Kolom

Kontrak Baru Massimiliano Allegri dan Fase Penting Juventus

Segera setelah tumbang di laga final Liga Champions 2016/2017, Juventus memperpanjang kontrak Massimiliano Allegri hingga 2020. Sebuah langkah krusial menjelang fase penting bagi Si Nyonya Tua.

Setelah membubuhkan tanda tangan di atas kontrak baru, Allegri mengungkapkan kebahagiaannya bisa melanjutkan kerja sama dengan Juventus. Ia juga menegaskan bahwa sasarannya musim depan adalah berlaga di Kiev. Betul, Kiev akan menjadi arena laga final Liga Champions 2017/2018. Dua kali gagal di final, Allegri masih gatal untuk meraih Kuping Lebar.

Sebuah cita-cita yang layak bagi Juventus. Jujur saja, rentetan Scudetto dan juara Copa Italia tak lagi bisa memuaskan dahaga mereka akan kejayaan. Maka, hanya Liga Champions yang bisa menjadi pelepas dahaga tersebut. Oleh sebab itu, musim panas kali ini, Juventus akan memasuki fase penting untuk mencapai cita-citanya tersebut. Pun menjadi awal membangun masa depan Juventus.

Kerangka skuat

Seperti dilansir repubblica.it, Allegri akan mendapatkan gaji hingga 7,5 juta euro per musim. Selain itu, pelatih kelahiran Livorno tersebut juga dijanjikan pembelian dua pemain bintang, dan dua pemain muda potensial. Sebuah janji yang perlu dicermati, lantaran beberapa pemain Juventus sudah memasuki usia senja dan beberapa diminati klub lain.

Salah satu pokok kekuatan Juventus dalam mengarungi Liga Champions 2016/2017 adalah kekuatan pertahanan mereka. Total, mereka hanya kebobolan tujuh gol, dengan empat gol terjadi di laga puncak. Artinya, dari fase grup hingga semifinal, Bianconeri hanya kebobolan tiga gol. Sebuah benteng yang terdiri dari perpaduan kemampuan dan tebalnya pengalaman.

Oleh sebab itu, mempertahankan kekuatan pertahanan akan menjadi langkah awal bagi Allegri. Regenerasi pastinya sudah masuk dalam kerangka berpikir pelatih berusia 49 tahun tersebut. Namun pertanyaannya, apakah para pemain muda dan kemungkinan pemain baru bisa dipercaya menggantikan barisan Benteng Tua Juventus yang terbukti kokoh?

Betul, mantan pelatih AC Milan tersebut sudah harus mempertimbangkan masak-masak masa depan barisan veteran. Gianluigi Buffon sudah berusia 39 tahun, Andrea Barzagli baru saja berulang tahun ke-36 di bulan Mei kemarin, Giorgio Chiellini sudah 32 tahun dan Leonardo Bonucci mulai masuk kepala tiga.

Meski Italia dikenal begitu kental dengan barisan pertahanan yang tangguh, usia tua adalah musuh abadi bagi para pesepak bola. Usia senja membuat mereka akan kesulitan mengikuti ritme perkembangan sepak bola. Apalagi, Juventus akan bersaing dengan tim-tim kaya Eropa yang tentunya juga melakukan pembenahan skuat.

Bicara pembenahan skuat para rival di Eropa, Juventus harus waspada dengan ketertarikan Chelsea dan Manchester City kepada Bonucci. Apabila Barzagli dan Chiellini semakin kepayahan mengimbangi ritme sepak bola modern, maka hanya tinggal Bonucci yang bisa menggantikan mereka memegang komando lini pertahanan. Kehilangan Bonucci sama dengan merusak kerangka skuat Juventus.

Tak hanya lini pertahanan saja sebenarnya yang perlu dipikirkan oleh Allegri. Di lini tengah, Claudio Marchisio mungkin bernasib sama seperti Barzagli, yang kesulitan bertarung di level elite dalam durasi yang lama. Pun dengan Mario Lemina, yang seharusnya menjadi generasi baru Juventus di lini tengah, namanya justru masuk dalam bursa transfer dengan Arsenal sebagai peminat.

Di dalam daftar pemain Juventus musim lalu, masih terdapat nama Stefano Sturaro (24 tahun) dan Tomas Rincon (29 tahun). Nama terakhir didatangkan Juventus di bulan Januari. Kedua nama tersebut mungkin sudah cukup berkualitas untuk mengarungi Serie A 2017/2018.

Tetapi, melihat target musim depan, apakah keduanya cukup mumpuni untuk melapisi Miralem Pjanic dan Sami Khedira di Liga Champions? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.

Lantas, bagaimana dengan lini depan? Musim lalu, Juventus hampir selalu mengandalkan Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala. Tanpa halangan cedera yang berarti, keduanya memang sudah cukup baik untuk mengarungi musim. Namun, ketika Allegri mulai memainkan Mario Mandzukic sebagai wide-target man, artinya Higuain dan Dybala tak punya pelapis yang sepadan.

Masalah tersebut terlihat di final Liga Champions. Ketika ketiganya bermain, Juventus tak punya lagi juru gedor di lini depan yang bisa mengubah keadaan. Atau setidaknya, meringankan kerja Higuan dan Dybala. Ingat, Juan Cuadrado yang statusnya dipermanenkan dari Chelsea, adalah seorang pemain sayap. Situasi yang sama berlaku untuk Marko Pjaca, pemain muda dari Kroasia.

Dengan menjabarkan kerangka skuat Juventus, setidaknya terlihat beberapa masalah yang bisa diatasi dengan mendatangkan pemain baru. Sebuah solusi yang paling mudah untuk dipikirkan saat ini.

Previous
Page 1 / 2