncul, bola lain masuk lapangan atau anak gawang malah berlari,” ujarnya di konferensi pers pascalaga.

Individu dengan pengalaman bergelut di piramida teratas olahraga macam Mourinho sungguh perlu diperhatikan pendapatnya, terutama soal pembunuhan waktu. Selain bisa mengakibatkan reduksi kualitas pertandingan antara kedua tim, tidak jarang aksi serupa dilakukan oleh ballboy seperti di pertandingan Newcastle melawan Chelsea yang membuat pemain lebih mudah tersulut emosi.

Eden Hazard sudah merasakannya saat seorang bocah ballboy berusaha menghalanginya mengambil bola pada pertandingan semifinal Piala Liga di kandang Swansea City. Ia kemudian diganjar kartu merah dan mendapat sanksi tambahan oleh FA. Mourinho sendiri pernah menghentikan laju lari Cesar Azpilicueta yang terkesan hendak menghantam anak gawang dalam sebuah pertandingan tandang melawan Crystal Palace.

Previous
Page 1 / 2