Suara Pembaca

Jean Michael Seri, Xavi Baru Dari Tanah Riviera

Ligue 1 musim 2016/2017 penuh dengan kejutan. Selain AS Monaco yang secara mengejutkan mematahkan dominasi Paris Saint Germain yang berkuasa selama empat musim terakhir, kompetisi strata tertinggi Prancis ini masih menyimpan satu cerita menarik lain. Cerita tersebut adalah tentang OGC Nice yang berhasil menduduki posisi ketiga klasemen liga dan berhak lolos babak kualifikasi Liga Champions musim 2017/2018, bahkan berhasil menyingkirkan beberapa klub-klub besar seperti Olympique Lyon, Marseille, dan Lille. Mario Balotelli boleh saja menjadi aktor utama dalam pencapaian klub asal kota Nice tersebut, namun ada satu pemain lainnya yang menjadi kunci performa Nice musim ini. Dia adalah Jean Michael Seri.

Xavi Hernandez baru dan Xavi Hernandez dari Afrika. Itu adalah beberapa julukan yang diberikan oleh media-media olah raga kepada pemain asal Pantai Gading ini. Mengingat kemampuan Seri dalam melepas umpan, menciptakan peluang, maupun dalam mengontrol permainan membuat publik teringat akan gaya permainan sang legenda asal Spanyol tersebut. Bukan kebetulan pula jika Seri pun mengidolai Xavi.

Statistik di Ligue 1 musim ini seolah memberi Seri garansi. Dirinya tercatat sebagai pencetak asis terbanyak kedua dengan jumlah sembilan asis, hanya terpaut satu di bawah Thomas Lemar (AS Monaco) dengan 10 asis. Bahkan dari 34 penampilannya di liga, Seri berhasil mencatatkan 2449 umpan dengan akurasi 90% dan mencetak tujuh gol. Meski demikian, salah satu faktor yang harus diperbaiki Seri adalah akurasi tekel. Pemain berusia 25 tahun tersebut hanya mencatatkan 22 tekel sukses dari 86 tekel (persentase kesuksesan 26%). Tentu Seri harus memperbaiki aspek tersebut.

TIdak mengherankan jika catatan-catatan statistik mentereng tersebut membuat sejumlah klub raksasa Eropa berminat untuk merekrut sang pemain. Sebut saja AS Roma, Paris Saint Germain, Barcelona, bahkan dua klub asal London utara, Arsenal dan Tottenham Hotspur, berebut untuk mendapatkan tanda tangan pemain bertinggi 168 cm ini. Padahal di klub sebelumnya, FC Porto, Seri adalah bagian dari tim cadangan yang bahkan belum pernah tampil di tim utama, hingga akhirnya ia  pindah ke Pacos de Ferreira. Di klub divisi pertama Liga Portugal tersebut, Seri berhasil membuktikan kapasitasnya dan menjadi pemain terbaik musim 2014/2015, sebelum memutuskan untuk melanjutkan petualangannya di OGC Nice.

Dengan performa yang ditorehkan Seri pada musim 2016/2017, membuatnya menjadi buah bibir di Ligue 1. Seri pun sukses menyaingi gelandang-gelandang ternama seperti Marco Verratti maupun Corentin Tolisso (yang pindah ke Bayern Muenchen). Jalan masih panjang bagi sang pemain untuk membuktikan kapasitas dan kualitasnya, namun dengan potensi dan karakter yang dimilikinya, bukan tidak mungkin pemain terbaik asal Afrika di Ligue 1 musim ini akan menjadi pemain besar seperti Xavi.

Author: Alessandro Pradipta
Seorang mahasiswa desainer grafis di salah satu kampus swasta di Yogyakarta dan menggemari sepakbola, yang terus mencoba untuk menciptakan karya yang baik. Bisa dihubungi melalui twitter di: @pradipta_ale dan Instagram untuk melihat karya: pradiptale.