Eropa Prancis

Marcelo Bielsa, Bergerak dalam Senyap dengan Misi Restorasi LOSC Lille

Ketika Olympique de Marseille mengakhiri musim kompetisi Ligue 1 2013/2014 di posisi enam, suporter meradang. Marseille adalah salah satu tim besar di Eropa pada masanya, sekaligus garda terdepan penjaga kehormatan Prancis di turnamen antarklub benua biru. Bagaimana bisa mereka finis di bawah AS Saint-Etienne dan bahkan, Olympique Lyon?! Musim itu makin pelik karena rival klasik mereka, Paris Saint-Germain (PSG), sukses merengkuh gelar juara.

Tapi, musim itu, Marseille sebenarnya bersiap menyambut era baru bersama seorang pelatih genius. 2 Mei 2014, klub resmi mengangkat Marcelo Bielsa. Memang, sudah terlambat untuk menyelamatkan musim klub tersebut yang telanjur karam. Posisi enam adalah hal terbaik yang bisa dilakukan Bielsa di sisa musim. Tapi di musim depan, 2014/2015, El Loco menunjukkan magisnya.

Di awal musim yang baru, Bielsa hanya merekrut dua pemain baru. Selain karena klub tengah dalam krisis keuangan, Bielsa juga merasa tambahan dua pemain cukup untuk mengarungi musim baru. Michy Batshuayi dan Romain Alessandrini didatangkan masing-masing dari Standard Liege dan Rennes dengan biaya total hanya 13 juta euro. Ya, Bielsa memang sehebat itu dalam mengendus bakat pemain.

Skuat Marseille kala itu, memang cukup mengilap. Masih ada nama Dimitri Payet, Andre Ayew dan Andre-Pierre Gignac sebagai tiga pemain top di skuat. Juga sang kapten sekaligus kiper utama, Steve Mandanda. Bielsa juga leluasa memainkan skema favoritnya, 3-3-1-3, dengan mengoptimalkan eksplosivitas banyak pemain mudanya.

Salah dua pemain yang kemudian mekar di sistem ini tentu saja Florian Thauvin (yang sempat hijrah ke Inggris bersama Newcastle United) dan Benjamin Mendy. Nama kedua, kerap dimainkan berotasi dengan Jeremy Morel di pos bek sayap kiri. Pola latihan bersama Bielsa pula yang membuat Mendy semakin matang di AS Monaco bersama Leonardo Jardim musim lalu, dan kini, namanya dikaitkan dengan Pep Guardiola dan Manchester City.

Selain itu, masih ada nama bek muda asal Brasil, Doria, juga bek tangguh, Nikolas N’Koulou, yang sukses tampil gemilang. Juga jangan lupakan, dua gelandang muda yang bersinar terang bersama El Loco, Mario Lemina (kini di Juventus) dan Gianelli Imbula (sempat di FC Porto, kini di Stoke City).

Sudah menjadi rahasia umum bahwa skuat asuhan Bielsa akan selalu kesulitan di paruh kedua musim karena sebagian besar pemainnya mengalami kelelahan akut sebagai konsekuensi dari sistem pressing yang diterapkan tiap pertandingan serta pola latihan ekstrem yang dilakukan pelatih asal Argentina kala tidak bertanding. Ditambah, skuat Bielsa kala itu begitu minim, ‘hanya’ berisikan 24 pemain.

Tapi, bukan itu isu utamanya. Bulan madu Bielsa di Marseille menjadi indah karena banyak nama-nama pemain menjadi mekar dan mewangi. Di akhir musim, Marseille menjadi tim tersubur di Ligue 1, di atas PSG yang menjadi juara musim itu. Kendati hanya naik dua tingkat (finis peringkat 4), gaya melatih Bielsa diakui memberi dimensi baru bagi Les Olympiens.

Di akhir musim, sialnya, nama-nama pemain kunci seperti Ayew, Payet dan Gignac hijrah dari Stade Velodrome. Dan di awal musim 2015/2016, Bielsa mengundurkan diri hanya lima menit usai kalah di pekan perdana atas SM Caen!

Petualangan baru di LOSC Lille

Fragmen yang sama di Marseille coba direplikasi Lille, kala menunjuk Bielsa menjadi pelatih mereka untuk musim kompetisi 2017/2018. Mengakhiri musim 2016/2017 di peringkat 11, Lille layak berharap magis Bielsa kembali berbuah penanjakan performa yang gemilang di musim depan. Dan sejauh ini, langkah Bielsa terasa sangat mantap!

