Suara Pembaca

Persikabo Bogor dan Langkahnya Menuju Kebangkitan di Liga 2

Meski saat ini tidak berlaga di kasta tertinggi, kiprah Persikabo Bogor di kancah sepak bola Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata begitu saja. Namun, saat ini perjalanannya di Liga 2 justru terseok-seok.

Persikabo merupakan klub yang hampir selalu tampil menjadi unggulan dan mampu melaju jauh di kasta kedua. Dalam sejarahnya, prestasi Persikabo memang terbilang apik jika dibandingkan dengan klub-klub penghuni kasta kedua lainnya. Tercatat, Persikabo pernah dua kali tampil di kasta tertinggi yaitu pada musim 1997/1998 dan musim 2001.

Bahkan, pada tahun 2013 lalu, Persikabo juga tinggal selangkah lagi untuk mendapat tiket promosi ke Indonesia Super League (ISL). Sayang, perjalanan mereka harus terhenti oleh Pelita Bandung Raya di babak play-off.

Klub berjuluk Laskar Padjajaran itu juga pernah dihuni oleh pemain-pemain top pada masanya. Sebut saja Aldo Barreto, Pierre Njanka, serta Roger Batoum sebagai legiun asing. Sedangkan untuk nama-nama lokal, dua di antaranya ada nama beken semisal Budi Sudarsono dan Aliyudin.

Bicara soal Liga 2, hasil kurang memuaskan sudah mewarnai laga-laga yang dilakoni Persikabo sejak awal digulirkannya liga yang merupakan kasta kedua kompetisi sepak bola Indonesia saat ini. Jauh dari gambarannya sebagai tim unggulan, baru tiga poin yang mampu diraup lewat lima laga grup yang berakhir dengan empat kekalahan dan hanya satu kali menang. Koleksi poin itu kini membuat Persikabo untuk sementara terbenam di dasar klasemen Grup 2.

Belitan masalah memang mewarnai perjalanan Persikabo di Liga 2 yang menimbulkan adanya ketidakpuasan suporter terhadap manajemen klub. Ketidakpuasan itu bahkan tidak semata-mata soal hasil buruk di atas lapangan. Namun ada pula hal lain seperti protes terhadap skuat yang banyak dipenuhi pemain asal Malang. Keberadaan para pemain tersebut dianggap menggusur talenta-talenta lokal asli Kota Hujan.

Sosok yang menjadi sasaran utama kemarahan suporter adalah sang manajer klub, Patrick Theo Tarigan. Para suporter setia Persikabo menilai Patrick yang baru hitungan bulan menduduki jabatannya dianggap tidak berkompeten dalam mengelola klub. Maka dari itu tidak perlu heran apabila spanduk bernada protes terhadap Patrick terpampang di atas tribun Stadion Pakansari saat laga berlangsung. Tidak ketinggalan, tagar #PatrickOut juga ramai didengungkan di media sosial.

Kemarahan suporter terhadapan Patrick dan jajaran manajemen klub mencapai puncaknya usai Persikabo dikalahkan Persikad Depok 1-2 di kandang sendiri pada Minggu (21/5/2017). Dalam laga bertajuk Derby Ciliwung tersebut, Persikabo takluk di hadapan klub tetangganya itu lewat dua gol Nanang Asripin dan Akbar Eka Putra. Sementara gol semata wayang Persikabo dicetak oleh Ajuar Usman.

Di laga itu sebenarnya Persikabo sempat memiliki peluang emas untuk bisa mencuri poin melalui hadiah penalti yang didapat pada babak kedua. Sayang, I Putu Pager Wirajaya yang mengawal gawang Persikad mampu tampil cemerlang dengan menepis bola hasil eksekusi penalti sehingga tambahan gol pun urung didapat dan kekalahan tidak bisa dihindari.

Saat itu, beberapa suporter yang sudah penuh emosi melakukan aksi nekat dengan turun dari tribun setelah laga usai untuk menghampiri Patrick yang sedang berada di pinggir lapangan. Tanpa basa-basi, para suporter tersebut kemudian langsung melayangkan pemukulan terhadap sang manajer.

