Kolom

Waktunya Bersimpuh di Hadapan Marco Storari

Waktu yang dinantikan suporter Internazionale Milano dan Juventus akhirnya tiba juga. Gianluigi “Gigio” Donnarumma dipastikan tidak akan perpanjang kontrak dan ia akan berstatus bebas transfer per 30 Juni 2018. Setelah menggebrak mercato Italia kala memboyong empat pemain dengan total nilai belanja hampir 100 juta euro, AC Milan langsung terancam kehilangan salah satu pangeran yang mereka idam-idamkan akan mengakhiri karier di Milan.

Memang, Gigio, sang bocah 18 tahun itu, belum pasti akan pergi. Kalau mengacu pada aturan transfer, beberapa tim elite Eropa yang ingin merekrutnya secara gratis musim depan, baru bisa melakukan negoisasi gaji dan kontrak per Januari 2018. Praktis, masih ada waktu enam sampai tujuh bulan bagi kiper raksasa setinggi 196 sentimeter itu untuk berubah pikiran dan memperpanjang kontraknya. Tapi, itu butuh keajaiban, mengingat ia memiliki agen bernama Mino Raiola.

Beberapa penggemar Milan langsung bereaksi. Saga kontrak Donnarumma memang salah satu yang terpanas di bursa transfer musim ini. Selain Alexis Sanchez, yang kontraknya juga akan habis per Juni 2018, Donnarumma kerapkali dikaitkan dengan banyak tim besar di Eropa. Bila Alexis kabarnya diincar Manchester City, Chelsea hingga Bayern München, kiper jebolan akademi Milan ini sudah sejak lama diidam-idamkan untuk menjadi suksesor Gianluigi Buffon di Juventus. Selain itu, tim kaya seperti Real Madrid, Paris Saint-Germain hingga Manchester United tak luput ikut memantau.

Setelah dipastikan tak memperpanjang kontrak, setidaknya untuk saat ini, pertanyaan mengemuka. Siapa kiper utama AC Milan musim depan?

Seperti saya tulis di awal artikel, polemik di kontrak Donnarumma seakan mencoreng geliat transfer Rossoneri yang sudah sangat bagus awal musim ini. Bayangkan, bursa transfer belum resmi dibuka saja, Milan sudah merampungkan transfer empat pemain dengan kualitas yang semuanya baik. Bila lini belakang sudah mendapat suntikan lewat kedatangan Mateo Musacchio dan Ricardo Rodriguez, lini tengah semakin kuat dengan hadirnya Franck Kessie serta lini serang yang makin mengilap dengan Andre Silva, kehadiran Gigio Donnarumma sudah dibayangkan para Milanisti akan melengkapi skuat terbaik AC Milan musim depan.

Setelah ini, besar kemungkinan Milan akan mencoba menjual kiper belianya di bursa transfer musim ini. Selain itu, sebagai kompensasi atas kegagalan perpanjangan kontraknya, ada kemungkinan sang pemain akan diturunkan lagi ke tim Primavera, mengingat ia masih berusia 18 tahun. Lalu, siapa yang akan mengawal gawang Milan?

Sebagai gambaran, Milan sudah menggelontorkan hampir 100 juta euro untuk empat pemain. Saat ini pun, mereka masih mendekati duo Andrea, Conti dan Belotti. Sekalipun bisa menjual Donnarumma dengan nominal, katakanlah, sekitar 50-70 juta euro, Milan masih cukup kesulitan untuk menganggarkan biaya guna membeli kiper baru, dengan catatan, mereka sukses menggaet Conti dan Belotti.

Dan disinilah, waktu yang tepat bagi Vincenzo Montella untuk menengok ke bangku cadangan. Di sana, di bangku yang sunyi dan jauh dari hiruk-pikuk lapangan hijau serta kilatan lampu kamera wartawan itu, ada satu sosok kiper setengah dewa yang berdiam diri di hangatnya bangku cadangan. Reputasinya, walau tak lebih baik dari Buffon, juga cukup melegenda di Italia. Dia adalah Marco Storari.

Memang, sebagian besar Milanisti menginginkan Alessandro Plizzari untuk naik pangkat dari tim akademi dan menghuni pos gawang utama. Tapi, Anda yakin? Plizzari, memang kiper muda berbakat. Namun, ia tak punya bakat secemerlang Donnarumma. Ia juga hanya menjadi kiper kedua di skuat Italia U-20 yang berlaga di Piala Dunia U-20 yang baru saja selesai pekan lalu. Dan walau romansa karier Donnarumma begitu membekas di benak Milanisti, rasa-rasanya menurunkan bocah 17 tahun di bawah mistar Rossoneri musim depan tidak akan dilakukan Montella.

Sekali lagi, inilah saat bagi Storari untuk mengeluarkan kemampuannya sebagai manusia setengah dewa. Bagi saya, kiper-kiper yang menjadi pelapis nama-nama besar di skuat inti, adalah orang-orang dengan jiwa paling suci dan paling murni, kalau disebut gila terasa cukup kasar bagi mereka. Ketika Januari 2017 lalu Storari direkrut Milan dengan kontrak selama enam bulan, tak ada yang peduli, karena ada nama Donnarumma di sana. Tapi setelah semua kekacauan ini, inilah waktunya bagi Storari.

Ia punya gelar Scudetto lebih banyak dari Francesco Totti, mengingat ia menghabiskan lima tahun kariernya sebagai deputi Buffon di Juventus, di masa Nyonya Tua begitu merajai Serie A, bahkan hingga saat ini. Reputasinya sebagai deputi kiper utama, saya rasa, hanya bisa ditandingi oleh Tom Starke dan Rami Shaaban. Nama pertama adalah kiper pelapis Manuel Neuer, sedangkan nama kedua adalah eks kiper cadangan paling legendaris Arsenal.

Storari adalah solusi praktis. Usianya memang 40 tahun, lalu kenapa? Buffon pun tahun depan akan berusia 40 dan ia masih menghuni pos inti. Mengikat Storari selama satu tahun ke depan adalah solusi logis, mengingat ia tak akan meminta gaji tinggi dan Milan tidak mungkin belanja kiper baru lagi, bila kondisi transfer yang saya jelaskan di beberapa paragraf sebelumnya terjadi.

Ia pernah menjadi kiper inti di Messina, ketika rival abadi Reggina ini mengarungi kerasnya Serie A. Storari juga yang melapis absennya Buffon ketika sang kiper karismatik cedera seusai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Sebelum direkrut Milan per Januari lalu, ia adalah nama utama di bawah mistar Cagliari, yang membantu tim tersebut promosi ke Serie A.

Nama Storari mungkin tak populer saat ini. Milan juga masih bisa menebus Joe Hart dari Manchester City serta memberinya pos kiper inti. Tapi, Montella dan para Milanisti perlu menengok sebentar neraca keuangan dan struktur gaji klub mereka, menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan sembari mengucap “bismillahhirrahmannirrahim” ketika melihat Marco Storari mengawal gawang AC Milan musim depan.

Isidorus Rio Turangga – Editor Football Tribe Indonesia