Dunia Asia

Kontroversi Malaysia di Drawing Sepak Bola SEA Games 2017

Ajang SEA Games 2017 di Malaysia memang masih sebulan lagi. Tapi, di tengah persiapan timnas sepak bola U-22 dan para atlet di cabang lainnya, ternyata sudah ada kehebohan di cabang sepak bola. Ada apa ya kira-kira?

Ini gara-gara tuan rumah Malaysia mengubah mekanisme pengundian (drawing) yang menguntungkan mereka sebagai tuan rumah. Sebagai tuan rumah, Malaysia ingin sistem drawing tersebut memberi kebebasan memilih grup yang mereka kehendaki.

Reaksi negara-negara Asia Tenggara lainnya sudah pasti bisa ditebak: marah besar. Vietnam, Laos dan negara-negara tetangga lainnya melancarkan protes keras terkait sistem drawing ini karena jelas-jelas menguntungkan tuan rumah.

Organisasi sepak bola Asia Tenggara, AFF, juga ikut menyuarakan protes atas ”kesewenang-wenangan” Malaysia sebagai tuan rumah. Sabtu lalu (1/7), AFF bahkan sudah sepakat mengirimkan prosedur undian yang benar kepada panitia penyelenggara SEA Games Malaysia 2017 (Masoc).

AFF memang tidak berkaitan dengan SEA Games. Walau begitu, AFC adalah pihak yang menyetujui aturan SEA Games. Oleh karena itu, PSSI beserta anggota AFF lainnya ingin menyampaikan protes kepada AFC terkait sistem pengundian tersebut, demikian penuturan Plt Sekjen PSSI, Joko Driyono.

Tetapi, Malaysia akhirnya mengubah keputusannya. Sadar bahwa sistem pengundian yang diajukan akan menimbulkan protes luas, akhirnya Malaysia sepakat mengembalikan cara pengundian ke cara lama. Artinya, tidak ada hak istimewa bagi Malaysia sebagai tuan rumah.

Seperti yang dilansir sebelumnya, timnas U-22 Malaysia berada di grup A, sementara peraih emas SEA Games 2015, Thailand, berada di grup B. Nah, sembilan peserta lainnya termasuk Indonesia akan diundi. Grup A nantinya akan dihuni lima peserta sementara grup B berisi enam negara peserta.

Sistem pengundian ini bisa dikatakan paling adil dan sudah diterapkan saat SEA Games 2015 di Thailand, demikian penuturan Sekjen Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Hamidin Amin.

Pengundian cabang sepak bola sendiri baru akan dilangsungkan pada 8 Juli mendatang di Kuala Lumpur.

Terlalu banyak unsur subjektivitas

Pengamat olahraga nasional, Anton Sanjoyo, ikut mengomentari heboh-heboh pengundian yang menguntungkan tuan rumah ini. Kepada Football Tribe Indonesia, pria yang akrab disapa Bung Joy ini sempat mengatakan (sebelum keputusan pengundian diubah) bahwa protes peserta SEA Games terkait pengundian ini memang wajar.

“Tetapi misal sudah terjadi ya sudah lah. Hadapi saja siapapun lawannya. Tidak usah terlalu diributkan,”ujarnya.

Masalah pengundian memang sudah selesai dan kembali ke sistem lama. Namun, masalah dalam SEA Games sebenarnya lebih dari itu. Dalam hal ini, kerapkali tuan rumah sering mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan pihak mereka sendiri dan ini tidak hanya terjadi di cabang sepak bola.

“Kecenderungan negara tuan rumah melakukan kecurangan untuk cabang tak terukur memang terlihat. Karena kan ukurannya subjektivitas juri, seperti loncat indah, senam dan beberapa cabor lain,” tutur Bung Joy.

Dan hal ini terjadi di cabang non-sepak bola. Malaysia diberitakan mengubah aturan cabang taekwondo agar bisa memudahkan atlet andalannya meraih emas. Maklum saja, Malaysia sudah kering emas cabang olahraga ini sejak SEA Games tiga edisi terakhir. Aturannya adalah  negara peserta lain hanya bisa mengirim atletnya di 9 nomor dari 15 nomor yang dipertandingkan.

Sekalipun cabang ini membolehkan perubahan aturan, tetap saja terlihat unsur seenaknya saja, bukan?

“Cabang-cabang yang tidak terafiliasi dengan IOC lebih baik ditiadakan. Fokusnya ya ke 36 cabang itu saja. Kita lihat kan setiap tuan rumah ingin menang dengan memasukkan cabang lokal, yang mana itu kan tidak perlu. Buat apa memasukkan cabang lokal seperti kabaddi dan sebagainya,” ujar pengamat yang kerap muncul di televisi sebagai komentator sepak bola ini.

Jadi, akan seperti apa penyelenggaraan SEA Games 2017 nanti?

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)