Eropa Prancis

Montpellier 2011/2012: Kemenangan Terakhir Sepak Bola Tradisional Prancis

Dalam beberapa tahun terakhir, Ligue 1 banyak dihiasi dengan narasi kedigdayaan Paris Saint-Germain dan kekuatan finansialnya. Musim ini tak jauh beda, AS Monaco yang juga sempat jadi tim tajir, sukses menghentikan hegemoni Les Parisiens selama empat edisi terakhir. L’hexagoal atau sebutan untuk trofi Ligue 1, kini mulai akrab dengan si kaya.

Baik PSG maupun Monaco bangkit berkat suntikan dana dari investor asing. Gelontoran dana membuat kedua tim jadi kekuatan menakutkan baik di Prancis maupun Eropa. Fenomena sepak bola modern yang serba instan merajalela, meninggalkan beberapa tim tradisional yang sulit untuk bersaing jangankan jadi juara, ke papan atas pun sulit.

Sebelum jadi salah satu kompetisi yang membosankan, Ligue 1 pernah dikejutkan lewat gelar juara yang direngkuh Montpellier HSC atau kemenangan terakhir sepak bola trandisional di Prancis, musim 2011/2012. Meski tak diisi tim dengan materi pemain wah layaknya PSG yang baru saja diakuisisi Oryx Qatar Sports Investments, La Paillade keluar sebagai yang terbaik.

Baru dua musim kembali ke Ligue 1, Montpellier terbilang tak disiapkan untuk jadi tim juara. Pada bursa transfer awal musim saja, tim asuhan Rene Girard hanya mengeluarkan uang 1,7 juta paun guna mendatangkan Hendri Bedimo dari Lens, serta dua pemain yang didapat secara gratis, Jonathan Tinhan dan Hilton.

Montpellier memulai musim dengan apik lewat tiga kemenangan beruntun. Namun pencetak dua gol, Younes Belhanda, harus dikartu merah saat La Paillade takluk di kandang Olympique Lyon. Sebulan berselang, kekalahan telak didapat dari PSG. Lewat semangat juang tinggi, Montpellier mampu bangkit.

Mereka sukses revans atas Lyon pada laga di Stade de la Mosson lewat gol semata wayang Olivier Giroud. Pemain yang didatangkan dari Tours semusim sebelumnya dengan biaya transfer 1,7 juta paun itu akhirnya jadi kunci kejayaan Montpellier, lewat gelar top skor Ligue 1 berkat 21 gol, bersama dengan bomber PSG, Nene.

Pada etape terakhir perburuan gelar juara dengan Les Parisiens, Montpellier menunjukkan kapasitasnya lewat tiga kemenangan berturut-turut, salah satunya atas juara bertahan, Lille. Pertandingan terakhir di kandang AJ Auxerre, 21 Mei 2012, Montpellier sempat tertinggal lewat gol cepat Olivier Kapo.

Seakan sudah jadi takdirnya sebagai juara, dua lesakkan John Utaka memastikan titel liga pertama untuk klub dari bagian selatan Prancis itu. Montpellier dengan gagah berhasil mengangkangi PSG, yang sejak awal musim sudah difavoritkan juara mengingat dana nyaris 100 juta paun yang digelontorkan untuk membeli pemain.

Lewat ketangguhan Geoffrey Jourden di bawah mistar, kuartet Gary Bocaly, Hilton, Mapou Yanga-Mbiwa, dan Bedimo di lini belakang, kekokohan Benjamin Stambouli dan Jamel Saihi sebagai duet gelandang bertahan, kreativitas Belhanda sebagai playmaker, kecepatan John Utaka dan Remy Cabella di masing-masing sayap, dan ketajaman Giroud, Montpellier secara tak terduga jadi tim terbaik di Ligue 1 2011/2012.

Usai memastikan gelar juara Ligue 1, pelatih Montpellier, Rene Girard, sempat melontarkan pernyataan fenomenal. “Saya pikir kemenangan ini jadi pelajaran penting untuk sepak bola Prancis. Ini menunjukkan bahwa tak ada yang tidak bisa dikalahkan dan uang bukanlah segalanya. Kami adalah klub dan juga keluarga, yang memberikan para pemain muda kesempatan,” urai Girard.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)