Kolom

(Hampir) Semua Tim Butuh Gelandang, Kecuali Real Madrid

Salah satu komoditi panas di jendela transfer kali ini adalah gelandang. Tak sembarang gelandang, namun seseorang yang mampu mengontrol jalannya laga, menjadi metronom, sekaligus tulang punggung tim.

Hampir semua tim besar di Eropa sudah menyiapkan dana besar untuk memperkuat lini, yang konon, paling penting dalam sepak bola, yaitu lapangan tengah. Mulai dari klub pelabuhan di Manchester hingga Catalunya. Dari Bavaria hingga Semenanjung Italia, semua membutuhkan gelandang baru (dan berkualitas).

Bayern München baru saja meresmikan Corentin Tolisso dengan dana transfer hingga 41 juta euro. Kemampuan untuk menutup jalur umpan, lalu melakukan intersep, mengontrol bola, untuk  kemudian melepaskan umpan vertikal yang menjadi peluang bagi lini depan dalam satu gerakan adalah gambaran lengkapnya kemampuan Tolisso.

Baca juga: Corentin Tolisso: Pemimpin Masa Depan Bayern München?

Pergerakan tanpa bola Tolisso juga termasuk elite. Pembacaan situasi membuatnya bisa naik ke lapangan tengah atau masuk ke dalam kotak penalti di saat yang tepat. Kemampuan ini juga berguna untuk menciptakan ruang tembak atau menyediakan waktu lebih untuk melepaskan umpan terobosan.

Di samping kebisaannya bermain di beberapa posisi, sebagai gelandang bertahan, kemampuannya ini tentu sangat istimewa. Jika mau belajar dan berkembang lebih lanjut, Tolisso punya potensi untuk mendekati level Arturo Vidal.

Mengapa Bayern perlu mendatangkan Tolisso, sementara Renato Sanches, pemain muda yang memikat di Piala Eropa 2016 belum jua mendapatkan kepercayaan yang layak? Kontrol lini tengah adalah salah satu tujuannya. Renato tidak berada dalam performa terbaik dan kesulitan beradaptasi. Bayern membutuhkan garansi dari seorang gelandang untuk mengamankan lini tengah.

Bergeser ke Catalunya, Barcelona dan Paris Saint-Germain masih saling memantau dalam saga Marco Verratti. Mengapa Barcelona begitu berhasrat memboyong pemuda asli Italia tersebut? Kontrol, kembali menjadi jawabannya.

Ada gambaran sosok Andrea Pirlo dalam diri Verratti. Boleh dikata, bersama Thiago Alcantara, Verratti akan menjadi pemegang kontrol lini tengah terbaik dunia. Tidak banyak di dunia, seorang pemain yang mampu bertahan, mengontrol jalannya laga dengan umpan-umpan yang akurat dan jeli memanfaatkan dribel bola dan umpan untuk menembus lini lawan.

Baca juga: Marco Verratti: Pewaris Xavi Hernandez?

Barcelona sudah melakukan kesalahan besar dengan melepas Thiago ke Bayern dan Verratti yang akan dijadikan penebusannya. Ia masih muda, 24 tahun dan bisa menjadi penerus Andres Iniesta yang agung itu. Patokan 100 juta euro harus dipenuhi Barcelona jika memang begitu “ingin” mendapatkan Verratti.

Demi kelanggengan kontrol di lini tengah, Barcelona dipaksa “membobol bank” (lagi).

Paris sendiri sudah menyiapkan langkah antisipasi jika Verratti benar-benar tak mau lagi bermain untuk mereka. Fabinho dari AS Monaco menjadi alternatif yang disiapkan. Kedua pemain ini memang berbeda tipe. Fabinho lebih bertenaga, namun tetap dibekali kemampuan mengumpan yang juga bagus.

Gelandang berusia 23 tahun ini sangat jeli melakukan intersep, lalu melakukan penetrasi ke depan. Kesulitan bagi Paris adalah ketertarikan Manchester United kepada Fabinho.

Betul, klub di pelabuhan Manchester tersebut justru yang lebih berpeluang mendapatkan tanda tangan Fabinho. Pendekatan sudah dilakukan sejak dua bulan ke belakang. Dan Monaco sendiri, sebagai pemilik yang baik, tak menghalangi kepindahan sang pemain. Asal, banderol yang menyentuh nilai 50 juta euro berani ditebus.

Mengapa United membutuhkan Fabinho? Hanya Paul Pogba dan Ander Herrara, boleh dibilang, yang bisa diandalkan sebagai gelandang sentral. Marouane Fellaini tak bisa diberi tanggung jawab sedangkan Michael Carrick sudah memasuki masa-masa senja dalam kariernya. Wayne Rooney? Sudahlah.

Baca juga: Wayne Rooney yang Semakin Terlupakan

Oleh sebab itu, untuk memberi rasa aman kepada Pogba, sosok Fabinho dibutuhkan. Mengendalikan lini tengah akan menjadi salah satu pekerjaan rumah Jose Mourinho di Liga Champions musim depan.

Ada satu lagi klub pelabuhan di Inggris yang nampak malu-malu menyatakan minatnya kepada salah satu gelandang terbaik di Bundesliga musim lalu, Naby Keita.

Baca juga: Naby Keita sang Dinamo RB Leipzig

Liverpool, dan jika memang mereka benar-benar serius menyambut Liga Champions, akan sangat membutuhkan pengontrol lini tengah seperti Keita. Harganya akan sangat mahal, dan memang wajar, lantaran melihat kualitas yang ia hadirkan. Keita bukan hanya handal sebagai perebut bola. Gelandang asal Guinea tersebut punya visi bermain yang apik.

Keseimbangan antara kemampuan bertahan dan menyerang membuat RB Leipzig hanya mau melepas Keita di nilai 80 juta euro. Harga yang tinggi, namun kenyataan itulah yang harus dihadapi Liverpool apabila ingin lini tengah mereka aman. Situasi yang sama, yang juga dihadapi Barcelona dengan Verratti.

Dari kelima tim besar di Eropa tadi, Anda tahu, hanya Real Madrid yang tak membutuhkan suntikan gelandang sentral baru yang berkualitas.

Tim yang baru saja menjuarai Liga Champions berurutan tersebut sudah berinvestasi dalam diri Luka Modric dan Toni Kroos. Kedua pemain tersebut, ditambah Casemiro dan Isco, menghadirkan lini tengah yang tak juga tangguh, namun penuh kreativitas. Bisnis yang begitu baik dari Real Madrid, yang dahulu dilakukan Barcelona dalam wujud trio Sergio Busquets, Xavi Hernandez dan Iniesta.

Lini tengah yang solid pula, yang membantu Real Madrid bisa memaksimalkan ketajaman Cristiano Ronaldo di dalam kotak penalti. Sebuah gambaran paling jelas mengapa sosok gelandang akan menjadi komoditi paling panas di jendela transfer musim ini.

Situasi sudah berubah, tak lagi penyerang yang dibanderol denga harga tinggi. Kenyamanan bermain, garansi keamanan lini tengah, sekaligus menjadi sumur kreativitas merupakan paket lengkat dalam diri gelandang yang  tak mungkin dibanderol di bawah 40 juta euro.

Siapkan dompet kalian, tim besar Eropa.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen