Nasional Bola

Selamat Ulang Tahun, Persebaya!

Periode awal 2010-an bisa jadi salah satu masa paling berat dan sulit bagi pendukung fanatik Persebaya Surabaya, Bonek. Segala macam keanehan dan kekisruhan yang membelit sepak bola nasional, khususnya di tubuh federasi sepak bola Indonesia (PSSI) pimpinan La Nyalla Mattaliti, ikut menyeret nama klub kebanggaan mereka ke lubang masalah.

Salah satu dampak dari polemik tersebut adalah lahirnya sanksi PSSI yang melarang Persebaya di bawah bendera PT. Persebaya Indonesia berkiprah di dunia sepak bola nasional. Ada sejumlah alasan yang dikemukakan pengurus PSSI perihal sanksi tersebut, namun terkesan tak masuk akal dan penuh rekayasa.

Hukuman ganjil tersebut pada akhirnya membuat denyut sepak bola di kota Surabaya mati suri. Tapi ajaibnya, dalam rentang waktu yang lumayan singkat pula, PSSI berusaha “menghidupkan” situasi kelam itu dengan menciptakan sekaligus mengakui keberadaan klub di bawah manajemen PT. Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) yang juga diberi nama Persebaya serta berlaga di Divisi Utama.

Hadirnya Persebaya ‘kloning’ ini juga turut memecah Bonek menjadi dua sekte, yakni kubu yang tetap mendukung Persebaya kepunyaan PT. Persebaya Indonesia dan kelompok yang “membelot” ke Persebaya milik PT. Mitra Muda Inti Berlian.

Sial bagi Persebaya tandingan, minimnya dukungan Bonek seolah membuka kedok mereka sendiri. Laga-laga yang dijalani tim yang bermarkas di Jemursari tersebut begitu sepi penonton walau tampil di kompetisi resmi, mulai dari Divisi Utama sampai Liga Super Indonesia. Sebaliknya, ketika Persebaya asal Karanggayam bertanding, meski cuma bertajuk pertandingan uji coba, dukungan dari Bonek tetap mengalir deras.

Sungguh, itu adalah  masa-masa yang tidak mudah untuk dilalui. Ketika para pendukung kesebelasan lain seperti Bobotoh (Persib Bandung), LA Mania (Persela Lamongan) atau Persipuramania (Persipura Jayapura) tetap bisa mendukung tim kesayangan mereka (yang asli tentunya) dengan nyaman, maka tidak dengan Bonek.

Keadaan jadi semakin rumit lantaran dua pentolan yang duduk di manajemen klub yaitu Cholid Ghoromah dan Saleh Ismail Mukadar pun tampak santai-santai saja menyikapi segala permasalahan yang terjadi.

Bonek yang berang lantas kerap melakukan aksi protes besar-besaran dengan turun ke jalan. Entah melakukan demo kepada manajemen Persebaya di bawah kendali Cholid-Saleh maupun PSSI yang bertindak amat tidak adil. Mereka konsisten melakukannya selama bertahun-tahun, tanpa lelah. Harapan mereka sederhana, hak-hak Persebaya yang direnggut PSSI era La Nyalla, dikembalikan.

Bobroknya era kepengurusan La Nyalla juga yang menyebabkan induk organisasi sepak bola dunia (FIFA) menghukum PSSI meski ada bumbu intervensi pemerintah yang terlalu besar di dalamnya. Ya, sebelum disanksi FIFA, pemerintah Indonesia melalui Menteri Pemuda dan Olahraga memang telah lebih dulu menghukum PSSI.

Walau hukuman itu membuat kompetisi sepak bola nasional mati, setidaknya rezim penuh kekacauan di bawah komando La Nyalla bisa disudahi. Peliknya kondisi saat itu juga yang kemudian membuat PSSI berupaya melakukan pembenahan, salah satunya tentu saja lewat Kongres Luar Biasa guna mencari pemimpin baru. Momen itu pula yang lantas dimanfaatkan Bonek untuk menyampaikan aspirasi mereka supaya hak-hak tim Bajul Ijo dikembalikan sebagaimana mestinya.

Dan hal tersebut menemui hasil setelah Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI yang baru. Persebaya diizinkan kembali mentas di percaturan sepak bola nasional, tepatnya di kompetisi Liga 2 per musim kompetisi 2017.

Walau terbilang sebagai klub yang sarat sejarah, namun durasi vakum yang lama membuat Persebaya tak ubahnya seekor anak buaya yang baru menetas begitu sanksi PSSI itu dicabut. Ada banyak yang hal yang mesti mereka pelajari dan persiapkan guna berkompetisi. Jangankan susunan manajemen, kerangka tim saja mereka tak punya pada saat itu.

Beruntung, kabar gembira direguk oleh Bonek usai salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia, Grup Jawa Pos, masuk ke dalam manajemen guna mengelola tim. Lewat anak usahanya, PT. Jawa Pos Sportainment (JPS), grup media yang didirikan oleh Dahlan Iskan tersebut mengakuisisi 70 persen saham Persebaya dari PT. Persebaya Indonesia. Chief Executive Officer (CEO) Grup Jawa Pos, Azrul Ananda, didapuk sebagai presiden anyar klub.

Masuknya PT. Jawa Pos Sportainment membuat Persebaya kembali menggeliat. Beberapa kasus yang mereka warisi dari PT. Persebaya Indonesia, semisal tunggakan gaji pemain dan ofisial selama beberapa tahun segera dibereskan. Tak lama berselang, kerangka tim dibentuk dengan melakukan sejumlah seleksi. Manajemen baru benar-benar menunjukkan profesionalitasnya dengan tak membuang-buang waktu guna mempersiapkan semuanya.

Setelah sekian lama, Bonek kembali menyaksikan dengan mata kepala sendiri tim Persebaya yang utuh. Perlahan, asa yang lama terpendam pun menggelegak. Meski begitu, bangkitnya Bajul Ijo tak serta merta lepas dari masalah. Hal ini wajar karena setiap kali roda kehidupan berputar, selalu ada tantangan yang menanti untuk ditaklukkan.

Kasus-kasus seperti permasalahan distribusi tiket pertandingan Liga 2, penjualan merchandise resmi, tindakan tak terpuji Iwan Setiawan hingga foto maskot Persebaya, Jojo dan Zoro, bersama seorang suporter kesebelasan rival jadi beberapa duri yang menusuk.

Baca juga: Memimpikan Kedamaian antara Malang dan Surabaya

Namun menyikapi semua hal tersebut secara berlebihan tentu bukan solusi. Sebaliknya, manajemen dan Bonek mesti bersinergi, melangkah bergandengan tangan demi Persebaya. Karena itulah satu-satunya senjata yang dapat membuat klub ini menjadi lebih baik.

Manajemen sebagai pengelola dan pengambil kebijakan mesti paham keinginan Bonek yang ingin tim kesayangannya jadi tangguh dan berdaya saing tinggi. Tak sampai di situ, harapan Bonek untuk mendapat akses yang mudah dalam segala urusan terkait klub pujaan juga wajib diakomodir.

Di sisi lain, Bonek juga harus sadar bahwa mengurus klub sepak bola di Indonesia tidaklah mudah dan murah. Ada harga untuk itu. Sedari awal, manajemen sudah menyebut jika mereka bercita-cita menjadikan Persebaya sebagai klub yang mandiri dan sustainable. Maka ikut berpartisipasi, misalnya dengan membeli tiket pertandingan, merupakan sebuah keharusan.

Baca juga: Surat untuk Bonek

Hari ini (18/6), Persebaya tengah merayakan hari jadinya yang ke-90. Usia yang sangat senior untuk ukuran klub sepak bola di tanah air. Kemajuan klub ini, baik sekarang maupun di masa mendatang bakal ditentukan oleh kolaborasi apik manajemen dan Bonek. Maka dari itu, bersinergilah secara positif. Tak boleh ada yang menyebut diri sebagai pahlawan karena kita mencintai entitas yang sama yakni Persebaya.

Lagipula, tak ada yang lebih besar daripada klub itu sendiri, bukan?

Selamat ulang tahun, Persebaya. Teruslah berjuang!

#SalamSatuNyali

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi )
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional