Nasional Bola

Masa Sekolah Tio dan Cerita Hamka Hamzah di Tribun Mattoanging

Alkisah ada seorang remaja di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA), sebut saja namanya Tio. Layaknya seorang remaja belasan tahun, Tio selalu ingin menunjukkan eksistensinya, yang terkadang ia lakukan dengan cara yang salah.

Suatu hari, ia ketahuan membolos jam pelajaran dan mabuk di area pinggir sekolah. Ia beberapa kali juga dipanggil ke kantor polisi karena terlibat tawuran dan sempat terlihat merokok di kamar mandi siswa. Pelanggaran-pelanggaran seperti itu sudah tentu berbuah poin di buku skorsnya dan apabila poinnya mencapai tingkat tertentu, ia dapat dikeluarkan dari sekolah.

Saking banyaknya pelanggaran berat yang ia lakukan, para guru bahkan pernah mengadakan rapat untuk membahas keberadaan Tio di sekolah. Meski poinnya belum mencapai batas skor, tingkah laku Tio dapat mencoreng citra baik sekolahnya yang merupakan SMA favorit di kota itu.

Akan tetapi, walaupun sering bermasalah dengan pihak sekolah, Tio dikenal sebagai anak yang mudah bergaul. Ia memiliki banyak sekali teman akrab, dari dalam maupun luar sekolah. Sebagian di antaranya memang teman “nakal”, tapi tak sedikit pula yang termasuk kategori anak baik-baik.

Meski memiliki citra buruk di mata para guru, nyatanya Tio sangat disegani oleh teman-temannya. Jiwa kepemimpinan serta sifatnya yang berani beberapa kali membuat dirinya sebagai penengah perkelahian. Ia juga sering dicurhati oleh para sahabatnya dan dimintai pendapat mengenai permasalahan yang mereka hadapi.

Dengan kata lain, Tio merupakan sosok yang ingin segera disingkirkan oleh para guru akibat segala ulah buruknya, namun sangat dirindukan oleh para temannya karena ia hampir selalu ada saat mereka membutuhkan.

***

Bergeser ke sebuah kota di ujung Sulawesi Selatan, di sana ada seorang pria berusia 33 tahun yang terkadang masih berperilaku nakal seperti Tio walau porsinya berbeda. Kenakalan yang ia lakukan bukan kenakalan “level regional” seperti Tio, tapi lebih “nasional” karena dilakukan di dunia sepak bola profesional.

Ya, pria yang satu ini adalah pesepak bola profesional yang sedang membela tim kampung halamannya. Anda bisa mengenalnya dengan nama Hamka Hamzah. Ia tak diragukan lagi merupakan salah satu bek terbaik yang pernah dimiliki negeri ini, tapi itu bukan jaminan kalau ia tak pernah bermasalah dengan federasi.

Baca juga: Hamka Hamzah yang Serupa Sergio Ramos

Kasus terbaru Hamka muncul di laga Persib Bandung kontra PSM Makassar (5/7) lalu. Kejadian ini tak sempat terekam kamera televisi, tapi tak dapat luput dari kamera seorang wargamaya. Dalam sebuah unggahan, ia memotret dengan sangat jelas perbuatan kapten PSM ini yang mengacungkan jari tengah ke arah Bobotoh.

Dalam sebuah video juga terlihat Hamka membentuk simbol Jakmania dari tangannya untuk memprovokasi pendukung Maung Bandung. Kejadian ini ditengarai sebagai awal mula insiden pelemparan botol kepada para pemain PSM ketika mereka mendekat ke tribun untuk menghampiri para suporter Juku Eja.

Akibat dari tindakannya itu, Hamka dijatuhi hukuman oleh PSSI berupa larangan bertanding di dua laga dan denda 75 juta rupiah. Sanksi ini kian menambah panjang daftar tindakan tak terpuji yang pernah dilakukan bek berusia 33 tahun ini. Sebelumnya, saat masih memperkuat Arema Cronus di Piala Bhayangkara 2016, sang kapten pernah memukul kepala Silvio Escobar yang saat itu membela Bali United dalam ajang Piala Bhayangkara 2016.

Meski beberapa kali mendapat hukuman dari federasi yang juga ikut merugikan timnya, nyatanya Hamka bukanlah sosok yang dibenci oleh para suporter klubnya. Dalam sebuah foto yang diunggah di Instagram, terlihat Hamka sedang menabuh drum untuk menyemangati rekan-rekannya di lapangan yang sedang berlaga melawan Barito Putera.

https://www.instagram.com/p/BWrpFSrAM93/

Di sebuah foto yang diunggah oleh akun resmi Liga 1, juga tampak Hamka sedang berdiri sebagai dirigen para suporter di Mattoanging. Aksi ini pun langsung menjadi viral, terutama setelah melihat keceriaan pemain bernomor punggung 23 ini saat berbaur dengan para penonton di tribun.

https://www.instagram.com/p/BWt0HQsHQci/?r=wa1

Hamka sendiri memang dikenal sebagai pemain yang selalu dekat dengan suporter timnya. Ia sempat menjadi idola di Persija Jakarta dan Arema, sebelum kembali ke Makassar dan membangun Warkop 23, sebuah tempat nongkrong yang sering didatangi penggawa Juku Eja. Selain menjadi usaha sampingan, warung kopi ini juga menjadi ajang bagi Hamka untuk memperkuat relasinya dengan para suporter Juku Eja.

Keceriaan Hamka di tribun Mattoanging dan riuh suara suporter yang mengikuti teriakan serta dentuman drum­-nya adalah bukti bahwa Hamka tetap menjadi sosok yang disegani dan selalu mendapat tempat di hati para suporter PSM Makassar, meski kapten mereka memiliki “kebiasaan” melakukan tindak provokatif yang sewaktu-waktu bisa terulang kembali.

Well, menjadi dirigen suporter serta menabuh drum di tribun nampaknya menjadi hiburan tersendiri bagi Hamka setelah membayar denda yang nilainya hampir setara dengan tujuh buah Samsung Galaxy S8 ini.

Lekas kembali bermain, Kapten!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.