Eropa Inggris

Gonjang-ganjing Kepemilikan Southampton

Southampton adalah salah satu tim yang mencuri perhatian sejak kembali promosi ke Liga Primer Inggris pada 2012 lalu. Tim ini dihuni skuat belia dengan permainan atraktif. Southampton juga sering menjadi ‘pembunuh’ bagi tim-tim raksasa.

Selama kiprahnya sejak promosi, Southampton mencuatkan nama-nama pemain seperti Rickie Lambert, Adam Lallana, Morgan Schneiderlin, Nathaniel Clyne, atau Luke Shaw. Meski nama-nama tersebut diambil satu per satu oleh tim yang lebih kaya, The Saints masih menyimpan segudang nama-nama beken musim ini.

Sebut saja gelandang berusia 22 tahun, James-Ward Prowse, atau bek tengah Virgil van Dijk yang lumayan diminati banyak klub di bursa transfer kali ini. Pencapaian mereka musim ini pun lumayan. Klub yang dilatih Claude Puel ini menduduki peringkat 8 dan menjadi runner-up Piala Liga.

Meski Southampton pernah berkecimpung di Liga Primer Inggris sebelum kembali promosi, mereka pernah berada di fase menyedihkan dan terjerembap dalam krisis finansial.

Peristiwa suram ini terjadi belum terlalu lama. Baru delapan tahun yang lalu tim ini dilanda kesulitan karena keuangan yang berantakan. Southampton, yang di musim itu terdegradasi ke League One, harus dihukum pengurangan sepuluh poin di musim selanjutnya (2009/2010). Hal yang sangat tragis karena baru enam tahun sebelumnya mereka menjadi runner-up Piala FA.

Berjalan tertatih-tatih, Southampton bahkan sampai tak menggaji para karyawan dan stafnya. Upaya sempat dilakukan oleh sang legenda, Matt Le Tissier, dengan konsorsium bernama Pinnacle Group. Pinjaman uang yang ia sodorkan digunakan untuk menggaji para karyawan yang belum dibayar.

Pinnacle Group akhirnya mengurungkan niat mereka untuk mengakuisisi klub. Datanglah sang penyelamat: Markus Liebherr. Sebagai pengusaha keturunan keluarga borju di Eropa, hanya butuh waktu dua jam bagi Liebherr untuk kemudian jatuh cinta dengan klub yang bermarkas di St. Mary Stadium ini.

Lantas sesuatunya berjalan bak dongeng. Hanya butuh waktu dua musim, Southampton akhirnya berhasil melakukan promosi beruntun, dari Championship di 2011/2012, hingga ke Liga Primer di 2012/2013. Dari kesuksesan ini, yang menyedihkan adalah sosok penyelamat itu telah berpulang di tahun 2010.

Pria keturunan Jerman ini mewarisi Southampton ke putrinya, Katharina Liebherr. Tujuh tahun sejak kematian ayahnya, Katharina merasa perlu mencari investor lain, menyerahkan saham mayoritas kepada calon pembeli.

Gonjang-ganjing ini telah terjadi sejak Januari lalu. Disinyalir, pihak terkuat yang akan membeli 80 persen saham mayoritas adalah Landing Holdings. Perusahaan tersebut bergerak di sektor konstruksi dan investasi, yang dimiliki oleh Gao Jisheng. 80 persen saham yang hendak dilepas ditaksir berada di harga 200 juta paun.

Dikutip dari Telegraph (26/1), Katharina meyakinkan suporter bahwa penjualan ini tidak akan membuat klub limbung. Ia merasa perlu mencari suntikan dana segar karena Liga Primer Inggris semakin kompetitif. Dalam sebuah surat terbuka, ia menulis:

“Harap dimengerti bahwa saya hanya akan berkata sedikit mengenai hal ini tetapi saya bisa meyakinkan Anda bahwa setiap langkah yang kami ambil merupakan  kepentingan utama bagi klub.

“Liga Primer semakin kompetitif, kami tetap perlu melangkah ke depan dan menyimak pasar baru demi pertumbuhan di sektor komersial, inovasi serta untuk membagikan perjalanan kita ini.”

Para investor dari Cina memang belum begitu meyakinkan di sepak bola Inggris. Ada dua klub yang ambruk begitu kepemilikan jatuh ke tangan mereka, yakni Birmingham City dan Aston Villa. Dua klub lain yang dimiliki orang Cina, West Bromwich Albion dan Wolverhampton Wanderers juga tak memperlihatkan kinerja meyakinkan.

Katharina mungkin merasa perlu membuat surat pernyataan agar pendukung Southampton tidak terlalu khawatir. Katharina sendiri nantinya masih akan memegang sisa saham klub sebesar 20 persen.

Dalam perkembangannya, terdapat berita kurang mengenakkan yang menimpa Katharina. Ia dikaitkan dengan kasus penipuan pajak yang sedang diinvestigasi oleh pemerintah Jerman. Kasus ini juga pernah menimpa orang kuat Bayern München, Uli Höness, yang bahkan sampai membuatnya mendekam di penjara.

Dengan kasus yang menderanya ini, besar kemungkinan proses pembelian saham mayoritas akan terjdi lebih cepat. Katharina akan membutuhkan banyak uang jka terbukti bersalah dan diharuskan membayar denda. Kedua pihak, Katharina dan Jisheng, telah mengajukan rencana ke pihak Liga Primer.

Meski begitu, Jisheng tak bisa serta-merta mendapatkan keinginan, karena Liga Primer mengenal sistem fit and proper test bagi calon investor klub. Hal ini dilakukan untuk mencegah investor abal-abal sebagaimana yang terjadi di Blackburn Rovers atau Birmingham City.

Wajar jika pendukung Southampton sedikit khawatir. Jisheng memiliki reputasi yang kurang meyakinkan sebagai pengusaha. Namanya pernah mendapat beberapa tuduhan hukum seperti yang dilaporkan media-media Cina.

Performa Southampton sendiri sejak Katharina menjabat cukup baik, entah di aspek finansial maupun permainan di atas lapangan. Berkali-kali skuatnya dipreteli klub lain, juga posisi pelatih yang senantiasa berpindah tangan, Soton masih mulus menjadi klub papan tengah yang senang mempromosikan anak-anak muda dari tim akademinya.

Yang jadi persoalan memang apakah sosok investor baru ini bisa melanjutkan tongkat estafet dari keluarga Liebherr. Karena dengan 20 persen saham sisa, Katharina bisa dipastikan hanya memiliki sedikit suara di keputusan-keputusan yang diambil klub.

Semoga peristiwa tahun 2009 tidak terulang bagi klub yang menyenangkan ini!

Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com