Suporter yang terlibat aksi pemukukan tersebut lalu diamankan oleh polisi. Runyamnya lagi, kericuhan justru berlanjut hingga di luar stadion. Kericuhan yang berlanjut bahkan sampai membuat pintu VVIP stadion yang terbuat dari kaca hancur berkeping-keping. Setelah didahului oleh beberapa tembakan gas air mata, barulah suporter dapat dibubarkan.

Berbenah di jeda bulan Ramadan

Serangkaian hasil buruk yang didapat akhirnya membuat sang pelatih, Rudi Hariantoko, menanggalkan jabatannya. Rudi tidak sendiri. Asistennya, Aliyudin, juga turut meninggalkan klub. Pihak klub langsung bergerak saat kompetisi memasuki jeda bulan Ramadan. Pelatih baru ditunjuk untuk menggantikan Rudi menakhodai Persikabo di laga tersisa.

Sosok pelatih baru tersebut adalah Raja Isa. Bersama jajaran manajemen, Raja langsung berdiskusi mengenai kondisi terkini klub serta mencari tahu apa yang perlu diperbaiki sebagai bagian dari pembenahan. Seperti diwartakan Bola.com, ia meminta agar diadakan perbaikan fasilitas di mes pemain yang menjadi tempat tinggal serta tambahan hadiah bonus bagi para pemain bila meraih kemenangan.

Selain fasilitas, Raja menyarankan agar markas klub yang tadinya berada di Stadion Pakansari dapat dikembalikan ke Stadion Mini Cibinong. Alasannya, stadion akan terlihat lebih padat oleh suporter dan perekonomian lokal dapat berputar lebih cepat.

Stadion Pakansari yang berkapasitas 30 ribu penonton memang terlihat sangat lengang setiap Persikabo berlaga. Massa dari tiga kelompok suporter Persikabo yakni Kabomania, Ultras Persikabo Curva Sud dan Rain City Partisan hanya mengisi tidak sampai sepertiga kapasitas stadion.

Raja Isa sendiri bukanlah nama baru di sepak bola tanah air. Pria berkewarganegaraan Malaysia itu telah memulai sepak terjangnya di Indonesia dengan menjadi anggota staf kepelatihan Persipura Jayapura pada tahun 2007. Di tahun yang sama, ia dipromosikan sebagai pelatih kepala dan berhasil membawa Persipura lolos ke final Copa Indonesia meski akhirnya harus kalah lewat adu penalti dari Sriwijaya FC.

Tidak lama-lama melatih Persipura, pada tahun 2008 ia hijrah dari Papua untuk menukangi PSM Makassar. Masa kepelatihannya di PSM juga tidak berlangsung lama karena pada tahun 2009, pelatih kelahiran Ampang, Selangor, itu kembali ke Papua dengan bergabung ke Persiram Raja Ampat.

Bersama Persiram serta dua klub tempat persinggahannya selanjutnya, PSMS Medan dan Persijap Jepara, ia menjalani masa kepelatihan yang lagi-lagi hanya berjalan singkat. Setelah sempat kembali ke negara asalnya pada tahun 2015 untuk melatih UiTM FC, Raja meneruskan kiprahnya di Indonesia bersama Persekam Metro FC pada bulan Februari 2017 ini.

Raja dinilai sebagai sosok yang tepat untuk menukangi Persikabo karena kemampuan yang dimilikinya untuk menangani tim yang sedang terpuruk. Cara menangani tim yang terpuruk bahkan juga menjadi tema karya tulisnya yang dibuat sebagai bagian dari kursus kepelatihan AFC Pro yang sedang diambilnya di Vietnam.

Persikabo kini menjadi salah satu tim yang kelanjutan sepak terjangnya di Liga 2 paling menarik untuk disimak. Dengan pembenahan yang ada, terutama ditunjuknya Raja Isa sebagai nakhoda baru, mampukah mereka bangkit dan kembali menunjukkan kualitasnya sebagai tim unggulan seperti di musim-musim sebelumnya?

Author: Aulli Reza Atmam
Penulis merupakan seorang pekerja media, tinggal di Depok