Saya sendiri aktif mengikuti Lille di Instagram dan Twitter, sejak nama pelatih eksentrik yang menjadi guru banyak pelatih top dunia itu diresmikan sebagai pelatih Lille. Di bursa musim panas, Bielsa bergerak cepat dengan meresmikan Xeka, gelandang pinjaman berusia 22 tahun dari Sporting Braga sebagai rekrutan anyar dengan kontrak permanen. Xeka datang berbarengan dengan pemain sayap dari Red Star FC, Naim Sliti.

Berturut-turut setelahnya, Bielsa dan Lille meresmikan Edgar Le (bek tengah), Kevin Malcuit (bek kanan), Thiago Mendes (gelandang bertahan), Nicolas Pepe (penyerang sayap), Luiz Araujo (penyerang sayap) dan yang terbaru, penyerang muda AS Roma, Ezequiel Ponce, yang pernah menjadi wonderkid Football Manager.

Bersama dengan Ponce yang dipinjam dari Roma dan empat pemain yang direkrut secara gratis, total Bielsa sudah mendatangkan 12 pemain. Itu masih ditambah dengan enam nama pemain yang pulang dari masa peminjaman, dan salah satunya, mungkin saja bisa menjadi aktor kunci permainan Lille musim depan yakni Marvin Martin.

Martin, kini 29 tahun, adalah gelandang serang yang digadang-gadang akan meneruskan kebintangan Eden Hazard di Lille, sayang, sejauh ini ia gagal dan musim lalu ia dipinjamkan ke Dijon.

Kereta cepat Lille

Mungkin, belajar dari pengalaman saat ‘bensin’-nya habis di paruh kedua kompetisi, skuat Bielsa di Lille sementara ini berisi total 29 pemain, termasuk dengan enam pemain yang pulang dari peminjaman. Empat pemain muda yang direkrut dengan bebas transfer kemungkinan besar akan diletakkan di tim junior.

Di skuat saat ini, ada beberapa nama pemain kunci yang mungkin, akan diandalkan Bielsa musim depan. Di bawah mistar, nama kiper gaek dari Nigeria, Vincent Enyeama, tentu tak bisa ditepikan. Kiper yang terkenal handal di Football Manager 2007 ini akan sangat berguna bagi lini belakang Lille yang tak cukup punya figur papan atas, selain misalnya, bek kanan, Sebastien Corchia, yang sempat menjadi incaran beberapa klub Inggris.

Di lini tengah, besar kemungkinan Xeka akan menjadi figur kunci. Bersama dengan pemain senior, Rio Mavuba dan rekrutan baru dari Sao Pualo, Thiago Mendes, ketiganya akan bisa diharapkan bermain sama baiknya seperti trio Lemina, Imbula dan Alaixys Romao di Marseille dulu. Juga jangan lupakan nama Marvin Martin, karena ia bisa jadi menjadi kartu truf dari skema main Bielsa musim depan.

Lini serang Lille yang terasa sangat mengancam. Ada nama pemain muda berbakat dalam diri Araujo (dari Sao Paulo) dan Nicolas Pepe, yang didatangkan dari SCO Angers. Juga masih bercokol winger kidal, Eric Bautheac, yang punya sumbangsih bagus bila Bielsa ingin menyulapnya menjadi seperti Dimitri Payet di Marseille dahulu.

Pos penyerang tengah bisa bergantian diisi oleh Ponce, penyerang baru berusia 20 tahun, atau Ederzito, pahlawan Portugal di Piala Eropa 2016 lalu. Walau dipenuhi banyak nama pemain kelas dua Eropa, skuat Lille ini, bila Anda rajin menengok Ligue 1, punya kapabilitas yang cukup untuk mengejutkan sepak bola Negeri Anggur. Ingat, pemain boleh biasa saja, tapi di kursi panas, Lille punya Marcelo Bielsa, orang yang disebut Pep Guardiola sebagai ‘pelatih terbaik di dunia’.

Hati-hati saja, Lyon, Monaco dan PSG, bila lengah sedikit, kereta cepat Lille yang memakai Bielsa sebagai masinisnya bisa mengejutkan tim-tim mapan tersebut. Cerita sukses OGC Nice bersama Lucien Favre musim lalu bisa menjadi patokan. Di Ligue 1, segala kemungkinan bisa terjadi, selama otak yang menakhodai tim bisa terus menghasilkan magis tiap pekannya.

Let’s start the game, Bielsa!

Baca juga: Marcelo Bielsa: Antidot di Dunia (Sepak Bola) yang Semakin Gila

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis