Dunia Lainnya

Duopoli Amerika Serikat dan Meksiko di Ajang Piala Emas

Berdiri pada 18 September 1961, The Confederation of North, Central America and Carribean Association Football (CONCACAF) merupakan organisasi sepak bola tertua kelima yang berafiliasi kepada induk organisasi sepak bola dunia, FIFA. CONCACAF sendiri terbentuk dari hasil gabungan North America Football Association (NAFC) dan Football Confederation of Central America and Carribean (CCCF).

Selayaknya asosiasi sepak bola di belahan benua lain, CONCACAF pun memiliki hajatan wajib guna mempertemukan seluruh tim nasional yang berafiliasi terhadap mereka. Kejuaraan termegah buatan CONCACAF guna mengadu seluruh negara (41 anggota) yang berafiliasi kepada mereka adalah Piala Emas, yang diinaugurasi pada tahun 1991 silam.

Lain halnya dengan kompetisi Copa America, Piala Asia maupun Piala Eropa yang sukses dijuarai oleh beberapa negara berbeda, Piala Emas malah didominasi oleh dua poros utama di wilayah CONCACAF, Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.

Sampai tahun 2015, Piala Emas sudah dihelat sebanyak tiga belas kali. Dalam rentang waktu itu, Meksiko berhasil menggondol tujuh gelar sedangkan AS beroleh lima trofi. Satu-satunya momen di mana sepasang raksasa itu gagal merengkuh titel juara adalah tahun 2000. Ketika itu, Kanada secara mengejutkan sanggup keluar sebagai yang terbaik di zona CONCACAF.

Sialnya, kejutan yang ditampilkan oleh Kanada pada saat itu benar-benar sulit direplikasi kembali. Baik oleh The Canucks, julukan timnas Kanada, sendiri ataupun anggota CONCACAF yang lain.

Kedigdayaan yang dipertontonkan AS dan Meksiko selama ini seakan menyingkap tabir betapa perkembangan sepak bola di wilayah CONCACAF belum benar-benar merata, khususnya negara-negara di wilayah Amerika Tengah dan Karibia.

Negara-negara semisal Honduras, Kosta Rika dan Panama (dari Amerika Tengah) maupun Barbados, Jamaika, Puerto Riko, serta Trinidad & Tobago (Karibia), masih kepayahan untuk muncul sebagai kekuatan baru dari zona CONCACAF. Kultur, tata kelola sepak bola, kualitas kompetisi hingga belum terstrukturnya proses pencarian sekaligus pembinaan pemain muda di negara-negara tersebut, masih kerap menjadi masalah klasik. Hal ini tentu berbeda 180 derajat dengan AS serta Meksiko yang level sepak bolanya tergolong sudah begitu maju.

Maka tak perlu heran apabila kejuaraan Piala Emas selalu menjadi duopoli AS dan Meksiko setiap kali diselenggarakan. Kedua negara juga telah bertemu secara langsung di babak final sebanyak lima kali. El Tri, julukan Meksiko, masih unggul dengan memenangi empat partai puncak (1993, 1998, 2009 dan 2011). Sementara The Yanks, nickname AS, cuma kebagian satu kemenangan di partai final yakni pada tahun 2007.

Kondisi tersebut memunculkan sejumlah olok-olok bagi turnamen yang satu ini. Sejumlah kalangan menyebut apabila CONCACAF tak perlu repot-repot menggelar ajang Piala Emas mulai dari babak penyisihan. Mereka cukup mempertemukan AS dan Meksiko di partai pamungkas guna mencari jawaranya.

Guna menyiasati timpangnya kekuatan yang ada di wilayah Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia, CONCACAF pun meniru langkah yang diambil asosiasi sepak bola Amerika Selatan (CONMEBOL) dengan mengundang sejumlah negara dari wilayah lain untuk ikut “meramaikan” Piala Emas.

Hal ini diinisiasi CONCACAF pada tahun 1996 yang lalu dengan mengundang Brasil sebagai salah satu peserta. Negara dari wilayah CONMEBOL lain seperti Ekuador, Kolombia dan Peru juga pernah merasakan atmosfer Piala Emas. Hasilnya pun lumayan, karena negara-negara dari Amerika Selatan itu jarang sekali langsung rontok di fase penyisihan.

Brasil dan Kolombia bahkan tercatat pernah mentas di partai final, masing-masing di tahun 1993 dan 2003 (Brasil) serta tahun 2000 (Kolombia) walau akhirnya harus menerima kekalahan.

Lebih jauh, CONCACAF pun sempat mengundang wakil Afrika, Afrika Selatan dan utusan Asia, Korea Selatan, supaya ikut serta dan bertempur di ajang ini. Seperti negara-negara dari Amerika Selatan, penampilan keduanya juga tak terlalu mengecewakan walau Korsel sempat terkapar di babak penyisihan grup Piala Emas 2002. Namun perlu diingat, ketika itu skuat Taeguk Warriors tak diisi nama-nama paten seperti Ahn Jung-hwan, Hong Myung-bo, Park Ji-sung dan Seol Ki-hyeon.

Namun, keputusan untuk mengundang tim dari luar wilayah CONCACAF pada akhirnya dianulir sejak penyelenggaraan Piala Emas 2007. Meski bagus dalam hal menarik minat penonton, baik yang datang ke stadion maupun menyaksikan via televisi, namun keberadaan mereka juga ikut menghambat negara-negara semenjana di wilayah CONCACAF untuk mengejar AS dan Meksiko.

Sejak saat itu, kompetisi Piala Emas terasa semakin menarik walaupun tetap didominasi oleh AS dan Meksiko. Honduras, Kanada, Kosta Rika dan Panama semakin rajin menembus babak-babak akhir. Nama terakhir bahkan sukses melaju ke final Piala Emas 2013 silam. Pun begitu dengan Jamaika yang menjadi finalis di Piala Emas 2015 kemarin. Bahkan negara semungil Guadeloupe juga bisa melesat hingga babak semifinal di Piala Emas 2007.

Dan sejak 7 Juli 2017 kemarin, CONCACAF sudah menghelat ajang Piala Emas untuk edisi keempat belas. AS kembali bertindak sebagai tuan rumah. Menyaksikan kompetisi pada tahun ini dijuarai oleh negara selain AS dan Meksiko mungkin sebuah khayalan yang terlalu tinggi. Duopoli keduanya mungkin akan berlanjut sekali lagi, walau Meksiko cuma menurunkan skuat lapis keduanya di ajang ini setelah tim utamanya mentas di Piala Konfederasi 2017 kemarin.

Tapi, menyimak perjuangan negara-negara CONCACAF yang lain dalam upayanya menjegal dua kutub utama tersebut meraih titel juara tentu mengundang rasa penasaran, bukan?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional